Bab. 14
Setelah mendapatkan alamat serta info dari Richard, Arsya pun segera mengantar pria muda itu pulang ke rumah dan menjelaskan kepada kedua orang tuanya. Mereka berdamai dengan bersyarat kalau Richard tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, apapun itu alasan dan kondisinya.
Setelah itu Arsya tidak langsung kembali ke kantor dan melaporkan semuanya kepada sang atasan. Namun pria itu datang ke alamat yang dikatakan oleh Richard tadi.
Arsya cukup terkejut di kala melihat kondisi tempat yang di duga sebagai tempat tinggal gadis itu.
"Ck! Bener-bener kelewatan lo Zack," gumam Arsya sembari menggelengkan kepala.
Padahal dirinya belum melangkah masuk ke dalam kontrakan yang mungkin ada dua puluh kamar dengan dua lantai.
Dilihat dari lokasinya saja ini merupakan kawasan menengah ke bawah. Di mana posisinya yang terbilang terlalu masuk, serta kondisi bangunannya seperti sudah tua banget.
"Maaf, Bu. Apa benar di sini alamat yang tertera ini?" tanya Arsya untuk memastikan lagi kepada seseorang yang baru keluar dari bangunan tua itu dengan membawa kantung plastik di tangannya.
Perempuan paruh baya itu berhenti, menatap ke arah pria muda dan berpakaian sangat rapi dengan tatapan kagum serta heran. Karena dalam ingatan perempuan paruh baya tersebut, tidak ada penghuni kontrakan ini dengan spek seperti pria yang ada di hadapannya.
"Anda siapa?" tanya perempuan itu yang tidak langsung menjawab pertanyaan dari Arsya. Takut saja kalau ternyata orang itu merupakan orang yang memiliki niat jahat.
Arsya paham, dengan sikap yang ramah pria itu pun memperkenalkan diri.
"Saya Arsya, Bu. Sepupu jauh dari Sila. Apa benar Sila tinggal di sini, Bu?" tanya Arsya sedikit berbohong demi mendapatkan info yabg benar-benar valid. Dari pada nanti dirinya disalahkan kalau sampai mendapat info yang keliru.
Raut perempuan paruh baya tersebut langsung berubah ramah. Tidak sewaspada seperti sebelumnya.
"Oh, saudaranya Nak Sila?" tanya perempuan itu.
"Iya, Bu," sahut Arsya mengangguk mantap.
"Iya, Nak. Nak Sila tinggal di sini. Tapi jam segini dia masih sekolah," ujar perempuan paruh baya itu. "Atau kalau mau nunggu, di kontrakan ibu aja. Kebetulan ada anak laki-laki ibu di rumah," tawar perempuan itu lagi.
Arsya langsung menggeleng sopan.
"Terimakasih, Bu. Saya kesini nanti lagi aja. Kalau begitu saya permisi, Bu," pamit Arsya langsung.
Dia tidak ingin bertemu dengan Sila. Hanya ingin memastikan saja. Langkah selanjutnya jalan ke sekolah gadis itu. Namun, Arsya tidak ingin datang sendiri. Karena akan aneh nantinya.
Dia pun memilih melakukan panggilan kepada atasannya.
"Halo, Tuan Muda Zacky sang pelaku pencabul4n anak di bawah umur," sapa Arsya dengan kalimat kurang ajar nya.
Apakah Zacky marah di sapa dengan julukan seperti itu? Jelas saja iya. Pria itu langsung melayangkan sumpah serapahnya kepada Arsya, sebelum Ardya berucap lagi.
"Udah, nggak usah kebanyakan protes. Karena emang lo yang keterlaluan. Nggak diiket aja itu si Melky. Jadi nggak perlu main rusak rumah anak remaja," ujar Arsya dengan santai nya.
Ada rasa kasihan di benak Arsya. Gadis yang sepertinya sangat sederhana dan juga masih sangat muda, harus mengalami hal sulit seperti ini. Lebih lagi dengan orang yang baru ditemui.
"Pokoknya lo yang harus ke sini sendiri. Temuin dia. Sebelum dia buat laporan ke Kak Seno," ingat Arsya. "Gue ada di sekolah Mahardika."
Sedang, selama satu minggu ini tidak ada kabar atau tuntutan yang datang kepada Zacky. Padahal wajah pria itu sering sekali wara wiri di berbagai media. Makanya aneh rasanya kalau tidak ada laporan apapun setelah apa yang dilakukan oleh Zacky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
ㅤㅤ ㅤᴋᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ𝐘𝐮_𝐊𝐚𝐙⃝🦜꒷꒦‧
mau buat laporan kek mana coba si sila?gak ada bukti,saksi mata, apalagi duit..serasa makan angin,gak kenyang tapi kembung..
2023-06-10
5
epifania rendo
datanglah ke sekolah
2023-06-06
0
Fitri
kk keren 😘😘😘
2023-05-07
1