Kultivator Tingkat Dewa
Dinginnya udara di pagi hari, menyelimuti kawasan hutan larangan, di Pegunungan Dewa Agung. Rasa dinginnya hingga menusuk tulang dan meresap masuk kedalam sumsum.
Dari jauh, tampak seorang remaja berusia 16 tahun, dengan penuh semangat, melangkahkan kakinya menuju sebuah hutan larangan, dikawasan gunung tersebut.
Sekelompok pemuda yang berpapasan, mengejeknya. "Lihat itu si hina, yang sedang mencari kematiannya!" Ejek pemuda pertama.
"Dia itu aib dikampung kita," sambung pemuda lainnya.
Remaja yang selalu di hina itu, terus melangkahkan kakinya, menghiraukan hinaan tersebut. "Aku harus menjadi kuat," ucapnya dalam batin.
Jiwanya bergetar. Meskipun langkah kakinya terus terayun, namun dari mimik wajahnya, terlihat sepenggal rasa dendam. "Aku harus berusaha untuk menjadi kuat," batinnya lagi.
Remaja itu bernama Arya Kusumah, seorang remaja sebatang kara, yang hidupnya terlunta-lunta, dan selalu mendapat hinaan dari orang-orang sekampungnya.
Penghinaan dan cacian yang dia terima, terjadi setelah kedua orang tuanya meninggal, hidupnya sebatang kara, hanya ada seorang sepuh sebagai Ketua Kampung, yang selalu memberikan perhatian kepadanya.
Namun oleh saudara-saudaranya, dia dikucilkan, dan dianggapnya sebagai pembawa sial, sampai-sampai ketika kedua orang tuanya meninggal, dituduhkan kepada dirinya sebagai anak pungut pembawa sial.
Anak pungut! Dia selama ini memikirkan, siapakah orangtua Arya yang sebenarnya. Walaupun dia mencari tau, namun seorangpun dari saudaranya, tidak ada yang tau persis, kapan dan siapa yang membuang dirinya, dan ditemukan dipinggir hutan oleh seorang pria setengah baya, ketika pria itu tengah mencari kayu bakar.
Karena asal usul dirinya tidak jelas itulah, maka dirinya dianggap sebagai anak pungut pembawa sial.
Meskipun Arya selalu di hina, dituduh pembawa sial, dilempari batu dan diusir dengan penuh cacian. Dia tidak bisa membalasnya, karena dirinya sendiri merasa sebagai orang yang sangat lemah, untuk melawan orang-orang yang memiliki kekuatan.
Hingga dia akhirnya nekad memasuki hutan larangan, hanya untuk mendapatkan sebuah keberuntungan.
Dengan hanya mengandalkan keberanian, dan berharap bertemu dengan sebuah keberuntungan, yang dapat merubah nasibnya, Arya terus melangkahkan kakinya, dengan penuh semangat dan keyakinan yang kuat didalam dirinya.
Menjelang sore, akhirnya akhirnya menemukan sebuah sungai, yang airnya sangat jernih.
Dengan tubuhnya yang lelah, dan keringat yang membasahi pakaiannya, Arya berniat membersihkan dirinya, sebelum melanjutkan kembali perjalanannya.
Setelah membuka pakaiannya, lalu Arya melompat ke sungai, dan terus menyelam ke dalam air.
Dengan mengandalkan kemampuan fisiknya yang lemah, Arya mampu bertahan beberapa menit di dalam air. Lalu kembali muncul di permukaan air, dan bergegas beranjak dari sungai.
Setelah mengenakan pakaiannya kembali, kemudian dia melanjutkan perjalanannya lagi, memasuki hutan larangan.
Saat memasuki bagian dalam hutan larangan, dia merasakan aura yang semakin kuat menerpa dirinya. Walaupun demikian, dia terus melangkahkan kakinya memasuki hutan larangan lebih dalam lagi.
Kemudian dia menghentikan langkahnya sejenak, saat tiba-tiba lapisan kabut tipis bergerak, menyelimuti seluruh hutan larangan.
Arya berharap, semoga dapat menemukan sesuatu yang berharga, didalam hutan tersebut.
Dia terus melangkahkan kakinya, melewati kabut tipis itu.
Tiba-tiba Arya terkejut, mendengar suara teriakan yang menggema di seluruh hutan larangan.
