Love In Tears
Matahari senja perlahan memudar, menyambut datangnya langit malam kota Jakarta.Lalu lintas disepanjang jalan tol nampak lengang saat sebuah sedan BMW melintas dengan kecepatan sedang.Kedua penumpangnya nampak sedang sibuk dengan kepentingan masing-masing, sementara sang sopir tak sekalipun melepas pandangannya pada ruas jalan tol yang mereka lalui.
Mereka tak saling menyapa satu sama lain, hingga pria berkacamata yang duduk di kursi belakang, mengalihkan pandangannya kearah pria yang duduk disamping kiri sopir.
"Bagaimana dengan rumah yang akan saya tempati?Apa hari ini sudah siap?"
"Sudah Pak Ethan.Lingkungan sekitarnya cukup aman, bangunannya luas, ada ruang perpustakaan yang sudah kami ubah menjadi ruang kerja untuk Bapak gunakan.Dan yang paling utama, jaraknya dekat dari Hotel.Bapak hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dengan mobil untuk tiba di sana",jawab pria yang duduk disamping sopir seraya mengutak atik ipad miliknya
"Kalau begitu kita kesana sekarang."
"Baik Pak"
Perbincangan mereka pun terhenti.Pria yang duduk didepan segera meletakkan ipad ke pangkuannya dan mulai sibuk mencari alamat yang akan dituju pada layar GPS, tanpa berbicara sedikit pun.
Sementara pria dibelakang, segera menutup laptopnya dan bersandar pada kursi mobil dengan wajah yang lelah.Dia melepaskan kacamata yang dikenakannya, lalu memijat pangkal hidungnya.Setelah merasa lebih baik, dia mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil yang sudah terbuka sejak tadi.Perlahan ia memejamkan matanya yang sendu dan menikmati hembusan angin yang bertiup dari luar.Lelah yang telah dipikulnya berhari-hari, seakan menghilang terbawa angin sore itu......
Namanya Ethan Haryadi Halim,sulung dari dua bersaudara.Anak dari Pak Hartono Halim,pendiri Group Halim,yang bergerak di bidang perhotelan,resort dan taman hiburan.Tiga bulan yang lalu,Pak Hartono meninggal secara tiba-tiba,membuat Ethan harus mengambil alih jabatan Ayahnya,sebagai Komisaris Utama dan pemilik saham terbesar Group Halim.....
...****************...
Sedan BMW milik Ethan,berhenti tepat di depan sebuah rumah kosong, disalah satu kompleks perumahan elit.Sang sopir melirik ke arah kaca spion mobil dan memandangi Ethan yang sedang tertidur dengan lelap.Tak berani mengganggu istirahat sang majikan, ia memberi isyarat pada Deni, asisten Ethan yang duduk disampingnya, untuk membangunkan atasannya yang tertidur di kursi belakang.
Deni yang sedari tadi asyik menatap layar ipad nya, baru tersadar saat rekannya memberi isyarat.
"Pak Ethan, kita sudah sampai", ucap Deni lembut, berusaha membangunkan atasannya.
Dengan pelan, Ethan membuka mata dan memakai kembali kacamatanya.Dia melirik kearah jam tangannya, sudah pukul tujuh malam.
"Kita sudah sampai?", Ethan memastikan sekali lagi
"Sudah pak.Barang-barang anda sudah dirapikan.Anda sudah bisa menempatinya malam ini jika anda mau",ucap Deni yang masih saja sibuk dengan ipadnya
Tanpa memberi jawaban, Ethan segera turun dari mobil.Ia merapikan jasnya yang sedikit kusut, lalu berjalan ke arah rumah kosong yang ada di hadapannya.Ketika Ethan membuka pintu utama, aroma segar pengharum ruangan langsung menyeruak dari dalam.Rumah itu baru saja selesai dibersihkan oleh jasa cleaning service hotel yang dikirim asistennya, Deni.
Setelah cukup puas memeriksa seluruh ruangan dilantai satu, Ethan segera menuju lantai dua.Ia berjalan menuju ruang perpustakaan yang telah diubah menjadi ruang kerja sesuai permintaannya.
Ethan membuka pintu perlahan dan memandangi ruang kerjanya itu dari luar.Dia tak menghidupkan lampu dan sengaja membiarkan pintu terbuka, agar cahaya dari luar bisa sedikit menerangi ruangan tersebut.
Ethan melangkahkan kaki perlahan memasuki ruang kerjanya.Ia mengitari meja yang berada ditengah ruangan, seraya menatap satu persatu buku-bukunya yang sudah tersusun rapi di rak buku.Dihirupnya aroma khas buku tua yang sangat ia sukai.Entah mengapa, Ethan seakan mendapat ketenangan setiap kali melakukannya dalam suasana ruangan yang hening dan gelap.
Diwaktu yang bersamaan, tiba-tiba terdengar lantunan piano memainkan instrumen karya Chopin,Waltz in A Minor.Entah dari mana asalnya,namun alunan musik itu mengalihkan perhatian Ethan.Dia berdiri mematung.Perlahan, dadanya terasa sesak seolah ada yang mencekiknya.Tanpa sadar,air matanya menetes.Ethan tiba-tiba teringat seseorang yang sering memainkan instrumen itu
Pak Hartono, Ayah Ethan sangat senang memainkan piano di waktu senggangnya.Ia sering memainkan instrumen karya chopin, Waltz in A minor, terutama saat berkumpul bersama keluarganya.
