Melalui latihan yang sangat keras, kemampuan fisik Arya semakin kuat. Tanpa menggunakan jurus pun, dia mampu mengalahkan pendekar langit tahap puncak.
Kualitas tulang Arya, sudah mencapai tulang naga tingkat dewa, sehingga kekuatan fisiknya menjadi luar biasa.
Sekarang Arya sudah waktunya untuk memilih jurus, dan teknik bertempur secara khusus, yaitu jurus-jurus Rajawali Sakti.
Diantaranya jurus Cakar Rajawali, Cengkraman Rajawali, Benteng Sayap Rajawali, Rajawali Memangsa Lawan, Rajawali Mencuri Kekuatan, serta Dewa Rajawali Mengunci Lawan.
Dimana jurus dan teknik bertempur ini, memiliki daya tempur yang dahsyat, selain dapat mencengkram dan mengunci musuh-musuhnya dari jarak jauh, juga dari telapak tangannya dapat mengeluarkan kekuatan api dan petir, yang sangat mengerikan. Sesuai keinginan penggunanya.
"Aku ingin melihat semangat latihan mu, maka kamu harus berlatih teknik bertempur, dan jurus Rajawali Sakti," ujar gurunya.
"Baik Kakek guru," jawab Arya, menghampiri gurunya.
Kemudian Guru Widjaya, mentransfer ilmu kekuatan rajawali sakti ke tubuh Arya. Terasa oleh Arya, ada kekuatan dari gurunya menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dibelakang tubuh Arya, muncul dua burung rajawali raksasa, dengan cengkraman tangannya yang sangat kuat dan mengerikan.
"Hahaha... Sempurna," ujar gurunya tertawa renyah.
"Kakek Guru, apa artinya itu?" Tanya Arya penasaran.
"Itu artinya, kamu dapat mempelajari jurus dan teknik bertempur Rajawali Sakti dengan mudah. Dan dua burung rajawali raksasa itu, dapat membantu mu dalam setiap kesulitan yang kamu hadapi," kata gurunya menjelaskan.
"Terimakasih Kakek guru," ucap Arya sumringah senang.
Setelah proses transfer ilmu Rajawali Sakti, kemampuan pemahaman teknik jurus dan kultivasinya, menjadi lebih baik, apalagi Arya begitu tekun memahami jurus dan teknik bertempur Rajawali Sakti, hingga menjadikan jurus Rajawali, menjadi jurus yang sangat luar biasa.
Keunggulan jurus rajawali, dapat menguatkan kekuatan jiwa dan kekuatan fisiknya. Dan dapat meningkatkan daya tempur jiwa dan fisiknya.
Beberapa waktu berlalu, Arya dan gurunya keluar dari dunia kecil, dan kembali ke hutan larangan. Mereka berdua muncul disebuah gubuk tua.
"Nak, coba kamu berlatih bertarung dengan hewan buas, atau hewan siluman. Di hutan ini banyak hewan buas dan hewan siluman. Kamu cari hewan buas dan hewan siluman, dengan level tinggi, agar daya tempur mu semakin meningkat," ucap gurunya, memberi perintah kepada Arya.
"Baik Kakek guru," jawab Arya, lalu beranjak dari hadapan gurunya, pergi mencari hewan buas, atau hewan siluman untuk menjajal kemampuan bertarungnya.
"Hmm... Hutan ini ternyata sangat menyeramkan," batin Arya, sambil terus melangkahkan kakinya, menuju ke sebuah tempat hewan siluman berkumpul.
Tidak begitu lama, Arya sudah tiba ditempat para hewan siluman berkumpul. Lalu dia melompat ke sebuah dahan pohon, untuk mengamati situasi ditempat itu.
Ada beberapa hewan siluman yang sedang rebahan. Dengan kecepatannya, Arya melompat dari dahan pohon, menghampiri sekumpulan hewan siluman, sambil memberikan pukulannya.
Duar.... Duar....
Arya memukul beberapa hewan siluman. Pukulan setengah kekuatan Arya, menghempaskan beberapa hewan siluman hingga mental menabrak pepohonan.
Pertempuran dimulai. Sama-sama saling menyerang dan bertahan. Arya bergerak cepat memukul hewan-hewan siluman tersebut.
Pertarungan Arya dengan hewan-hewan siluman, tujuannya tak lain hanya untuk menguji kemampuan dan kekuatannya.
Waktu pun berjalan. Pertempuran Arya dengan hewan-hewan siluman, terus berlanjut hingga hampir menjelang sore.
