Setelah kejadian hari itu Karan tidak bisa menekan Nindy lagi, namun ia tetap iseng dan selalu mengerjai Nindy, baginya terasa ada yang kurang bila tidak mengerjai Nindy. Jam terus berputar menuju hari, hari terus berlalu menuju minggu, sesuai dengan apa yang disepakati Keluarga Nindy dan calon besanya hari ini mereka akan bertandang kerumah, Segala persiapan telah dilakukan untuk menyambut tamu.
Sementara Karan tampak malas-malasan untuk berangkat kerumah calon istrinya, sesampainya dikampung calon istrinya sepanjang perjalanan pria tampan ini terus mengerutu karena jalanan yang becek dan banyak orang berlalu lalang.
"Kampungnya aja jorok, bagaimana orangnya, hi...." Karan bergidik ngeri.
Tak lama kemudian sampailah mereka dikediaman orang tua Nindy.Senyum ramah terpancar dari tuan rumah menyambut tamu-tamunya.
"Pak ini rumahnya? Ini rumah apa kandang ayam" bisik Karan
"Diam atau kusumpal mulutmu yang bawel itu" bisik Papanya Karan sambil melotot.
Tampak didepan Rumah Hartono pemilik rumah sudah standby menunggu tamu-tamunya.
"Silahkan masuk Mas, maaf beginilah keadaan kami" ucap Hartono Ayahnya Nindy.
"Aku malah suka banget suasana kampung bergini Har, udaranya masih sejuk tidak seperti dikota, polusi dimana-mana" ungkap Papanya Karan
"Selamat datang digubuk kami" ucap Ibunya Nindy ramah
"Wah-wah jeng ini pakai repot-repot menyambut kami sampai seperti ini, oh ya jeng dimana anak gadismu?" tanya Mamanya Karan
"Ada di belakang Mbak, sebentar lagi dia akan keluar membawakan minuman untuk kita" ucap Ibunya Nindy
Tak lama kemudian seorang gadis cantik yang membawa nampan dari balik tirai pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tamu, Senyum gadis itu merekah sempurna namun, tiba-tiba senyumnya menjadi surut tatkala melihat salah satu tamu adalah orang yang ia kenal bahkan ia benci.
"Ngapain laki-laki sialan ini kemari? Jangan-jangan, ahhh nggak mungkin" batin Nindy mulai bergejolak
"Perempuan tengil ini disini? Ngapain dia ah mungkin saja dia keponakan yang punya rumah ini" batin Karan menenangkan segala pikiran yang berkecamuk sebisa mungkin ia bersikab biasa kembali.
"Silahkan diminum Bapak, Ibu" ucap Nindy ramah
"Makasih nak, kamu cantik sekali nama kamu siapa?" tanya Mamanya Karan
"Cantik dari hongkong? Perempuan udik gitu aja dibilang cantik dasar Mama!" batin Karan
"Ini Nindy mbak " kata Ibunya Nindy
"Oh...ini calon istrinya Karan, Papa memang nggak salah pilih menantu" puji Mamaya Karan
"Apa?" ucap Karan dan Nindy kompak
"Wah...wah kalian bener-bener kompak, aduh jeng belum apa-apa udah kompak begini" ujar Mamanya Karan.
"Pa, kita bisa bicara sebentar" bisik Karan ditelinga Papanya.
"Tidak ada penolakan titik, Papa tau apa yang akan kamu katakan" bisik Papanya Karan
"Sial, kenapa juga aku harus berjodoh dengan tikus kecil ini, dosa apa aku hingga harus berjodoh dengan dia" batin Karan. Ia tak dapat berkutik mengingat ancaman Papanya jika ia menolak perjodohan ini maka semua fasilitas akan dicabut oleh sang Papa.
"Ya Tuhan, dari sekian banyak laki-laki kenapa musti dia yang akan jadi calon suamiku" batin Nindy
Setelah berbasa-basi dan membicarakan acara lamaran, mereka juga sudah menetapkan hari pernikahan Karan dan Nindy dalam waktu dekat.
"Om, tante bolehkan saya bicara berdua dengan dek Nindy sebentar" ucap Karan
"Dek?, Cih...geli juga lidahku mengatakan dek pada tikus kecil ini" batin Karan yang tidak terima dengan ucapanya sendiri.
"Oh, tentu saja boleh nak, kalian harus saling mengenal bukan?" ucap Bapaknya Nindy
"Maaf ya jeng, sepertinya putraku sudah tidak sabar, padahal baru lihat pertama kali, mungkin ini yang namanya cinta pada pandangan pertama" ucap Mamanya Karan.