Seketika kenangan di masa lalu pun terlintas dipikirannya.Ethan dan adiknya yang sedang asyik bermain bersama, sedang sang Ibu dengan setia duduk disamping Ayahnya yang bermain piano.Dengan perasaan bahagia, mereka menggerakkan tubuh mengikuti alunan melodi yang dimainkan Ayahnya.Kenangan itu sudah sangat lampau,namun mampu membuat hati Ethan bergetar tiap kali mengingatnya
Dalam hati kecilnya,Ethan sebenarnya masih belum siap menggantikan posisi Ayahnya.Namun sebagai calon pewaris, dia harus menduduki jabatan yang telah Ayahnya wariskan padanya.Ia pun berusaha beradaptasi dan menyelesaikan pekerjaan Ayahnya yang tertunda, karena tak ingin mengecewakan Beliau yang sudah bersusah payah membangun perusahaannya hingga sesukses sekarang ini.Terkadang dia merasa lelah dan ingin melarikan diri dari segala rutinitas yang seakan tak ada habisnya.Namun Ethan bertahan demi tanggung jawab dan nasib orang yang bekerja dengannya
Setelah mampu mengendalikan diri, Ethan mencari asal suara piano itu.Dia menarik tirai dan membuka jendela.Instrumen itu terdengar jelas dari arah rumah yang berada tepat didepan rumahnya.
Tampak seorang wanita sedang duduk membelakangi Ethan.Dia terlihat sibuk memainkan piano di satu-satunya ruangan yang diterangi cahaya lampu.Ethan sangat penasaran ingin melihat wajahnya,namun tak sekalipun wanita itu menoleh kebelakang.Hanya nampak rambut ikalnya yang hitam dan tergerai.
Saking penasarannya hingga tanpa sadar, Ethan terus berdiri di tempatnya tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya.Bahkan angin yang bertiup cukup kencang, tak juga membuatnya ingin beranjak.Dia memejamkan matanya, menikmati instrumen yang dimainkan wanita itu dengan raut wajah penuh kesedihan.
Ethan kembali teringat saat-saat dimana dia berkumpul dan bercengkrama dengan keluarganya.Masa itu sudah tak bisa di ulang kembali setelah kepergian Ayahnya
"Pak Ethan, apakah anda akan tinggal disini atau kembali ke apartemen?", tiba-tiba suara Deni menghentikan lamunannya
Ethan menoleh ke arah Deni sambil tersenyum, "Aku akan tinggal disini mulai hari ini"
...****************...
Ethan baru saja terbangun dan menyadari jika dia berada di tempat yang baru.Semalam untuk pertama kalinya sejak ayahnya meninggal, Ethan tidur dengan sangat nyenyak.Dia melirik ke arah jam yang berada di atas nakas, disamping tempat tidurnya.Sudah pukul lima subuh.Setelah membersihkan diri,Ethan bersiap untuk lari pagi.
Dia baru saja keluar pagar,ketika teringat satu hal,dia tak tahu menahu tentang lingkungan barunya.Ethan menoleh ke kanan dan kiri, untuk melihat situasi sekitar rumahnya.
Di waktu yang bersamaan, muncul seseorang dari rumah depan.Secara spontan, Ethan menoleh ke arahnya dan melihat seorang wanita dengan rambut ikal hitam yang tergerai,sedang berdiri tepat di depannya
'Dia wanita yang semalam',batinnya.
Ethan nampak terpesona melihat wajahnya yang manis.Mata bertudung,hidung yang mancung serta kulit kuning langsat ditambah bibir bawah yang tebal terlihat sangat seksi, menjadi perpaduan yang sempurna pada wajah wanita itu.
Ethan hanya berdiri terpaku,sambil menatap kearah si wanita.Namun pandangan mereka secara tak sengaja saling bertemu.
Merasa sedang diawasi, wanita itu terus memandangi Ethan, seolah sedang memikirkan sesuatu tentangnya.Ethan pun terlihat canggung dan coba mengalihkan pandangannya.
"Tetangga baru ya?"tanya wanita itu pada Ethan.
"Iya, saya baru saja pindah tadi malam"
Wanita itu terus memandang ke arah Ethan,dia seakan tahu Ethan sedang kebingungan
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin lari pagi, tapi bingung mau kearah mana",jawab Ethan
Dia mengangguk-anggukan kepalanya,seolah paham yang dibutuhkan Ethan.
"Saya Ethan",Ethan memperkenalkan diri terlebih dahulu
"Saya Lily",ujarnya sambil menundukkan kepalanya
"Jika anda keluar dari blok ini, anda cukup belok kanan lalu lurus saja, sampai melewati tiga blok.Nanti akan terlihat taman bermain dan lapangan bola disebelah kiri jalan.Disana juga ada gedung olahraga dan tempat untuk nge-gym.", ucapnya dengan lembut
"Terima kasih bantuannya",Ethan menundukkan badannya
"Sama-sama, semoga anda betah tinggal disini"
Lily tersenyum ke arah Ethan.Lesung pipi di pipi kirinya tiba-tiba muncul saat ia tersenyum, membuat wajahnya makin terlihat manis.
Tak lama kemudian, sebuah mobil muncul dari balik pagar rumah Lily.Dia permisi untuk pergi lebih dulu,lalu naik ke atas mobil dan meninggalkan Ethan sendiri.
'Lily,nama yang cantik',Ethan berbisik dalam hati.
Diapun kembali fokus dan berjalan kearah yang ditunjukkan Lily padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments