Rencana

Setelah selesai rapat, Hana segera menemui pengacara nya untuk mengurusi perceraian. Tak sudi rasanya jika harus berlama-lama tinggal dengan para pengkhianat itu.

"Selamat sore, Nyonya. Tumben Anda mengabari saya begitu mendadak, apa ada masalah urgent." Sapa Haris, pengacara Hana. Pria itu terlihat tergesa-gesa dan nafas nya sedikit terdengar memburu, seperti orang yang baru saja berlari.

Hana hanya mengangguk dan sedikit mengulas senyum. Walaupun ini bukan termasuk masalah urgent, tetapi  bagi Hana perceraian ini harus bisa di selesaikan dengan segera. Lebih cepat lebih baik bagi nya.

"Tidak masalah, silahkan duduk." Hana mempersilahkan Haris untuk duduk di depan nya.

Untung nya suasana Cafe tampak sepi, jadi tidak perlu khawatir bila ingin membahas sesuatu yang penting. Mungkin karena sudah senja, banyak orang-orang sudah kembali ke rumah.

"Maaf sedikit terlambat, saya harus menyiapkan berkas-berkas yang Anda minta lebih dulu."

"Ya, tidak apa-apa. Sebenernya ini bukan sesuatu yang urgent, tetapi jika dilakukan secepatnya akan lebih baik."

Haris mengangguk setuju. Selebihnya Hana menceritakan tentang perselingkuhan Farhan. Dai juga membawa rekaman cctv rumah yang memperlihatkan beberapa adegan tak senonoh keduanya. Bodoh nya Hana, meskipun di rumah nya dilengkapi cctv, tetapi jarang sekali mengeceknya. Untung lah sekarang semua nya sudah terbongkar dengan sendirinya. Seperti nya ketertinggalan berkas tadi pagi merupakan suatu keberkahan bagi nya.

"Saya minta seluruh aset milik saya diamankan semua. Dan untuk aset-aset atas nama Farhan harus dibagi rata." Tegas Hana. Enak saja Farhan masih ingin bermewah-mewahan setelah semua yang terjadi. Dia tak akan membiarkan Farhan bisa hidup semewah dulu. Bahkan jika bisa, semua harta Farhan harus jatuh ke tangan nya. Tapi dia tak mungkin sampai se serakah itu.

Haris mengangguk setuju, dia akan melakukan sebisa mungkin agar keinginan klien nya dapat terwujud.

"Baik, nyonya. Untuk perkara nya akan saya pelajari lebih dulu. Jika sudah siap maka akan langsung saya kabari untuk mengajukan cerai."

Hana kembali mengangguk. Kali ini ekspresi nya lebih datar dari sebelum nya, tak ada lagi senyum yang tampak dibibir. "Saya percayakan semua pada Anda."

"Anda tidak perlu khawatir, saya pasti akan membantu yang terbaik. Kalau begitu, saya permisi dulu." Farhan menjabat tangan Hana yang langsung dibalas oleh nya.

Setelah Farhan pergi, Hana ikut bergegas dari sana setelah membayar tagihan.

.

.

Setelah keluar dari Cafe, Hana baru menyadari kemana ia harus pulang. Tak mungkin sekali dia kembali ke rumah terkutuk itu setelah semua yang terjadi.

Pikiran nya sungguh buntu ingin harus kembali kemana. Satu-satunya jalan mungkin dia harus menginap di hotel untuk sementara waktu.

Hana kembali mengamati jam di ponsel yang ternyata sudah pukul 7 malam, pantas saja tubuh nya sudah sangat lengket dan lelah. Sebenernya banyak sekali panggilan tak terjawab dari Farhan, tapi Hana enggan mengangkat dan lebih memilih untuk mematikan nada dering ponsel agar tidak terganggu.

Akhirnya dia memutuskan kembali ke mobil untuk mencari hotel terdekat. Sayang sekali, apartemen milik nya sedang disewakan, sehingga tak lagi memiliki tempat tinggal selain rumah satu-satunya itu.

"Siall!" Kenapa hari ini aku banyak mengalami sial?" Hana menggumam sembari memukul stir kesal saat mobil nya tak bisa berjalan, dan seperti nya mogok karena rusak akibat tadi pagi menabrak Bugatti di depan nya.

