"Dasar orang aneh, sudah ditolongin, di obatin, di kasih baju ganti , Eehh... ," gerutu Mang daman sambil merapikan tempat tidur bekas pemuda asing tadi.
Tanpa disadarinya, pemuda itu sudah selesai ganti bantu, ia berdiri tepat di belakang Mang Daman.
"Terima kasih sudah menolong",
Mang Daman terperanjat kaget, ia ketahuan sedang mengomel.
"I...i....ya ..., sama-sama Den....", mang Daman menggantung ucapannya, karena belum tahu nama dari pemuda yang kini ada dihadapannya.
"Robi , saya Robi, terima kasih sudah menolong", senyum Robi. Ia membawa dompetnya yang sudah basah, ia keluarkan isinya di atas meja, ada banyak kartu-kartu di dalamnya dan selembar uang dua puluh ribu.
'Yah..., dompet isi kartu semua, mana uangnya' , pikir Mang Daman.
"Pak, di sini ada ATM?", tanya Robi menatap Mang Daman.
"Jangan panggiln Pak , panggil Mang Daman saja, saya hanya tukang kebun di sini", senyum Mang Daman.
"Ya....., tadi kan saya belum tahu, Mang Daman", senyum Robi.
"Iya, apa tadi Den, KTM?", ulang Mang Daman
"ATM Mang, di sini ada nggak?, ulangi Robi.
"Mamang kurang tahu, nanti coba Aden tanyakan kepada Abah",
"Abah, siapa ?", Robi mentautkan kedua keningnya.
"Abah itu pemilik Pondok ini, Abah Ilham, ayo kita temui, tadi dia berpesan untuk membawa Aden menemuinya begitu sadar", jelas Mang Daman.
"Sebentar Mang, saya nunggu kartu-kartu ini kering dulu", Robi mengipas -ngipaskan kertas di atas kartu-kartunya.
"Lah..cuma kartu Den, kalau rusak, dibuang saja",
"Ini bukan kartu sembarangan Mang, ini kartu ajaib, kalau di gesek, bisa menghasilkan uang", senyum Robi.
"Wah...., yang benar Den, coba Mamang lihat" , Mang Daman menghampiri Robi dan mengambil satu kartunya lalu digesek-gesek ke meja.
"Ah...Aden mah bohong, ini tidak menghasilkan uang, sudah di gosok berkali-kali juga",
"Ya, bukan di situ di geseknya Mang, tapi harus di ATM", senyum Robi.
"Oohh, begitu, ayo attu temui Abah, biar kita tanya dimana yang ada ATM nya", Mang Daman berdiri menuju pintu.
"Ayo Den, ikut Mamang, kita temui Abah, simpan dulu saja di sana kartu-kartunya, di sini aman kok", Mang Daman melirik Robi.
"Iya... iya...", Robi berdiri ia menghampiri Mang Daman sambil memegangi sarungnya yang melorot.
"Begini cara pakenya, di paskan dulu di pinggang, lalu lipat, kiri kanan, lalu lipatkan lagi ke dalam", Mang Daman memberitahu cara memakai sarung kepada Robi.
"Saya baru pertama pakai yang beginian, jadi nggak bisa",
"Shalat nggak pakai sarung?",
"Saya tidak shalat Mang", jawab Robi datar.
"Nggak shalat, tapi Aden Islam kan?",
Robi mengangguk. "Kalau Islam ya harus shalat attu",
"Saya nggak bisa shalat Mang, lupa lagi, ribet bacaannya ", Robi membenarkan sarungnya.
"Ck... ck....ck....", Mang Daman memandangi Robi.
"Ya sudah, sekarang temui Abah dulu, sekalian belajar shalat nanti", Mang Daman berjalan menuju ruangan Abah Ilham diikuti Robi.
Sepanjang jalan, Robi melihat sekeliling isi rumah, banyak dilihatnya hiasan dengan huruf menjelimet. Dan di lemari juga dilihatnya banyak buku-buku tebal .
"Assalamu'alaikum", Mang Daman berdiri di depan pintu sebuah ruangan.
"Wa'alaikum salam, masuk", terdengar suara dari dalam.
Perlahan ia buka pintu kepalanya menyembul ke dalam, "masuk Mang", terdengar kembali sebuah suara dari dalam.
