SETUJU

Pukul tujuh malam, barulah Rian tiba di rumah. Pria itu terlihat lelah karena harus lembur hari ini. Dia memilih untuk menggantikan rekan kerjanya untuk mendapatkan uang tambahan. Apapun akan dilakukan Rian asal bisa membawa pulang uang untuk dia berikan pada Rosiana.

"Aku sudah menyiapkan air mandi untukmu, mandilah dulu," ucap Rosiana dengan lembut, menatap penuh cinta pada suaminya itu.

"Nanti aja. Aku istirahat sebentar," jawab Rian tak kalah lembut. Dia akan berusaha membuat Rosiana bahagia berada di sisinya dengan mencurahkan semua kasih sayang dan cintanya pada wanita yang sedang hamil anaknya itu.

Rosiana lalu bangkit, beranjak ke arah dapur lalu tidak berapa lama kembali dengan secangkir teh di tangannya dan memberikannya pada Ryan.

"Kalau begitu minum dulu biar terasa lebih hangat." Rosiana menyerahkan pada Rian.

"Kamu terlihat begitu gembira, apa ada hal baik yang terjadi?" tanya Rian penasaran. Ia menatap istrinya yang terlihat tersenyum.

"Kamu benar, aku sangat senang hari ini. Tadi, aku tanya sama Mbak Susi, yang punya salon di ujung sana itu lho," terang Rosiana.

"Mbak Susi yang laki-laki jadian itu?" Rian menatap sang istri dengan penuh selidik.

Rosiana mengangguk antusias. "Kamu mengenalnya 'kan?" Rian menjawab dengan anggukan kepala juga membuat senyum Rosiana semakin mengembang.

"Aku tadi tanya sama dia, apa dia butuh karyawan, dan kata dia, iya. Jadi, jika kamu mengizinkan, dia mau nerima aku untuk bekerja di sana," cerita Rosiana dengan penuh semangat. Dia sudah tidak sabar menunggu besok agar bisa mulai bekerja.

Rosiana pikir, Rian akan merasakan hal yang sama dengannya, gembira mendengar bahwa istrinya mendapat pekerjaan tapi kenyataannya wajah Rian justru berubah datar bahkan lambat laun terlihat mimik wajah yang tidak senang.

"Ada apa? Kamu nggak suka aku mendapatkan pekerjaan itu?" tanya Rosiana khawatir.

Bagaimana kalau benar suaminya tidak setuju dia bekerja? Rosiana pasti akan sangat sedih. Tidak mudah mendapat kesempatan bagus seperti ini.

"Kamu lagi hamil, kenapa harus bekerja? Kalaupun hanya untuk menghidupi kita, aku masih sanggup. Kamu di rumah aja. Jaga kesehatanmu dan calon anak kita," ucap Rian menarik tangan Rosiana dan menggenggamnya.

"Tapi aku ingin bekerja. Aku bosan di rumah terus tanpa bisa melakukan hal apapun untuk membantumu. Lagian, tempat kerjanya juga dekat, bisa jalan pulang pergi, hemat! Anggap saja ini kesempatan aku les kecantikan hingga mahir.

Nanti, kalau ada rezeki, kita bisa buka usaha sendiri. Boleh, ya? Aku janji akan menjaga anak kita dengan baik," mohon Rosiana menatap Rian dengan pandangan memelas.

"Tapi, Ros, kamu lagi hamil, Sayang. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu dan anak kita." Rian menjelaskan ketidak setujuannya.

"Kehamilanku normal, sehat. Kamu dengar sendiri apa kata dokter bukan?" Aku dan anak kita baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir."

"Aku bisa stres jika terus-terusan berada di rumah tanpa melakukan apapun." Rosiana menatap Rian. Memberikan pengertian pada pria itu agar mau mengizinkannya untuk bekerja.

"Sayang, beberapa bulan lagi aku melahirkan. Kita butuh persiapan dana yang banyak untuk biaya persalinan dan biaya hidup anak kita nanti."

"Jangan tersinggung, Sayang, aku bukannya tidak bersyukur, aku hanya ingin membantumu. Aku mencintaimu, Rian. Aku ingin kita sama-sama berjuang."

"Baiklah! Karena kamu memaksa, aku mengizinkannya. Tapi, kamu harus janji, kamu harus bisa jaga diri dan juga anak kita. Kamu bisa?"

"Tentu saja. Aku pasti bisa menjaga diriku sendiri dan anak kita." Rosiana mengusap perutnya.

"Terima kasih, Sayang, aku mencintaimu." Rosiana mengecup bibir Rian berkali-kali.

"Apapun yang membuatmu bahagia, aku pasti akan mengabulkannya."

BERSAMBUNG ....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***