Hah, wanita itu hanya bisa menghela nafas lelah sembari memijit kening nya. Kepala nya begitu pusing memikirkan semua yang terjadi. Andai wanita lain mungkin kali ini sedang menangis tiada henti, tetapi Hana yang sudah terbiasa menghadapi masalah sejak kecil tak akan membiarkan satu tetes pun air matanya tumpah. Menurut nya air mata tak menyelesaikan masalah, lebih baik memikirkan solusi dibanding harus menghabiskan waktu dengan menangis.

Dia kembali keluar untuk mengecek kondisi mobil yang memang bagian depan nya sedikit ringsek.

"Halo, kakak cantik. Kita bertemu lagi." Suara itu berhasil mengagetkan Hana.

Saat membalikkan badan, mata nya langsung bertatapan dengan pria tengil yang tadi membuat ulah sekaligus pemimpin perusahaan tempat kerja nya saat ini.

Kedua tangan nya dimasukkan ke dalam celana dengan wajah nya yang terus tersenyum terang diiringi dengan siulan ringan membuat Hana memutar bola matanya. Gaya nya yang sok banget membuat Hana ingin sekali mengumpat, untung tampan, jadi semua sumpah serapah itu hanya tertelan di tenggorokan berganti dengan pujian berkat ketampanan nya.

"Permisi, saya tidak ada urusan dengan Anda." Hana yang ingin pergi dari sana untuk meminta bantuan langkah nya harus terhenti karena dihadang Revaldo.

"Tentu urusan mu adalah urusan ku, apa kau lupa kalau aku saat ini adalah atasan mu?" Pria itu tersenyum menyeringai membuat Hana harus menahan nafas untuk tidak mendengus.

"Tapi ini sudah diluar kantor, jadi sebaiknya biarkan saya pergi." Hana tidak peduli, dia tetap melanjutkan langkah nya setelah berbelok ke arah lain.

"Tunggu," Lagi-lagi langkah Hana terhenti, tangan nya dicekal kuat. Mau tak mau dia menatap pria itu dengan malas.

"Mobil mu mogok kan? Disini sangat sepi, tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. Sebaiknya kau ikut saja dengan ku."

Hana menatap kanan kiri, aneh sekali. Batin nya. Baru jam segini tapi kawasan ini terlihat sepi, bahkan tidak ada satu pengendara pun yang berlalu lalang. Melihat ke dalam Cafe, ternyata masih ada beberapa karyawan di sana tapi semuanya perempuan, tidak mungkin sekali Hana meminta bantuan mereka.

"Sudah lah, sebaiknya kau ikut dengan ku. Urusan mobil ini biar asisten ku yang mengurus." Mendengar kata asisten membuat Hana tersadar, dia menatap pria itu penuh tanya.

"Asisten?"

"Yupz, memang nya siapa lagi? Bukan kah memang sudah seharusnya CEO memiliki asisten?" Jawab nya diiringi senyum tengil.

Hana menyipitkan mata nya, setahunya tadi Tuan Herlambang memberi perintah untuk tidak mempekerjakan asisten terlebih dahulu, Tuan Herlambang yang sudah sangat paham tabiat putra nya tentu sudah bisa menebak jika mempekerjakan asisten untuk saat ini pastinya akan dimanfaatkan Revaldo. Alhasil Revaldo tidak jadi bekerja dan hanya memberi perintah.

"Tapi bukan lah Tuan Herlambang tidak memperkenankan Anda memiliki asisten?"

"Ck, kau ini bodoh ya? Tentu saja tanpa sepengetahuan daddy. Aku yang terbiasa bersenang-senang tidak akan menyia-nyiakan waktu dengan berkutat didepan dokumen." Sahut nya diiringi tawa renyah.

"Ck, sialann sekali orang ini." Hana hanya bisa menggumam dalam hati.

"Sudah lah, kau ingin aku bantu atau tidak? Tapi..."

Hana kembali menatap intens pria di depan nya saat menggantungkan kalimatnya.

"Tidak akan mungkin ada taksi

atau pengendara yang melewati area ini karena aku sudah menutup akses jalan." Lanjut nya diiringi tawa lebar, menertawakan kekonyolan nya. Demi bisa mendapatkan kesempatan bersama wanita yang baru di temui di kantor, dia rela menyuruh orang untuk membuat kekonyolan itu. Bahkan tadi saat Hana berada di depan restoran dia berpura-pura sebagai tukang bengkel keliling memperbaiki mobil Hana, padahal yang sebenarnya sengaja merusak mobil itu agar mogok.

Terpopuler

Comments

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut upnya Thor...

2023-05-14

2

Anonymous

Anonymous

semangat lanjut thor

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!