Kesedihan yang kembali dialami dan dirasakan bu Nana membuatnya sangat terpuruk, semakin dia ingin berusaha menjadi lebih baik tapi malah semakin sulit baginya. Air matanya tak berhenti keluar begitu saja tanpa diperintah melewati pipinya dan membasahi mukenanya. Beban yang dirasakannya malah semakin bertambah, mengapa garis tangannya semakin sulit, ucapnya dalam doa. Tak hentinya dia menangis sejadi-jadinya tanpa suara dan dalam kesunyian kamarnya di kala dia telah melakukan kewajibannya sebagai umat muslim yang selalu meyakini Sang Penciptanya, belum puas dirinya menadahkan kedua telapak tangannya sambil berdoa dalam kesunyian dengan suara yang memilukan, terucap dalam doa “Ya Allah aku hanyalah hamba yang lemah, tidak memiliki banyak kekuatan untuk menerima semua cobaan ini, kadang aku selalu berpikir apa ada kesalahan yang telah kuperbuat sehingga harus menerima cobaan sebesar ini”. Dia hanya bisa menangis seorang diri bila mengingat semua hal yang dialaminya, belum selesai satu masalah datang masalah yang lain seakan-akan dirinya ini memang tak pantas untuk bahagia. Bu Nana kini mencurahkan segala luka dan kesedihannya pada Sang Pencipta.
Teringat segala beban yang telah menumpuk di dadanya, Sesak yang dirasakannya seakan ingin meledak, haruskah dirinya berbagi dengan siapa?, tidak ada seorangpun yang ingin mendengarkan ceritanya , dia hanya bisa mengadu segala beban hidup pada Pengcipta, tetapi yang dirasakannya semakin mengadu, semakin banyak cobaan dan ujian yang akan diterimanya, Bu Nana tidak tau lagi membedakan antara cobaan dan hukuman karma. Kadang dirinya selalu merasa ini hukuman untuknya tapi dirinya tidak pernah tahu dosa dan salah apa yang telah dilakukannya. Bu Nana mohon diberi petunjuk dari kesalahan atau dosanya agar bisa memperbaikinya tapi bila ini cobaan untuk maka dia akan berlapang dada agar dapat menerima segalanya.
Bu Nana terus memikirkan semua kejadian demi kejadian apa ada perbuatan yang telah dilakukannya secara sengaja atau tak sengaja, akan tetapi semakin dia memikirkan segalanya kepalanya semakin pusing dan sakit, mungkin karena terlalu banyak menangis dan berpikir sehingga kini kepalanya seakan ingin meledak karena sakit. Dia tidak dapat memikirkan perbuatan yang telah dilakukannya itu seperti apa?,,,apakah karena dirinya telah banyak menyakiti orang – orang terdekatnya. Kalau memang semua yang telah dilakukannya diluar kesadarannya, dia tak hentinya memohon petunjuk dari Allah bagaimana cara agar dirinya bisa memperbaiki kesalahan, dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Bu Nana kembali termenung dan berpikir,kini dirinya semakin merasa terpuruk, mengapa semakin ingin memperbaiki segalanya dan memikirkan cara memperbaiki semuanya tapi yang terjadi malah sebaliknya, dadanya semakin sesak memikirkan segalanya, inilah yang telah dirasakannya, dia ingin melampiaskan dan mengeluarkan semuanya tapi bagaimana?, kemana? dan pada siapa?. Tak ada satupun yang peduli, mengapa!, itulah yang terus mengganjal pikirannya
Kadang bila semua muncul dalam pikiran bu Nana serasa dirinya ingin teriak sekencang kencangnya agar semua beban bisa terhempas, tapi apa yang dapat dilakukannya malah perbuatannya pasti hanya akan mendapat masalah baru, orang-orang hanya akan menertawakannya, seseorang bahkan hanya akan menyalahkannya, Dia adalah seseorang yang ada dalam hidupnya.
Tangisnya kembali pecah dan semakin dalam rasa sakit yang dirasakannya sekarang. seseorang yang selama ini telah menemaninya yang selalu didambakan bisa mendengar cerita curhatannya dan memahami beban pikiran yang dialaminya malah dialah yang selalu menekan dan menyalahkannya, padahal dia hanya ingin orang itu tahu apa yang tengah dirasakannya serta yang dialaminya tetapi malah menjadi orang paling tidak ingin peduli sama sekali semua masalah dan beban yang dirasakannya. Bu Nana selalu merasa tidak ada satupun didunia ini yang mau berbagi cerita dengannya, sesak, itulah yang tengah dirasakannya, sangat sesak. Dalam kesendiriannya bu Nana tak pernah berhenti memikirkannya, orang yang telah dijadikan kekuatan dalam hidupnya tetapi kenyataan yang menyakitkan sebaliknya terjadi, dirinyalah yang membuat bu Nana sangat rapuh.
Dalam keadaan yang terpuruk memikirkan segalanya, bu nana tidak pernah lupa bahwa masih ada seseorang yang hadir dalam hati dan pikirannya, Orang yang selalu menempati ruang hatinya dan akan selalu menjadi sosok seseorang yang paling berharga dalam dunianya, dia adalah seorang ayah yang selalu memberinya kebahagiaan dan senyum ceria di wajahnya, orang tua laki-lakinya adalah satu-satunya yang mau berbagi cerita dengannya, selalu menghiburnya tetapi ayahnya begitu cepat menghadap sang pencipta, kadang dirinya bertanya dalam hati harus bagaimana sekarang mengapa ayahnya begitu cepat meninggalkannya sendiri menanggung semuanya dalam kerinduan yang tak terbendung. Bu Nana tidak bisa seperti sosok ayahnya yang selalu sabar, tersakiti sebesar apapun oleh orang bahkan diperlakukan buruk pun ayahnya tak pernah peduli dan tetap kuat, jika ayahnya mendapat perlakuan yang buruk, sekalipun tak ada rasa dendam dalam hatinya malah sebaliknya ayahnya akan membalas mereka dengan perlakuan yang lebih baik dan seakan apa yang telah mereka lakukan pada ayahnya akan dilupakan begitu saja. Bu Nana tidak memiliki kekuatan seperti ayahnya yang bisa mengendalikan amarah dan mengatur emosionalnya, dirinya hanya bisa sekuat tenaga untuk selalu berusaha untuk sabar menghadapi segalanya. Rasa yang dialami bu Nana sekarang adalah kerinduan yang sangat mendalam pada ayahnya, perasaan rindu yang kini menyelimuti hatinya tidak bisa terobati dengan kehadiran sosok ayahnya, akan tetapi dirinya hanya bisa menangis bila teringat ayah yang sangat di sayangi dan dicintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments