Jam 12 malam.
Waktu dimana anak-anak remaja sudah tertidur karena esok paginya mereka harus bersekolah, karena itu mereka perlu tidur yang cukup agar tidak mengantuk di sekolah besoknya.
Namun, ada beberapa anak yang tidak tidur meski lewat tengah malam. Mereka biasanya terdiri dari remaja nakal yang masih asyik dengan gadget dan game online mereka atau remaja ambis yang masih belajar demi mendapatkan nilai yang bagus dan diterima di universitas bergengsi.
Dan ada satu remaja yang melakukan hal yang tidak biasa, mungkin ada seorang remaja dengan kesulitan bersosialisasi yang rela begadang hingga pagi hanya demi belajar cara untuk bersosialisasi.
"Hmm... Jadi ini game yang biasa trend di kalangan anak laki-laki."
Dan disinilah Rooney, sibuk membaca artikel tentang hal-hal yang trend di kalangan remaja laki-laki demi bisa berbaur dengan yang lainnya.
Inilah yang membuatnya mengantuk belakangan ini karena sibuk mencari topik obrolan yang biasa diperbincangkan oleh anak-anak sekolahnya.
Bermodalkan satu buah smartphone dan wifi yang dipasang oleh ibunya, Rooney rajin mencari berbagai hal trend di kalangan remaja agar bisa mengikuti topik obrolan. Walau hanya menumpuk karena belum dia pakai.
"Oh! Ada group yang membahas tentang sepak bola. Tunggu, kenapa isinya hanya saling ejek Ro***do dan Me**i? Apa lagi ini, 'Piala dunia Me**i itu hanya settingan' Apa ini topik yang biasa dibicarakan? Masukin dulu saja ke catatan."
Game online, sepak bola, basket, gosip-gosip artis, makanan, challenge internet, hingga fashion pakaian yang sedang trend dicari oleh Rooney dan dia simpan ke dalam catatan smartphonenya untuk dia pakai mengikuti obrolan. Walau sampai sekarang dia masih belum mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam percakapan.
Rooney selalu asyik sendiri mencari topik obrolan seperti ini walau belum mempraktekkannya sampai sekarang. Dan baru akan tertidur saat jam 3 pagi.
Beruntung bagi Rooney, dia adalah tipe yang bisa bangun pagi meski kurang tidur meski efeknya dia akan sangat lelah dan mengantuk.
...****************...
Di sekolah saat jam istirahat makan siang.
"Hoammmm..." Rooney menguap sendirian di bangku belakang efek dari kurang tidur selama beberapa hari ini.
Suasana kelas masih sama seperti biasanya, penuh dengan suara obrolan, kunyahan dan dentingan sendok serta garpu.
Rooney sedang malas ke kantin, dia merasa terlalu lelah untuk berjalan ke kantin belakang dan memilih untuk makan roti yang kebetulan dia bawa tadi pagi.
Aku membawanya karena akan basi besok, tidak disangka akan pas sekali.
Rooney membuka bungkus roti isi selai stroberi yang tanggal kadaluarsanya sudah dekat dan bersiap menyantapnya sebelum...
Pluk
Sesuatu mendarat ke kepala Rooney dan disusul dengan permintaan maaf yang terdengar tergesa- gesa.
"Waduh, maaf, maaf, sosisnya tidak sengaja terlempar." Seseorang meminta maaf dari arah belakang Rooney.
Rooney mengambil benda yang terlempar ke atas kepalanya dan melihat benda apa itu. Itu adalah sebuah sosis goreng biasa.
"Waduh maaf yah, woy zi! Minta maaf sini, gara-gara lu tadi!"
"Ahahahahaha... Apaan sih, kan elu yang tadi ngelempar sosisnya."
"Gak bakal kelempar kalau tadi lu gak bercanda kayak gitu."
Rooney menengok ke belakang, dan orang yang sangat dikenal Rooney meski sayangnya orang itu tidak mengenal Rooney berdiri di belakangnya.
Roy, anak paling gaul dan terkenal di kelasnya. Tampan, pintar, atletis dan mudah bergaul, walau terkenal nakal karena sering membuat ulah sehingga sering bolak-balik masuk BK. Dia masuk ke dalam kelompok anak-anak gaul di kelas, atau lebih tepatnya, dialah yang membentuk kelompok anak-anak gaul dan secara alami membuat yang lainnya masuk.
