KESEPAKATAN

“Han..hantu mandi !” Mario buru-buru bangkit dari atas tubuh Mentari.

Ya, dia adalah Mentari wanita yang pernah menyelamatkan Mario saat tersesat di hutan.

“Hantu endas mu !” Mentari memukul tubuh Mario dengan kayu rotan yang sejak tadi ia bawa.

Sedangkan Mario hanya bisa meringis kesakitan saat tubuhnya dipukul oleh Mentari.

... ………....

“Jadi ini dia, putri ku Syeh Scherzinger. Namanya Cahaya Mentari, panggil saja namanya Mentari !” Sarif memperkenalkan anak gadisnya pada Scherzinger dan istrinya.

“Sudah Cahaya, Mentari pula !” celetuk Mario kemudian disenggol oleh Helena.

“Jaga sikap mu !” bisik Helena mewanti-wanti putranya.

“Mentari ternyata sangat cantik ya.” Puji Helena pada calon menantunya.

“Terimakasih…Tan..”

“Mommy ! panggil Mommy okey.” Helena memotong ucapan Mentari.

“Mommy !” lirih Mentari dan tercengir kuda.

“Jadi minggu depan, kita akan melangsungkan pernikahan antara putra mu dan putri ku. Bagaimana apa semuanya setuju ?” ucap Sarif ia sudah sabar untuk menikahkan Mentari dengan putra dari sahabatnya tersebut.

“Kenapa buru-buru, Abah ! Mentari belum siap kawin !” sahut Mentari merasa tak terima dengan keputusan Abahnya yang terkesan memaksanya cepat menikah, padahal ia sendiri belum siap untuk berumah tangga, apalagi pria yang akan menjadi suaminya tersebut tak ia kenal sama sekali.

“Yo Ra popo, Ndok. Nanti kalau kamu sudah kawin terus kamu ikut suami mu tinggal di kota, Abah sama Umi tidak bakal khawatir kalau kamu kuliah di kota !” jawab Jamilah, Uminya Mentari.

“Kan Mentari bisa jaga diri, Umi !” Mentari semakin tak terima dengan keputusan kedua orang tuanya, kali ini tak ada yang membela dirinya.

“Sepintar-pintarnya kamu menjaga diri, Abah dan Umi lebih percaya kamu dijaga oleh suami mu apalagi ada kedua mertua mu disana, bukan begitu Syeh Scherzinger ?” Sarif meminta pendapat pada Scherzinger.

“Benar apa yang dikatakan oleh Abah mu, Mentari. Kamu tidak perlu khawatir di kota nanti kamu akan tinggal bersama kami, kami akan menjagamu dan menyayangi mu seperti anak sendiri.” Kata Scherzinger.

“Tapi Mentari dan dia tidak saling kenal !” tunjuk Mentari pada Mario mendengus kesal.

“Nanti kalau sudah menikah pasti kenal dan akrab bahkan lengket bak prangko !” sahut Sarif dan itu membuat Mario jengkel mendengarnya, pasalnya Mario tidak mungkin menyukai Mentari sebab ia sangat mencintai Melisa.

“Mau ya, menikah dengan Mario, Minggu depan kalian menikahnya !” bujuk Helena dengan lemah lembut.

Mentari benar-benar tidak memiliki pilihan lain, percuma saja melawan karena ia tetap selalu kalah dengan kedua orang tuanya.

... ……….....

“Kau ini kebelet kawin ya ?” ucap Mentari pada Mario saat ini mereka berdua tengah berada di kebun sayur.

“Enak saja, aku sudah punya pacar ! Kau jangan pikir aku menyukai mu ! Aku hanya terpaksa menerima perjodohan ini, kau pikir aku senang ? Oh No !” sahut Mario

“Kalau terpaksa menikah, kenapa tidak menolak saja ?”

“Daddy ku sampai kena serangan jantung karena aku menolak perjodohan ini, Apa kau ingin melihat Daddy ku mati ?”

“Aku belum mau kawin.” Lirih Mentari membayangkan bagaimana nasib dirinya dikemudian hari setelah menikah.

“Tenang saja, kita cuma menikah dan tidak perlu kawin !” jawab Mario ia sudah memikirkan dengan matang keputusannya jika ia menikah hanya sekedar menuruti keinginan kedua orang tuanya.

“Maksudnya ?” tanya Mentari tidak mengerti.

“Kita nikah saja, aku tidak akan menyentuh mu. Setelah menikah kita jalani kehidupan kita masing-masing. Bagaimana ?” tawar Mario, ia tahu Mentari pun terpaksa menikah dengannya.