Akhirnya, pertempuran pun berakhir. Posisi Arya duduk lelah, setelah membantai puluhan hewan-hewan siluman.
Setelah kekuatannya pulih, dia bergegas menuju ketempat gurunya.
_______________
Tidak terasa, waktu pun cepat berlalu, sudah tiga tahun Arya berlatih. Berlatih jurus-jurus rajawali sakti, serta berlatih teknik kultivasi jiwa dewa, dan teknik Kultivasi Tingkat Dewa, karena dia sendiri bercita-cita ingin menjadi seorang Kultivator Tingkat Dewa, yang tidak ada tandingannya di seluruh semesta alam raya.
Kesungguhan Arya dalam berlatih, yang sebelumnya dianggap seorang pemuda hina, pemuda sampah, dan seorang pecundang, kini membuahkan hasil. Dia sekarang telah memiliki kekuatan yang cukup mengerikan, ranah kultivasinya sudah berada ditingkat pendekar dewa langit tahap puncak.
Selama di hutan larangan, Arya sudah menguasai jurus-jurus rajawali sakti, dan teknik cengkraman rajawali dengan sempurna, sehingga dirinya semakin bertambah kuat.
"Baiklah, sekarang kamu sudah waktunya meninggalkan tempat ini. Berpetualanglah di alam semesta ini. Bantulah orang yang membutuhkan bantuan. Bunuhlah orang yang pantas dibunuh," ucap gurunya.
"Baik Kakek guru. Aku pamit," jawab Arya, sambil berlutut memberi hormat dihadapan gurunya.
Arya melangkahkan kakinya, keluar dari hutan larangan, menuju kesebuah kota, yang tak jauh dari hutan tersebut.
Sudah banyak kultivator, dan para pendekar memasuki kota. Karena di kota itu, kebetulan sedang diadakan pertarungan untuk memilih perajurit tangguh kerajaan Daha.
Sudah banyak para kultivator, dan orang-orang memenuhi alun-alun.
Arya pun, turut serta dalam acara pemilihan prajurit tangguh kerajaan Daha. Setelah dia mendaftarkan diri, Arya berkumpul dengan para kultivator lainnya, yang juga sama-sama mengikuti pemilihan itu.
Tiba giliran Arya, memasuki arena pertarungan. Para penonton bersorak. Ada juga yang taruhan.
Kehadiran Arya di arena pertarungan pemilihan prajurit tangguh, membuat suasana semakin ramai. Karena sudah banyak kultivator, yang mencoba melawan Arya, namun dapat dikalahkannya dengan mudah.
"Lihat itu! Hanya dengan satu serangan tunggal, lawannya dibuat tak berdaya," ucap penonton, sambil menunjuk ke arah Arya.
Selain para penonton, kehadiran Arya juga menarik perhatian para petinggi kerajaan Daha, termasuk Panglima Kerajaan, Jenderal Besar Begawan Abisana, karena Arya sudah memenangkan enam puluh dua pertarungan tanpa istirahat.
"Sungguh kultivator yang kuat," batin sang jenderal besar kagum.
Para penonton semakin dibuat penasaran, dengan jurus-jurus yang digunakan Arya, tidak seperti jurus-jurus kultivator lainnya. Jurus-jurus yang digunakan Arya, sangat aneh dan asing dimata para penonton.
Setelah Arya memenangkan enam puluh delapan pertarungan, petinggi kerajaan Daha menginterupsi pertandingan.
"Nak, siapakah dirimu?" Tanya Jenderal Besar Begawan Abisana, menatap Arya.
Arya pun balik menatap sang jenderal dan tersenyum.
"Maaf sebelumnya tuan jenderal, aku adalah seorang petualang," jawab Arya, tersenyum ramah.
Pertarungan pun terus berlanjut, hingga tersisa sepuluh besar petarung. Dan Arya urutan pertama, dari sepuluh besar petarung itu.
"Hahaha... Akhirnya kerajaan Daha telah mendapatkan sepuluh petarung yang tangguh," ujar Jenderal Besar Begawan senang.
Arya menjadi pusat perhatian, mengingat kekuatannya dalam bertarung. Banyak para penonton dibuat penasaran, karena para lawan-lawannya, tidak ada yang mampu bertarung dengannya.
Memang menakjubkan, hanya dengan satu serangan tunggal, langsung mengalahkan lawan-lawannya.