Rooney selalu ingin bisa masuk, tapi dia selalu kesulitan karena gaya bahasa mereka yang berbeda dengan Rooney. Rooney takut jika dia akan ditertawakan karena masih memakai "Aku" "Kau" atau "Kamu"
Roy dan teman-temannya biasa berkumpul di belakang kelas dan makan bersama-sama sambil bercanda.
Sepertinya sosis yang terbang ke atas kepala Rooney adalah hasil candaan mereka.
"I-ini." Rooney menyodorkan sosis goreng Roy kearahnya.
Tapi Roy malah tertawa kencang melihatnya, "Ahahahaha, ngapain lu ngasih lagi, sudah buang saja." Teman-teman Rooney ikut tertawa melihatnya.
Rooney menjadi malu karena ditertawakan oleh mereka, dia buru-buru mengambil tisu untuk membungkus sosis goreng itu dan nantinya akan dia buang ke tempat sampah.
Puas setelah tertawa, Roy tersenyum aneh, dan mengucapkan hal yang sangat mengejutkan.
"Omong-omong, lu sendirian saja nih? Mau ikut gabung makan kagak?"
Rooney melongo, ini adalah pertama kalinya ada yang mengajak dia untuk makan bersama, tentu saja Rooney mau untuk makan bersama mereka.
Makan bersama? Kalau begitu, aku bisa menggunakan semua topik yang sudah aku kumpulkan. Apa dengan begitu aku bisa masuk ke kelompok mereka? Apa mungkin aku juga akan diajak main keluar? Ke mall? Bioskop? Apa aku akan jadi lebih dikenal juga?
Rooney langsung mengkhayal mendengar tawaran Roy, pikirannya terbang membayangkan hal-hal menyenangkan yang mungkin akan terjadi jika dia menerima tawaran Roy.
Pikirannya berkata "Iya!" Namun mulutnya malah menjawab.
"Tidak usah, aku makan disini saja."
"Oh yasudah, selamat makan." Roy beranjak pergi kembali ke tempatnya.
Rooney berbalik dan memegang rotinya, dia tampak tenang, namun...
Akhhhhhhhhh.....!!!!! Kenapa aku tolak!? Padahal tadi itu kesempatan emas, akkkhhhhhhh!!!!! Dasar mulut nakal! Kenapa kau tidak bisa mengikuti kata hatiku sih!?
Rooney merasa ingin memotong lidahnya yang gagal bersuara yang mengakibatkan hilangnya kesempatan emasnya itu.
...****************...
Jam pelajaran ke-4, Biologi.
Pelajaran Biologi kali ini akan belajar mengamati tumbuhan secara langsung keluar, karena itu kelas Rooney berbondong-bondong keluar dengan perasaan riang karena bisa keluar dari kelas yang sesak.
"Akhirnya bisa keluar dari kelas."
"Keluar juga dari tempat membosankan itu."
"Asyikkkk... Belajar di luar."
Semuanya senang, kecuali Rooney. Dia berjalan dengan perasaan lesu karena terus teringat dengan kesempatan yang gagal dia ambil saat istirahat makan siang.
Akhhh... Kenapa sih aku malah menolaknya!? Kesempatan seperti tadi tidak mungkin datang dua kali.
Keluh Rooney dalam hatinya, dia dengan tidak semangat mendengarkan gurunya menjelaskan karakteristik dari pohon mangga.
Rooney masih menyesal karena melewatkan kesempatan emas yang tidak mungkin terulang lagi, atau mungkin tidak?
"Baiklah anak-anak, sekarang bentuk kelompok berisi 4 orang. Tugasnya adalah menggambar pohon mangga lalu kemudian tuliskan bagian- bagian dari pohon mangga dan tuliskan karakteristiknya sesuai dengan yang sudah ibu jelaskan tadi."
"Yahhh... Bu, jangan digambar dong, susah."
"Diam Wahyu, kalau protes terus nanti ibu tambah lagi tugas kamu."
"Yahhhh... Bu, jangan dong."
Semua murid tertawa mendengar Wahyu yang diancam oleh ibu guru.
Lalu dalam sekejap, semuanya sudah saling membentuk kelompok dengan teman akrab masing-masing, atau dengan orang yang pintar.
"Eh, elu sama gua dong."
"Woy Ndra, lu jago gambar kan? Sama gua aja yuk."
"Ayu, kamu sama aku aja yah."
"Ogah gua sama lu, sering gak mau kerja elu mah."
Semuanya saling sibuk mencari kelompok mereka, kecuali Rooney dan beberapa anak lain yang kurang bisa berbaur di kelas.
Sudahlah, gabung dengan anak-anak yang tersisa nanti.
