Satu hari berlalu setelah ribuan siluman menyerang Kota Shamo.
Di tepian danau saat sinar matahari yang begitu terik memanaskan tanah dan apapun yang terkena sinarnya, Su Tianjin yang sedang berkultivasi, dia sama sekali tidak terganggu dengan panasnya sinar matahari.
Panas ataupun hujan dia tidak mempedulikannya, dan dia akan melakukan apapun untuk meningkatkan kekuatannya.
Sepuluh rumput perak terlihat terbang melayang memutari Su Tianjin, dan begitu cepat energi spiritual murni yang terkandung dalam rumput spiritual berpindah ke tubuh Su Tianjin.
Saat ini dia sedang berusaha menerobos tingkat aura berwarna putih, dan dia yakin sepuluh rumput spiritual mampu membuatnya menerobos tingkat itu.
“Penghalang yang sangat kokoh, tapi aku tidak akan menyerah untuk menghancurkannya!” gumam Su Tianjin.
Semakin tinggi tingkat kultivasi seorang kultivator, semakin kuat penghalang yang harus dihancurkan untuk menerobos tingkat atau tahapan yang lebih tinggi.
Su Tianjin sudah bisa merasakan adanya retakan di penghalang, yang menghalanginya untuk menerobos tingkat aura berwarna putih.
Munculnya retakan merupakan pertanda jika tidak lama lagi dirinya bisa melakukan terobosan, tapi cepat atau lambatnya terobosan yang akan dia dapat, itu semua tergantung pada usahanya.
Su Tianjin semakin berkonsentrasi. “Sedikit lagi! Ya, tinggal sedikit lagi aku bisa menerobos tingkat aura berwarna putih!” gumamnya dengan kedua mata terpejam.
Begitu dia selesai bergumam, dia merasa retakan muncul semakin banyak pada pembatas yang ada di tubuhnya, dan setelah tarikan napas panjang bersamaan dengan kesepuluh rumput spiritual yang berubah menjadi abu, dinding pembatas yang semula retak, kini hancur berkeping-keping.
Booomm... Booomm...
Dia kali suara ledakan terdengar dari dalam tubuh Su Tianjin, dan itu merupakan pertanda jika dia baru saja mendapatkan terobosan.
Seperti biasa, dia mendapatkan terobosan ganda, dan langsung saja dia segera menyetabilkan aura kekuatannya.
Wajah Su Tianjin terlihat dipenuhi kebahagiaan, tidak lama setelah dia berhasil menyetabilkan aura kekuatannya, dan dengan teknik menyamarkan kultivasi, dia menyamarkan kekuatannya di tingkat aura berwarna Kuning tahap Puncak.
“Tingkat aura berwarna Putih tingkat menengah, dengan begini kekuatanku hampir setara dengan Ayahanda!” ungkap Su Tianjin.
Meski telah diasingkan oleh ayahnya sendiri yang seorang Kaisar, Su Tianjin tidak membenci ayahnya.
Seseorang yang tidak bisa berkultivasi sampai usia tertentu, sesuai aturan yang berlaku di Kekaisaran Jing, orang itu memang harus di asingkan ke tanah terbuang.
Tidak membenci bukan berarti Su Tianjin tidak marah pada ayahnya.
Bukan marah karena mengasingkan dirinya, tapi marah atas perlakuan ayahnya terhadap mendiang ibunya, yang jauh dari kata adil.
Sebagai Selir rendahan yang statusnya tidak jauh dari pelayan di istana, di saat Selir rendahan lainnya mendapatkan perlakukan baik, hanya mendiang ibunya yang diperlakukan buruk tanpa alasan jelas.
“Dari dulu aku penasaran kenapa Ayahanda bersikap tidak adil pada Ibunda semasa dia hidup. Begitu aku nanti kembali ke istana, aku akan bertanya langsung padanya, kenapa dia bersikap seperti itu pada Ibunda!”
Satu bulan lagi adalah hari ulang tahun Kaisar Kekaisaran Jing, yang merupakan ayahnya.
Sekalipun tidak ada undangan untuknya sebagai salah satu putranya, dia akan tetap datang sebagai perwakilan Kota Shamo.
Bagaimanapun juga dia adalah Penguasa Kota Shamo, dan setiap tahunnya senantiasa ada undangan datang dari Kaisar, setiap tiba hari ulangtahunnya.
Jika sebelum-sebelumnya dia senantiasa menyuruh salah satu Paman atau Bibinya untuk pergi menghadiri undangan, kali ini dia sendiri yang akan datang memenuhi undangan Kaisar.
Setip tahu ada burung pengantar undangan, yang mengantarkan undangan ke Kota Shamo.
Undangan tentu saja sampai di Kota Shamo, tapi semua informasi yang berhubungan dengan Kota Shamo sama sekali tidak pernah sampai di telinga Kaisar.
Sementara untuk tahun ini, meski ulang tahun Kaisar masih akan berlangsung satu bulan lagi, tapi undangan itu sudah sampai satu minggu yang lalu, dan seperti biasa, undangan itu diantarkan oleh seekor burung.
Bangkit berdiri, Su Tianjin merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku, setelah sehari semalam terus saja duduk tanpa melakukan pergerakan apapun.
Setelahnya dia melihat danau luas dihadapannya, yang mana dia masih melihat derak petir di air danau.
Melihat derak petir di air danau, dia berpikir untuk mendi sebelum kembali ke Kota Shamo.
