Dery masih berpesta bersama teman geng motornya . Sebenarnya bengkel itu milik mereka berdua, Dery dan Robi. Mereka sepakat untuk mengelolanya bersama, karena modalnya di dapat dari hasil balapan liar mereka.
Dan terdapat kesepakatan di antara mereka, jika salah satu dari mereka tiada, maka bengkel itu sah menjadi milik salah satu dari mereka yang masih hidup. Dan kini bengkel itu sah menjadi milik Dery, karena Robi mengalami kecelakaan dua minggu lalu dan tidak ada kabar lagi mengenai dirinya.
Bukan hanya bengkelnya, kini Marisa pun yang semula boleh di bilang pacarnya Robi pun, kini mulai dekat dengan Dery, bahkan mereka mau tunangan.
Boleh di kata, dengan meninggalnya Robi, Dery lah yang diuntungnya, dirinya kini menjadi pemilik bengkel sekaligus pemimpin geng motor dan tak lama lagi akan menjadi suami dari Marisa, yang sebelumnya pacar Robi.
Hanya Ilyas dan Ronal yang merasa tidak setuju dengan semua yang kini terjadi, mereka masih meyakini kalau Robi masih hidup, karena mayatnya pun tidak ditemukan.
"Loe yakin Robi telah tiada?", Ronal menatap Ilyas
Ilyas hanya menggelengkan kepala ia menatap Dery yang sedag pesta minuman sambil menggandeng Marisa.
"Apa Loe nggak curiga sama dia", Ronal menatap ke arah Dery.
"Dia yang diuntungkan dengan tiadanya Robi, lihatlah, baru dua minggu Robi tiada, tapi dia sudah berkuasa",
"Iya..., Gue juga nggak habis pikir, kok bisa Robi sampai terjatuh ke jurang, padahal ia pembalap handal, rute off road saya bisa ia taklukan, lah kok giliran di jalan malah jatuh ke jurang", jelas Ilyas.
"Ini hari ulang tahun Robi, mana ada dari mereka yang ingat",
"Bagaimana kalau kita cari saja ke sana, siapa tahu masih ada jejak Robi", usul Ilyas.
"Gue setuju, tapi ini harus dilakukan sembunyi-sembunyi dari mereka, karena pasti mereka tidak akan setuju jika kita berterus terang", bisik Ronal.
"Ok, Gue setuju, kita curi -curi waktu saja, jangan sampai mereka curiga",
"Siip..., deal", Ronal dan Ilyas beradu tinju.
*
*
"Bagaimana Den , sudah bertemu dengan orang tuanya?", Mang Daman menatap Robi yang nampak kesal karena tidak bisa bicara dengan Tiara.
"Belum Mang, mereka tidak bisa pulang, mereka masih sibuk dengan urusannya ", Robi menerawang, dirinya merasa menjadi anak terbuang.
Memangnya mereka di mana sekarang?", penasaran Mang Daman.
"Hah, jauh Mang, Mamih lagi di Paris, dan Papih di Belanda",
"Wah..., jauh sekali, dan Aden di sini", cicit Mang Daman.
"Ya...begitulah Mang..., aku seperti anak yang terbuang saja, di sini juga gara-gara Mang Daman yang menolong, kalau tidak, mungkin aku juga sudah tiada", Robi menunduk.
'Kasihan sekali pemuda ini, orang tuanya bukan orang sembarangan, tapi dia terlantar' , pikir Mang Daman.
"Aden tadi mencari Neng Ara ke rumah Abah?"
Mang Daman mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin melihat Robi sedih lagi.
"Iya tapi di sini itu ribet sekali ya, bicara saja tidak boleh berdua, harus siang hari dan harus di tempat ramai juga, begitu kata Umi" , Robi melirik Mang Daman.
"Ya..., memang harus begitu Den, pamali kalau bicara hanya berdua, apalagi malam-malam", kekeh Mang Daman.
"Memangnya apa yang akan Aden bicarakan dengan Non Ara , Aden menyukainya ya,?" senyum Mang Daman.
"Apa Mang, aku?, aku menyukai Tiara,?", Mamang ini bercanda. Aku tuh sudah punya pacar Mang cantik", senyum Robi. Ia teringat Marisa. Tapi seketika raut wajahnya berubah marah, ia teringat tadi siang di bengkel, ia mendengar kalau Marisa akan bertunangan dengan Dery.
"Pengkhianat", geram Robi.
"Apa Den?, Mang Daman melirik Robi.
"Ah...Nggak, kita tidur saja ", Robi merebahkan tubuhnya.