"Benar-benar tangguh, selain teknik jurusnya, kekuatan fisiknya juga luar biasa. Bahkan sepertinya dia belum mengeluarkan kekuatan sepenuhnya," batin sang jenderal besar, kagum terhadap Arya.
Sepuluh besar petarung, diperintahkan untuk naik ke panggung.
"Jenderal besar, silahkan memberikan hadiah kepada para pemenang," ucap ketua pelaksana pertandingan.
______________
Akhirnya, ke sepuluh besar petarung, dibawa oleh sang jenderal besar, ke jantung kota metropolitan, kota raja Daha.
Perjalanan dari kota Singaparna, menuju kota metropolitan, memerlukan waktu satu bulan penuh perjalanan, dengan menggunakan kereta kuda.
Kesepuluh petarung mulai menjalin hubungan untuk lebih mengakrabkan diri. Terlebih mereka yang berasal dari satu kota, sehingga mereka harus tetap kompak.
Jenderal Besar Begawan Abisana, sangat senang melihat kebersamaan mereka. Karena jarang hal seperti itu terjadi. Dia berharap, kebersamaan mereka tetap bertahan hingga berada di kota metropolitan.
Setelah cukup lama dalam perjalanan, rombongan Jenderal Besar Begawan Abisana, yang membawa sepuluh orang petarung tangguh, menyempatkan diri untuk mampir disebuah kota yang dilewatinya, Kota pelabuhan Tanjung Perak, yang masih dibawah kekuasaan kerajaan Daha, berlokasi dekat dengan laut, sehingga banyak para pedagang yang singgah untuk menjual barang-barang dagangannya.
"Ternyata kota ini ramai sekali, banyak saudagar kaya pedagang yang singgah," batin Arya, sambil memperhatikan para saudagar kaya.
Setelah memasuki kota, mereka semua mencari penginapan untuk beristirahat. Kesepuluh petarung sudah mendapatkan kamarnya masing-masing, dan mereka semua masuk kamar untuk beristirahat. Kecuali Arya, yang tidak beristirahat.
Arya keluar dari penginapan, untuk mencari sebuah rumah makan. Setelah berkeliling, dia menemukan sebuah rumah makan mewah. Dia pun masuk ke rumah makan mewah tersebut, dan langsung memesan makanan terbaiknya.
Tak seberapa lama, saat dirinya menikmati makanannya, masuk lima pemuda dengan pakaian bangsawan. Satu orang pemuda seperti tuan muda kota.
Mereka berlima menghampiri Arya, dengan angkuh dan arogan.
"Saudara, silahkan saudara pindah dari meja ini. Karena meja ini hanya untuk tuan muda kota," ucap salah satu pemuda itu menatap Arya.
"Kenapa harus di meja ini, kan masih banyak meja yang lain," ujar Arya, tidak senang diusir oleh mereka.
"Apakah kamu tidak tau siapa kami," hardik pemuda lainnya.
"Aku tidak tau, dan tidak mau tau," sergah Arya ketus.
"Bajingan kau, berani menentang tuan muda kota ini," ucap pemuda disamping tuan muda kota.
Duar... Bugh... Brakk...
Tiba-tiba kelima pemuda itu terhempas, menimpa dinding rumah makan. Tidak tahu apa yang terjadi, para pengunjung lainnya juga terkejut, karena tidak ada yang tau persisnya.
Sedangkan Arya hanya tersenyum, sambil terus menikmati makanannya, matanya menatap kelima pemuda yang terlempar itu.
Kelima pemuda itu meringis, merasakan badannya sakit, dan tulang-tulangnya terasa ngilu, karena selain dihantam secara cepat oleh Arya, juga mereka semua terlempar menimpa dinding rumah makan.
"Itulah akibatnya, kalau berani mengganggu orang yang hendak makan," ucap Arya datar.
Kelima pemuda itu lantas keluar dari rumah makan, sambil memberikan ancaman kepada Arya.
"Tunggu balasan dariku," kata tuan muda kota, terus berlalu menjauh dari rumah makan.
Arya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Pengunjung lainnya juga terheran-heran, karena mereka tidak tau apa yang telah dilakukan Arya. Gerakan Arya sangat cepat dan tidak terlihat oleh mata mereka.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
jeck
tak adakah bekal perjalanan dari gurunya (cin-cin ruang)
2024-07-16
1
Simon Tambun
Saya pun nggak melihat gerakkan Arya Thor...😁
2024-02-29
0
Putra_Andalas
nGebut amat ni Cerita..😵
2023-09-05
1