"Hai bocah nakal! Berani-beraninya kamu memasuki kawasan hutan terlarang!"
Suara tersebut menggema, diseputaran kawasan hutan larangan.
"Hari ini kamu akan menjadi santapan ku!"
"Tuan, siapa anda? Aku tidak bermaksud mengganggu tuan, aku hanya tersesat," ucap Arya memberanikan diri.
"Hari ini kamu tetap akan menjadi santapan ku." Suara itu terus menggema.
Tanpa berpikir panjang, Arya lalu berlari sekencang-kencangnya, sambil mencari jalan keluar dari hutan larangan. Namun tidak semudah yang dia pikirkan, karena dalam keadaan kalut, dia lari selari-larinya. Tanpa memperhatikan keadaan disekitarnya. Dia terus berlari memasuki hutan lebih dalam lagi. Akibatnya, tanpa disadari, dia berhadapan dengan seekor hewan buas. Tanpa berpikir lagi, dia balik arah menuju ke sebelah kiri, dan terus berlari sekencang-kencangnya.
Tidak terasa, dia tiba didepan sebuah gubuk tua, ditengah hutan. Dia sejenak diam mematung, memperhatikan keadaan disekitar gubuk tua itu.
Tiba-tiba, muncul seorang pria sepuh dihadapannya, entah darimana datangnya, menghampiri Arya yang mematung, yang memperhatikan sosok pria sepuh tersebut.
Wajah sepuh itu tersenyum, ketika melihat Arya, lalu pria itu menggunakan mata malaikatnya untuk melihat tubuh Arya, hingga membuat pria sepuh itu semakin tersenyum renyah.
"Hmm...! Tipe tubuh kaisar," batin pria sepuh itu takjub.
Kemudian pria sepuh, membawa Arya masuk ke dalam gubuk tua.
Swhuusss.... Whuungg....
Seperti dalam mimpi, tiba-tiba Arya berada disebuah Istana Kerajaan yang megah.
"Nak...! Siapa nama mu? Tanya pria sepuh tersebut dengan ramah.
"Arya Kusumah," jawabnya gugup. "Tuan, dimana ini?" Tanya Arya bingung.
"Saat ini kamu berada didalam dunia kecil ku, dan ini adalah Istana Kerajaan Dewa Agung," jawab pria sepuh.
Tanpa basa-basi lagi, pria sepuh itu meminta Arya untuk menjadi muridnya.
"Panggil aku Kakek Guru Widjaya, kamu akan menjadi muridku," ucapnya tersenyum ramah.
Arya tidak segera menjawab.
"Apakah kamu bersedia?"
Arya malah bingung. Ditatapnya Kakek Guru Widjaya lekat-lekat.
"Arya, apakah kamu bersedia?" Tanya ulang Kakek Guru Widjaya.
Setelah berpikir cukup lama, Arya menganggukkan kepalanya.
"Aku bersedia Kakek Guru!" Ucap Arya, memberi hormat berlutut dihadapan Kakek Guru Widjaya.
"Hahaha.... Akhirnya setelah ribuan tahun, aku memiliki seorang murid," ucapnya bahagia.
Arya terkejut mendengar ucapan gurunya. "Kakek Guru, siapakah anda sebenarnya?" Tanya Arya penasaran.
"Suatu saat nanti, kamu akan tau siapa diriku yang sebenarnya. Sekarang yang perlu kamu tau, aku adalah gurumu," ucap Guru Widjaya. "Baiklah, hari ini kamu istirahat dulu. Karena besok kita akan memulai latihan," tambahnya.
Setelah berkata, pria sepuh itu lalu menunjukkan sebuah kamar, untuk Arya istirahat.
Didalam kamar, Arya berusaha untuk berkultivasi. Meskipun dirinya dianggap cacat, karena tidak bisa berkultivasi, sehingga saudara dan penduduk kampung, menganggapnya sebagai pemuda pembawa sial, namun dia tidak berputus asa, berusaha dan berusaha terus.
Pagi harinya, Arya sudah mulai latihan, dibimbing oleh Kakek Guru Widjaya.
"Ini adalah air terjun es. Silahkan kamu berendam dibawah air terjun," perintah Kakek Guru Widjaya.
Arya menuruti perintah Kakek Gurunya, tanpa membantahnya.