"Ayo, masuk", ajak Mang Daman. Mereka berdua masuk. Di dalam nampak seorang tua yang sedang duduk sambil membaca buku tebal yang tadi Robi lihat berjejer di lemari di luar.
"Abah..., ini pemuda yang tadi ditemukan di sungai", Mang Daman menunjuk Robi yang terlihat masih celingukan melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi buku-buku tebal.
"Oh..., duduk attuh Mang", senyum Abah Ilham.
Mang Daman duduk di depan Abah Ilham, diikuti Robi. Nampak Abah Ilham memandangi Robi yang tiba-tiba menunduk begitu dilihat oleh Abah Ilham.
Entah kenapa pandangan Abah terasa menusuk, tajam ke hatinya.
"Kamu siapa?, sudah baikan?", tanya Abah Ilham.
"Saya Robi, terima kasih sudah menolong",
"Berterima kasihlah sama Allah, yang masih memberikan kamu keselamatan", senyum Abah Ilham.
"Iya, terima kasih Allah", ucap Robi datar.
Mang Daman menggelengkan kepala.
"Bukan begitu, berterima kasih kepada Allah itu dengan ucapan Hamdalah, lebih bagus lagi disampaikan sambil shalat", senyum Abah Ilham.
Robi garuk-garuk kepala , "Shalat lagi-shalat lagi, sudah tahu tidak bisa shalat", gerutu Robi.
"Tidak bisa shalat?, kenapa?", Abah Ilham memandang ke arah Robi.
"Ya...karena lupa, terakhir shalat itu waktu TK, diajarin sama gurunya", Robi melengos.
"Ya tidak apa-apa, nanti belajar lagi shalat ya , biar bisa berkomunikasi langsung dengan Allah",
"Terus..., bagaimana ceritanya kamu bisa terdampar di sungai, kamu dari mana?", kembali Abah Ilham memandangi Robi.
Abah Ilham pun mengakui ketampanan Robi, 'Ini pasti bukan orang sembarangan', gumamnya dalam hati.
"Saya kecelakaan motor Bah, oh...iya... motor saya dimana ya, ponsel nya juga, pasti ada di lereng sana, karena saya terjatuh bersama motor", jelaskan Robi.
"Mang, antar saya ke gunung sana, mungkin motor dan ponsel saya masih ada di sana", pinta Robi.
"Besok pagi saja, sekarang sudah mau hujan", tolak Mang Daman.
"Bukannya Aden mau ke ATM?", ingatkan Mang Daman.
"Oh...,iya, saya butuh uang buat beli baju ganti, dimana ATM, terdekat di sini Bah?", tanya Robi.
"Di Swalayan yang ada di ujung jalan sepertinya ada, Ara suka menyetor uang kuliah di ATM sana", jelas Abah Ilham.
"Oh....bagus, bisa sekalian belanja di sana, Mang antar ke sana ya , bukannya mau tahu kalau kartu itu ajaib", senyum Robi.
"Baik Den", senyum Mang Daman.
"Ajaib?, apa yang ajaib Mang?" lirik Abah Ilham.
"Itu Bah, tadi saya melihat pemuda ini mempunyai banyak kartu yang katanya ajaib, kalau di gesek bakal mengeluarkan uang, saya jadi penasaran", senyum Mang Daman.
"Kartu apa?", penasaran Bah Ilham.
"Kartu ATM , katanya kalau di gesek bisa mengeluarkan uang Bah, ajaib kan", terang Mang Daman.
"Beu...., Abah kira apa", kekeh Abah Ilham.
"Ya sudah..., Mang antar dulu Robi, setelah itu ajak dia belajar biar bisa shalat lagi" , perintah Abah Ilham.
Mang Daman dan Robi meninggalkan ruangan Abah Ilham. Di luar Robi melihat para santi laki-laki sedang memasak di lorong kobong.
"Mang, kok rame sih, mau ada apa ini?", Robi melirik Mang Daman.
"Ini kan hari kamis, mereka lagi pada puasa sunat , itu lagi memasak buat buka puasa nanti", jelas Mang Daman.
"Jadi di sini santri memasak sendiri?",
"Iya, kan belajar mandiri, jauh dari orang tua, harus bisa mengurus diri sendiri" senyum Mang Daman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Happyy
💖💖
2023-12-10
0
nonce
sunah 🤭 knp jd sunat 🤣
2023-09-19
3
Gadih Hazar
setangkain mawar untuk mu kak.. semangat nulisnya..
2023-06-01
1