"Ini apa Den, berat sekali", Mang Daman menggeser tas milik Robi.
Robi melirik sambil tersenyum, "Buka saja Mang, kalau mau ambil saja",
Mang Daman menurut. Ia membuka tas milik Robi, dan ia sampai gemetar saat mengetahui isinya.
"Ya Allah Den...., ini uang!, banyak sekali Den, ini milik siapa?, jangan bilang kalau Aden habis merampok", Mang Daman menatap curiga Robi.
"Ambil saja Mang, itu halal kok", senyum Robi.
"Ini benar uang, asli kan?",
"Iya, asli Mang, sengaja tadi bawa uang kes, karena di sini ATM nya kan jauh, jadi saya bawa kesnya saja",
"wah...., Mamang butuh bertahun-tahun untuk mempunyai uang sebanyak ini, lah...Aden, apa pekerjaannya, bisa punya uang sebanyak ini, padahal dua minggu kemarin sakit, baru pulang sehari saja , bawa uang sebanyak ini", Mang Daman masih meraba-raba uang dalam ransel Robi.
"Ambil saja Mang, anggap sebagai ucapan terima kasih saya karena Mang Daman yang sudah menolongku kemarin",
"Ah, nggak usah Den, kan selama ini Aden sudah banyak membantu anak-anak santri di sini", tolak Mang Daman.
"Aden ini kerjanya apa?, semalam sampai bisa punya uang sebanyak ini?", ulangi Mang Daman.
"Tenang saja Mang, itu uang halal. Itu jatah jajan saya, dan hadiah ulang tahun dari Mamih dan Papih", senyum Robi, ia mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur lipat.
Walau hanya kasur lipat, tetapi Robi merasa nyaman tidur di sana, sungguh sangat berbeda dengan tempat tidurnya di rumah.
"Waduh..., ini baru uang jajan Den?", kembali Mang Daman melotot.
"Cckk...ckkk..., hebat ya Aden, pasti di rumah akan lebih nyaman dari pada di sini", Mang Daman melirik Robi yang mulai terpejam.
"Buat apa rumah besar, mobil mewah, uang banyak, tapi sendiri Mang, saya lebih nyaman di sini, biarpun tidur begini, tapi rasanya tenang, apalagi sering terdengar irama-irama merdu, walau saya pusing dengan liriknya dan nggak tahu artinya, tapi terdengar sahdu di telinga, bikin hati mendayu-mendayu", cicit Robi.
"Oh...itu suara orang mengaji Den, makanya Aden juga harus mulai ikut ke Masjid, biar sedikit-sedikit tahu, lama-lama jadi bisa", Mang Daman melirik Robi kembali. Kini sepertinya ia sudah benar-benar tidur, terdengar suara deru nafasnya.
"Hmmm...., kasihan, ternyata Den Robi sampai tidak bisa shalat juga karena dia jauh dari perhatian orang tuanya, dia hanya di bekali harta saja oleh orang tuanya", gumam Mang Daman. Ia menatap Robi lekat, mulai ada rasa sayang di lubuk hatinya, Robi pada dasarnya anak yang baik, buktinya dia berkali-kali membagikan makanan kepada para santri.
Mang Daman ikut merebahkan tubuhnya di samping Robi, tak lupa ia simpan tas ransel Robi di sampingnya . Ia usap lembut rambut Robi, kehadirannya bisa mengobati kesepiannya. Mang Daman pun selalu merindukan istri dan anaknya yang sudah tiada.
"Di sini Robi terjatuh, kemungkinan dia terjatuh ke bawah sana, tapi lihat di bawah sana sepertinya ada kerlap-kerlip lampu, apa ada pemukiman di sana?, kita harus mulai mencari tahu, siapa tahu Robi ada di sana", jelas Ilyas.
Pagi itu Ilyas dan Ronal mulai mencari keberadaan Robi, mereka ini adalah sahabatnya Robi, mereka masih yakin Robi masih hidup, makanya mereka mencuri waktu dari Dery, untuk mencari Robi.
"Kita harus memutar untuk bisa sampai di sana, kita harus pelan-pelan, jangan sampai Dery curiga dengan aksi kita", usul Ronal.
"Oke, besok ke sana, sekarang kembali pulang, jangan sampai telat sampai di bengkel, bisa curiga mereka",
Ronal dan Ilyas kembali pulang, mereka tidak mau ketahuan kalau sedang menyelidiki keberadaan Robi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Damir
mantap novel nya
2024-03-09
0
Happyy
👊🏼👊🏼👊🏼
2023-12-13
0