Tapi, ada satu hal yang sama sekali tidak disangka oleh Rooney.
Roy menghampiri Rooney dan berkata.
"Hei, mau gabung dengan kelompok kami? Pas sekali kurang 1 orang."
Rooney membeku, dia tidak pernah menyangka kalau Roy akan mengajaknya bergabung.
Kelompok Roy memang ganjil yaitu 7 orang, karena itu biasanya saat pembagian kelompok seperti ini, mereka akan membagi kelompok mereka menjadi 2 dan mengajak orang luar untuk bergabung bersama mereka.
Tapi Rooney tidak pernah menyangka kalau dia yang akan diajak bergabung.
Rooney membeku, dia tidak bisa menjawab jika ditanya tiba-tiba seperti ini.
Serius ini? Kesempatan emas datang 2 kali pada hari yang sama? Apa nanti saat pulang aku akan tersambar petir? Tidak! Yang lebih penting adalah kali ini aku harus bisa menjawab 'Iya'.
Rooney memaksa lidahnya bergerak, hanya demi mengucapkan satu kata sederhana, 'Iya' hanya satu kata itu saja.
"I...." Dengan susah payah Rooney mengucapkan huruf pertama.
Namun...
"Ey Roy, lu kurang orang kan? Gua boleh gabung?"
"Tadinya gua mau ngajak dia sih, tapi kayaknya dia gak mau. Yaudah ayo."
Seseorang muncul dan kembali merebut kesempatan emas Rooney. Membuatnya mematung sendirian setelah berkelahi susah payah dengan dirinya sendiri.
Sial.
Rooney pun berakhir bersama dengan kelompok yang berisi anak-anak yang sama dengannya.
...****************...
Teng Teng Teng
Bel sekolah berbunyi sebagai tanda berakhirnya sekolah, murid-murid pulang dengan senang setelah seharian berada di ruang kelas.
Ya, semuanya kecuali satu orang.
"Gagal lagi hari ini." Ucap Rooney dengan kecewa.
Rooney pulang dengan perasaan kecewa dan lesu karena gagal untuk bersosialisasi lagi hari ini.
Usahanya mencari topik percakapan berakhir dengan sia-sia lagi setelah dia dengan bodohnya membuang 2 kesempatan emas untuk bisa bergaul dengan anak paling gaul di kelasnya.
"Bisa-bisanya aku membuang kesempatan emas 2 kali, sepertinya lidahku ini memang terkutuk." Rooney tidak henti-hentinya menggerutu dan mengutuk lidahnya sepanjang perjalanan ke gerbang sekolah.
Keluar dari gedung kelasnya, Rooney melihat seseorang yang sedang mencari sesuatu di taman sekolah yang sebelumnya dipakai untuk belajar biologi.
Biasanya Rooney akan pergi tanpa peduli, tapi kali ini berbeda, karena orang yang sedang ada di taman itu adalah Roy.
Dan Roy sedang sendirian tanpa kelompoknya.
Rooney berpikir ini adalah kesempatan emas terakhirnya, dia sudah gagal 2 kali, dan mungkin ini adalah kesempatan ke-3nya sekaligus yang terakhir.
Walau lidahnya sulit untuk berbicara hal yang dia inginkan, tapi Rooney masih bisa memaksa badannya untuk bergerak.
Rooney pun pergi ke tempat Roy, disana Roy sedang mencari sesuatu di rumput dan semak-semak dengan ekspresi gelisah.
Roy yang menyadari keberadaan Rooney segera berbalik untuk melihatnya, ekspresinya Roy tampak sangat menyedihkan. Dia seperti anak kecil yang ditinggal oleh orang tuanya.
"Ada apa?" Tanya Roy dengan suara bergetar.
Rooney gagal 2 kali karena lidahnya yang kaku, tapi pada kesempatan ke-2 dia hampir berhasil sehingga kali ini dengan sedikit paksaan...
"Ma-mau kubantu?" Tanya Rooney dengan sedikit terbata-bata.
Ekspresi Roy berubah menjadi sedikit lega, "Lu mau bantu? Beneran?"
Rooney mengangguk sedikit.
"Kalau begitu tolong bantu cari gelang gua yang warna hitam. Tadi pas pelajaran biologi hilang."
Tanpa bertanya lagi, Rooney melepas tasnya dan menaruhnya di bangku taman dan menggulung celananya.
Kemarin baru hujan, karena itu rumput taman sangat basah.
Mengabaikan sensasi lembab dan basah, Rooney mencari gelang Roy dengan giat. Dia bertekad untuk tidak membuang kesempatan terakhirnya.