Setelah melepas seluruh pakaiannya, Su Tianjin langsung saja menceburkan diri ke dalam air danau.
Jika sebelumnya dia merasakan sakit terkena sengatan petir yang menyatu dengan air danau, kini dia sama sekali tidak merasakan sakit, yang ada dia justru merasa nyaman karena sengatan petir justru terasa seperti memijat tubuhnya.
Beberapa waktu telah berlalu.
Su Tianjin mengakhiri berendam nya, dan dia kembali ke atas sebuah batu untuk memakai kembali seluruh pakaiannya.
Setelahnya Su Tianjin memutuskan kembali ke Kota Shamo, tapi dalam perjalanan kembali dia menyempatkan diri untuk memburu binatang liar, yang dagingnya bisa diolah menjadi makanan oleh ke-empat Bibinya.
Sampai di Kota Shamo, Su Tianjin terlihat tidak membawa apa-apa, karena hasil buruannya tersimpan di dalam kantong ruang miliknya.
Dia masih belum menggunakan cincin ruang yang melingkar di jarinya, dikarenakan dia merasa belum saatnya menggunakan cincin itu.
Seperti biasa, Su Tianjin disambut penuh penghormatan oleh prajurit kota yang berjaga di gerbang. Senyuman tulus senantiasa diberikan Su Tianjin sebagai balasan penghormatan mereka.
Melewati gerbang kota dan memasuki kota, Su Tianjin tidak sengaja berpapasan dengan pria tua dan cucunya, Lin Mo dan Lin Mulan, yang sedang berkeliling di Kota Shamo.
Dikarenakan Su Tianjin tidak menggunakan jubah dan tudung kepala serta menyamarkan kekuatannya, Lin Mo dan Lin Mulan tidak mengenali sosok Su Tianjin, yang merupakan Penguasa Kota Shamo.
Namun, mereka cukup tertarik akan kekuatan Su Tianjin, yang sudah berada di tingkat aura berwarna Kuning tahap puncak, disaat usianya masih begitu muda.
Lin Mo tertarik untuk menjadikannya sebagai murid, tapi melihat kekuatan penduduk Kota Shamo, dia merasa jika pemuda yang begitu luar biasa, pastinya memiliki guru yang jauh lebih baik darinya.
Sementara itu, Su Tianjin yang sadar jika ada dua orang yang begitu serius mengawasi keberadaannya, dia menoleh dan melihat ke arah keduanya.
Melihat siapa yang begitu serius mengawasinya, Su Tianjin menunjuk senyuman kepada mereka, lalu dia pergi berlalu mengabaikan mereka.
Setelah menghilangnya sosok Su Tianjin dari pandangannya, Lin Mulan bicara, “Kakek, aku merasa aura pemuda itu tidak begitu asing, seolah aku pernah bertemu dengannya di suatu tempat!”
“Bukan hanya kamu, tapi aku juga merasa tidak begitu asing dengan aura nya!” kata Lin Mo.
Keduanya mencoba mngingat aura siapa yang mirip dengan aura pemuda, yang baru mereka lihat.
Lin Mulan yang teringat sesuatu, kembali dia bicara, “Kakek, aku merasa aura nya mirip dengan sosok berjubah, yang merupakan Penguasa Kota Shamo!”
Lin Mo seolah mendapat pencerahan, setelah mendengar apa yang dikatakan cucunya. “Benar saja, aura keduanya sangat mirip!”
“Apa mungkin pemuda itu murid Penguasa Kota?” tanya Lin Mulan.
“Kemungkinan pemuda itu memang muridnya, dan aku rasa pemuda itu mendapatkan guru yang tepat untuknya!” kata Lin Mo, dan selanjutnya dia melanjutkan berkeliling Kota Shamo bersama cucunya.
Sementara itu, Su Tianjin yang baru saja sampai di rumah yang selama beberapa tahu ini dia tempati bersama seluruh paman dan bibinya, dia segera mencari keberadaan penghuni rumah, tapi dia tidak menemukan keberadaan mereka di dalam rumah.
Mencari keberadaan mereka di halaman belakang, di tempat bisanya mereka berkultivasi, Su Tianjin menemukan keberadaan ke-empat bibinya, dan juga keberadaa ke-lima pamannya.
Mereka sedang berkultivasi sembari menyerap energi spiritual murni yang berasal dari rumput spiritual.
Untuk ke-lima pamannya yang lain, Su Tianjin yakin mereka sedang disibukkan dengan urusan Kota Shamo, dan biasanya mereka akan bergantian melakukan kultivasi.
Memasak aura mereka yang sedang berkultivasi, Su Tianjin tersenyum senang karena mereka semua telah berhasil menerobos satu tahap.
“Sebelum gelombang serangan siluman terjadi, aku yakin mereka dapat mencapai tingkat aura berwarna Ungu tahan Puncak!” gumam Su Tianjin penuh dengan keyakinan.
......................
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Mia Sagitarius
ranahnya bikin bingung....kok ranahnya pake warna putih sbg...beda bngt sama erita di sebelah...dewa abadi atau dewa kaisar.dewa alam...kan enak bacanya...
2025-03-01
0
kenta jaya
gaasss.. /Casual/
2025-01-21
0
Ardi Provision
terlalu menunda-nunda mc ini hanya melihat kedalam cincin aja ditunda
2025-01-13
1