Pertama masuk, airnya terasa dingin. Setelah berendam cukup lama, rasa dingin itu semakin menjadi dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Kulit, daging dan tulang-tulangnya terasa membeku, hingga Arya berusaha menahan rasa dingin, yang membekukan tubuhnya, dengan mengalirkan energi murni keseluruh tubuhnya.
Sekuat mungkin, dia harus bertahan agar tetap sadar. Meski terasa sangat menyakitkan "Aku harus berhasil dan menjadi kuat," batin Arya menahan rasa sakitnya.
Tubuhnya semakin tegang dan membeku.
"Tetap bertahan. Air itu tidak akan membunuhmu," kata Kakek Guru Widjaya.
Arya yakin, bahwa kata-kata gurunya benar, dan gurunya akan melindunginya.
Menjelang malam harinya, dia sudah tidak merasakan dingin lagi. Malah kebalikannya, tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Namun perutnya terasa perih karena lapar.
Setelah dia diperintahkan oleh gurunya, untuk beranjak dari air terjun. Baru dia menghampiri gurunya, yang sudah membakar dua ekor ayam hutan.
"Makanlah," ujar gurunya.
"Hmm... Kebetulan aku lagi lapar," batin Arya, sambil meraih seekor ayam panggang dihadapannya.
Setelah merasa kenyang, Arya lalu beristirahat masuk ke kamarnya.
Esok harinya, dia disuruh membaca semua kitab-kitab suci kuno, yang ada didalam sebuah ruang pustaka istana.
Banyak kitab-kitab suci kuno, yang memiliki tingkatannya masing-masing. Begitu juga dengan kitab tingkatan kultivasi.
Setiap hari, Arya berlatih dengan berendam dibawah air terjun es, dan membaca semua kitab-kitab suci kuno, yang ada di ruang pustaka istana tersebut.
Selain fisiknya semakin kuat, pengetahuannya tentang dunia kultivasi menjadi semakin luas.
Tidak terasa, sudah satu tahun berlalu, tubuh Arya menjadi lebih kuat, pada saat bergerak terasa lebih ringan. Titik-titik meridian ditubuhnya telah terbuka, sehingga dapat menyerap kekuatan dari luar menjadi tenaga inti.
Kekuatan fisik Arya, meningkat pesat dan kuat. Kualitas tulangnya juga semakin meningkat.
Kualitas tulang memiliki tingkatan, mulai dari yang terendah seperti tulang gajah, tulang Qilin, Phonix, dan tulang naga. Setiap tingkatan terbagi menjadi tingkat perunggu, perak, emas, berlian dan dewa.
Sedang Arya sendiri, setelah berlatih terus menerus, saat ini kualitas tulangnya telah mencapai tulang naga tingkat berlian, satu tahap lagi naik ke tingkat dewa.
"Nak Arya, besok kamu pindah berendam di air panas mendidih. Kebalikannya dari air es yang membeku," ucap gurunya.
"Baik Kakek Guru," jawab Arya semangat.
Pagi harinya, Arya mulai berendam di air panas yang mendidih. Tampak permukaan air itu, mendidih dan mengeluarkan uap panas.
Arya memberanikan diri memasuki bak air yang mendidih. Tiba-tiba uap air panas itu, bergerak menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Oohhh...." Keluh Arya, menahan rasa panas yang menyakitkan.
"Ohh... Akhh..." Keluhnya lagi, sambil merasakan rasa panas yang menyakitkan.
Enam jam berlalu, kini Arya sudah tidak merasakan rasa panas itu lagi.
"Hahaha.... Tipe tubuh kaisar langit memang sangat luar biasa," ujar Kakek Guru Widjaya, sambil terus mengawasi muridnya.
Setiap hari terus menerus, Arya berlatih dengan berendam di bak air panas yang mendidih, dan membaca kitab-kitab suci kuno.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rizal Youw
kek desah njr oh ahh🤣
2024-01-17
0
ᜫ͢ ⁶²ハナフィ⁵⁴
Ternyata sama dengan yang di Fz.. cuman beda Panji dengan Arya aja.. monyet lah🐒🐒
2023-05-12
4
XiaoYan
novel baru nih moga tetap konsisten juga percakapannya di kasih nama terus
2023-05-12
1