10 menit mereka mencari, hasilnya nihil.
Roy tampak semakin gelisah, bahkan dia terlihat seperti akan menangis karenanya.
Kemudian, Rooney merasakan sesuatu yang keras di dalam genangan air, dengan keyakinan bahwa itu gelang Roy, Rooney menariknya.
Dan benar saja, itu adalah gelang manik-manik Roy yang berwarna hitam.
Rooney segera memanggil Roy, "A-Ada."
Melihat gelangnya di tangan Rooney, Roy langsung menghampiri Rooney dengan ekspresi takut bercampur lega.
Roy segera memegang gelangnya untuk memastikannya. Segera setelah dia yakin, Roy langsung memeluknya.
"Syukurlah bisa ketemu, aku sudah takut akan hilang."
Rooney tidak bisa berkata-kata melihatnya.
"Terimakasih, terimakasih sekali, ummm..."
"Rooney, Rooney Smith." Ucap Rooney dengan lebih lancar.
"Oh iya, terimakasih Rooney. Asli, makasih banget sudah bantuin nyari. Lu butuh apa buat bayarannya?"
"Ti-tidak usah."
"Beneran? Wah, lu baik banget ternyata. Tidak seperti teman-teman gua, saat gua minta mereka untuk bantu nyariin, mereka malah nolak. Mereka bilang 'Relain saja, cuman gelang biasa doang' padahal mereka tahu seberapa penting gelang ini bagi gua."
Rooney cukup penasaran dengan kisah dibalik gelang itu, tapi dia menahan dirinya sendiri karena merasa itu terlalu sensitif.
"Oh iya, kenalkan, gua Roy Valencia, sekali lagi makasih. Walau lu bilang gak usah, lain kali gua bakal traktir makanan enak di kantin." Ucap Roy sambil menyodorkan tangannya yang penuh lumpur.
Walau disodorkan tangan yang kotor oleh lumpur, Rooney tanpa ragu menjabat tangan Roy.
Melalui kejadian tadi, mereka jadi banyak mengobrol, atau lebih tepatnya Roy lah yang paling banyak berbicara sementara Rooney kebanyakan mendengarkan.
Mereka berdua pergi untuk mencuci tangan, dan Roy terus berbicara sepanjang perjalanan hingga saat sedang mencuci tangan. Rooney tidak banyak berbicara, dia hanya sesekali menanggapi perkataan Roy, disinilah pengetahuan Rooney tentang hal-hal trend menjadi berguna. Walau tidak bisa mengobrol seutuhnya, tapi Rooney masih bisa menanggapi beberapa pertanyaan.
"Hadeh, akhir-akhir ini gua sedih dan kesal banget karena klub favorit gua kena bantai lagi sama klub yang sama."
"Sayang sekali memang, kalah 2 kali di final."
"Iya, padahal Ro***do sudah pindah, tapi Re*l Ma**rid masih kuat banget nih."
Hanya obrolan ringan yang mereka bicarakan, tapi hal ini sudah membuat Rooney senang karena merasa seperti remaja normal.
Percakapan mereka berlanjut hingga mereka berpisah di gerbang sekolah.
"Sampai besok Rooney." Ucap Roy sambil melambaikan tangannya.
"I-Iya... Sampai besok." Balas Rooney sambil melambaikan tangan dengan pelan.
Rooney pun berjalan pulang, hari sudah sore dan matahari hampir terbenam. Tapi perasaan Rooney sangat senang seperti matahari yang baru terbit.
Tidak kusangka bisa berbicara sebanyak itu dengan Roy, ini pencapaian yang sangat besar. Akhirnya aku bisa melangkah maju!
Rooney sangat senang hingga tidak melihat ke depan. Dia tidak menyadari ada jalanan yang baru selesai di cor dan masih sangat basah.
Pluk
Kaki Rooney menginjak jalanan yang baru selesai di cor itu, kaki Rooney tenggelam ke dalam jalanan yang baru selesai di cor itu.
Dengan panik Rooney mengangkat kakinya dan berjalan mundur. Melihat kondisi sepatunya yang sudah kotor, Rooney memilih untuk melepasnya saja. Dia lalu duduk di pinggir jalan untuk melepas sepatunya.
Tapi, dia malah tidak sengaja menduduki kotoran kucing yang membuat celananya menjadi bau.
Sepertinya, keberuntunganku sudah habis dipakai untuk berbicara dengan Roy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
LV
wkwkwk
2023-06-12
0
LV
lidahnya minta digigit
2023-06-12
1