"Mama ngimpi aja sana, Gue cinta sama tikus kecil ini lebih baik aku tidak bisa jatuh cinta pada perempuan dari pada jatuh cinta pada tikus ini" batin Karan terus berperang
Dengan langkah kecil Nindy mengikuti Karan, dalam hatinya ingin mencakar-cakar laki-laki yang ada didepanya kini. Sesampainya di dekat sungai sekiranya sudah jauh dari kedua orang tua mereka Karan berbicara
"Hei, tikus? Elu sengaja ya minta dijodohin sama gue?" tuduh Karan
"Najis, Elu pikir gue seneng gitu dijodohin dengan laki model Elu" ucap Nindy tak kalah sengit.
"Sekarang gue minta elu buat nolak perjodohan ini" ucap Karan
"Kenapa jadi, kenapa Elu aja yang nolak, gue nggak bisa, karena gue nggak mau buat orang tua gue kecewa" ungkap Nindy.
"Berarti bener dugaan gue, Elu yang ngebet dijodohin sama gue, buktinya elu nggak mau nolak perjodohan ini" ucap Karan
"Serah lu, mo bilang apa yang penting gue nggak peduli, lebih baik elu yang nolak perjodohan ini jadi kita bebas dari ikatan terkutuk itu" umpat Nindy.
"Gue nggak bisa karena apa, kalau gue nolak bokap gue bakal cabut semua fasilitas gue!" ucap Karan
"Dasar anak mami,takut miskin ya?" ejek Nindy
"Iya, karena dari kecil gue nggak pernah kekurangan apapun dan gara-gara elu, gue diancem bakal nggak bisa menikmati semua yang udah gue punya sejak lahir, sampai disini Elu faham?" ungkap karan.
"Dasar laki-laki nggak berguna!, bisanya cuma ngandelin orang tua" umpat Nindy.
"Mulut loe, bisa diem nggak? Sekarang kita sama-sama nggak bisa bantah keinginan orang tua kita, gue minta kalau dihadapan orang tua kita jangan perlihatkan permusuhan kita, dan bila dikampus atau dimanapun kita berada saat elo ketemu gue tapi tidak ada orang tua kita anggap kita nggak pernah kenal" ungkap Karan
"Gue setuju dan gue juga punya permintaan sama elu, jangan pernah bully gue lagi" ucap Nindy
" Ok, Deal dan satu lagi kita tidak boleh ikut campur urusan masing-masing sampai nanti kita menikah, toh kita menikah hanya demi orang tua kita" ucap Karan
"Deal gue setuju" ucap Nindy
Keduanya bersalaman pertanda mereka sepakat perjanjian yang mereka buat. Dan mereka kini kembali kerumah Nindy untuk menemui orang tua mereka.
Pagi harinya ketika mereka tiba dikampus mereka tidak bertegur sapa sama sekali hal, Yuda sedikit curiga dengan sikab Karan.
"Karan Elu nggak lagi sakit kan?" tanya Yuda penasaran
"Gue baik-baik aja kenapa?" balas Karan
"Tumben elu ketemu Nindy diem aja?" tanya Yuda kepo
"Elu gimana sih, gue kerjain dia elu bilang gue jahat, gue diem aja elu bingung mau loe gimana?" tanya Karan tiba-tiba sewot.
"Gue kan cuma nanya, kenapa elu sewot begini?" tanya Yuda.
"Elu bikin mood gue berantakan aja" Kilah Karan
"Dia benar-benar aneh, semoga saja dia insyaf nggak ngerjain Nindy lagi, kasian gadis malang itu selalu jadi object bullyan Karan" batin Yuda
Sementara itu Nindy yang berpapasan dengan Karan cuek, seolah tak mengenal Karan namun, ia melirik Yuda mendadak hatinya gelisah.
"Seandainya yang dijodohin gue itu kak Yuda, alangkah indahnya dunia namun, gue harus mengubur perasaan gue sama Kak Yuda sedalam-dalamnya" batin Nindy sedih
"Nindy, gue perhatiin dari tadi elu ngelamun terus ada masalah? Dan itu si Karan tumben diem ketemu elu biasanya kaya anjing dan kucing" ucap Soraya
"Gue nggak apa-apa Aya, dan soal Karan bukanya bagus kalau dia nggak ganggu gue lagi" ucap Nindy
"Ya aneh aja, secara tiba-tiba nggak ganguin elu, padahal nggak ada hujan nggak ada angin" ungkap Soraya yang masih kepo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments