Bab. 10
Seharian ini Sila mengurung dirinya di kontrakan. Rasa-rasanya ia belum bisa keluar dari kontrakan yang tidak luas ini.
Selain tubuhnya yang terasa sakit, juga cara jalannya yang terlihat aneh. Alasan yang lain juga turut Sila pertimbangkan. Yakni ada jejak di beberapa tempat terbuka. Di mana tempat itu sangat mudah sekali dijangkau oleh mata.
Mau menghubungi seseorang pun tidak bisa ia lakukan. Karena semua barangnya masih tertinggal di sekolah. Sila memilih rebahan di atas tempat tidurnya. Tidak mau melakukan sesuatu. Bahkan di saat perutnya terasa lapar pun Sila tidak bangkit dari tempatnya.
Matanya juga sangat susah untuk terpejam. Karena ketika memejamkan mata, bayangan kejadian beberapa jam yang lalu membuat tubuhnya gemetar takut. Takut kalau sampai di saat dirinya terlelap, ada seseorang yang melakukan hal sama kepada dirinya.
Hal tersebut menjadi ketakutan tersendiri bagi Sila. Sampai-sampai membuat gadis yang tinggal sendirian di Ibu Kota, meremas perutnya sendiri. Mengganjalnya dengan bantal untuk menyamarkan rasa lapar.
"Kenapa mie-nya pada habis semua, sih!" kesal Sila.
Jika ia tidak bisa keluar untuk beli makanan di wartek dekat kontrakan, biasanya Sila selalu menyimpan mie instan yang cukup banyak. Buat jaga-jaga kalau ia menghadapi situasi seperti ini. Atau kalau para sahabatnya itu main ke rumahnya. Karena ia sendiri juga tidak bisa memasak. Lebih tepatnya malas dan juga tidak mempunyai lemari pendingin untuk menyimpan bahan masakan.
Ketika ingin menyalakan televisi dan berniat menonton drama dari dvd untuk mengalihkan pikirannya, Sila mendengar suara pintu rumahnya di ketuk.
Gegas gadis itu beranjak dan berjalan mendekat ke arah pintu. Ia teringat kalau hari ini waktunya membayar kontrakan. Beruntung ia masih mempunyai uang yang ia simpan di lemari nya.
"Iya, Bu! Sebentar, saya ambil uang dulu," ujar Sila agar seseorang yang ia pikir ibu pemilik kontrakan itu tidak mengetuk pintunya terus menerus.
Klek!
"Lo lama banget sih bukain pintunya. Kek ngumpetin pacar lo aja!"
Kalimat semprotan pun Sila terima di kala membuka pintu. Ternyata yang ada di luar bukan pemilik kontrakan, melainkan salah satu sahabatnya, Melani.
"Ck! Kirain gue yang punya kontrakan. Makanya gue ambil uang dulu," balas Sila.
Beruntung ia sempat meraih jaket yang tersampir di sandaran kursi demi menutupi jejak merah yang ada di leher serta dadanya.
"Ngapain lo make jaket? Udah siang, juga. Sakit a?" tanya Melani menelisik penampilan Sila yang aneh.
"Gue kena flu," elak Sila cepat. "Semalam kan make baju terbuka kayak gitu. Belum terbiasa tubuh gue," imbuhnya lagi agar lebih meyakinkan.
Melani mengangguk paham. Ia tahu sahabatnya ini penyanyi cafe. Tapi selama ia kenal Sila, Sila tidak pernah memakai baju terbuka. Temannya ini lebih cenderung memakai baju tertutup dan terkesan imut.
"Nih, tas dan barang lo," ucap Melani sambil menyerahkan milik Sila. "Kemana lo semalam? Nggak ada pamit atau apa, malah main ilang aja setelah perform," protes Melani.
Lalu gadis itu melangkah masuk dan menaruh sebuah kantung keresek di lantai. Karena di sana tidak ada meja. Yang ada hanya meja belajar Sila, dan Melani tidak mungkin menggunakan meja tersebut karena ukurannya yang kecil dan sudah penuh buku milik Sila.
"Panjang ceritanya," balas Sila dengan suara lirih.
Melihat Melani membawa makanan, cepat-cepat Sila mengambil piring untuk mereka. Namun ia lupa kalau cara jalannya sedang tidak baik-baik saja.
"Lo sakit beneran?" tanya Melani melihat cara jalan Sila yang tidak seperti biasanya. "Habis jatoh atau apa? Kok kaki lo kek ngangkang gitu jalannya, Sil? Periksa ke dokter, ya? Gue anterin," cecarnya yang ingin bangkit tetapi segera ditahan oleh Sila.
"Eh, nggak nggak usah, Mel!" cegahnya dengan raut panik. Secepat kilat ia harus mencari alasan agar terdengar masuk akal oleh temannya ini. "Lo tau sendiri semalam gaun gue ribet banget, nah, gue kagak sadar tuh lari dan nggak liat jalan dengan bener. Soalnya si manager cafe udah jemput gue. Jadinya deh gue jatoh," terang Sila kemudian.
Jantungnya berdegup kencang. Takut kalau Melani tidak mempercayai ceritanya.
'Mudah-mudahan dia percaya.' batin Sila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Melani..Apa Melani ini yg di sukain Ricard??🤔🤔
2024-02-14
0
ㅤㅤ ㅤᴋᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ 𝕯𝖜𝖎_𝐙⃝🦜꒷꒦‧
apa mungkin Melani ini sahabat sila yg ditaksir icad?
2023-06-10
1
epifania rendo
sabar
2023-06-06
0