Legenda Kaisar Langit
Sepuluh ribu tahun yang lalu saat terjadi peperangan besar antara Dewa dan Iblis, peperangan tanpa ujung terjadi antara dua kekuatan yang sama kuat.
Baik para Dewa maupun para Iblis, tidak ada yang ingin mengakhiri peperangan, yang telah merugikan tiga dunia dan empat alam.
Kaisar Dewa dan Kaisar Iblis yang melakukan pertarungan selama seribu tahun, keduanya tidak ada yang kalah ataupun menang, tetapi karena energi kehidupan keduanya telah terkuras terkuras habis, keduanya tewas dalam pertempuran dan berubah menjadi kristal Dewa dan Iblis.
Kristal yang menyatu, jatuh di Dunia Fana, dan tidak ada Dewa maupun Iblis yang tahu jika kedua Kaisar mereka berubah menjadi kristal dan jatuh di Dunia Fana.
Mereka hanya tahu kalau kematian kedua Kaisar menjadi akhir peperangan Dewa dan Iblis.
Perang sebenarnya belum benar-benar berakhir.
Kedua kekuatan hanya melakukan genjatan senjata, dan tanpa terasa kedamaian itu sudah berlangsung selama sepuluh ribu tahun.
Sepuluh ribu tahun perdamaian itu terjadi, di Kekaisaran Jing, tepatnya di sebuah kediaman paling buruk yang ada di istana Kekaisaran.
Seorang Selir rendahan tanpa sengaja menelan sebuah bola kristal yang dianggapnya permen. Sementara bola kristal itu dia dapat dari keranjang, yang dibawa oleh salah satu pelayannya.
Saat menelan bola kristal yang dia anggap permen, Selir rendahan itu sedang hamil muda, dan sebuah kebetulan dia mengalami mati rasa pada lidahnya selama awal kehamilannya.
Delapan bulan kemudian, Selir rendahan itu melahirkan seorang putra, tapi karena mengalami pendarahan parah, Selir rendahan itu mati.
Pada swalnya, putra yang dilahirkan Selir rendahan itu menjadi salah satu putra kesayangan Kaisar Jing, bahkan dia mendapatkan gelar Pangeran Ke-empat.
Akan tetapi, dikarenakan sampai usia 10 tahun Pangeran Ke-empat, Su Tianjin belum juga bisa berkultivasi dan dinyatakan sebagai seorang pemboros, akhirnya dia diasingkan untuk selamanya.
Dia diasingkan di tanah terbuang, tempat para pemboros hidup dan mengakhiri hidup mereka.
Su Tianjin diasingkan bersama empat pelayan wanita dan sepuluh pengawal, yang dimasa lalu mereka adalah para pelayaran dan pengawal setia Selir rendahan, Ibu dari Su Tianjin.
Di tanah terbuang sendiri terdapat tiga kota besar, yang seluruhnya dihuni manusia pemboros yang tidak bisa berkultivasi.
Meski mereka tidak bisa berkultivasi, bukan berarti mereka lemah.
Mereka yang tidak bisa berkultivasi, mereka terus saja meningkatkan kekuatan fisik, sehingga mereka memiliki kekuatan fisik yang sangat kuat.
Namun, meski kekuatan fisik mereka kuat, merdeka tetap bukan tandingan seorang kultivator.
Mereka yang paling kuat hanya bisa menyamakan kekuatan kultivator dengan aura berwarna Jingga, yang mana itu adalah tingkat kultivasi dua terendah setelah aura berwarna merah.
[Tingkat kultivasi di Dunia Fana ditentukan dari warna aura mereka, dan ada 10 warna aura yang menunjukkan tingkat seorang kultivator. Aura berwarna Merah untuk yang terlemah, selanjutnya ada aura Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Unggu, Putih, Emas, dan warna Hitam untuk yang terkuat]
Kembali ke tanah terbuang.
Dari tiga Kota yang berada di tanah terbuang, Su Tianjin dan mereka yang mengikutinya di tempatkan di Kota Shamo, yang terkenal akan suhu panasnya dan kota yang dikelilingi padang pasir.
Meski keadaan di Kota Shamo begitu buruk, masih ada sumber air di Kota Shamo yang tidak akan surut, meski hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun.
Akan tetapi, sebuah keajaiban terjadi di Kota Shamo setelah rombongan Su Tianjin datang.
Hujan yang tidak pernah turun sejak 10 tahun yang lalu, sejak datangnya rombongan Su Tianjin, hujan turun setiap sore dan malam, membuat suhu di sekitaran Kota Shamo menjadi jauh lebih sejuk.
Satu bulan setelah Su Tianjin tinggal di Kota Shamo, tumbuhan hijau mulai bertumbuhan dan itu bukanlah tumbuhan liar, melainkan tumbuhan yang dimasa depan akan menghasilkan buah-buahan.
Tumbuhan apel, jeruk, bahkan anggur, semua tumbuh subur dan salam satu bulan selanjutnya semua tanaman tumbuh semakin subur.
Namun, apa yang selama dua bulan ini terjadi di Kota Shamo belum diketahui penduduk kota lainnya, dikarenakan memang tidak ada yang ingin pergi ke kota Shamo.
Selain jarak yang sangat jauh, hanya mereka yang benar-benar lemah, yang dikirim ke Kota Shamo. Jadi, benar-benar tidak ada hal menarik dari Kota Shamo, yang selama ini dianggap kota orang mati.
Jika di Kota Huangwu dan Kota Heise yang sama-sama berasa di tanah terbuang memiliki setidaknya puluhan ribu penduduk, di Kota Shamo saat ini hanya memiliki tidak lebih dari dua ribu penduduk, dan sebelum kedatangan Su Tianjin, bisa dikatakan mereka berada diantara hidup dan mati, dikarenakan setiap harinya mereka hanya mengisi perut dsngam air yang berasal dari sumber mata air di tengah-tengah kota.
Kalaupun ada makanan, itu adalah serangga gurun yang terdapat banyak di luar kota.
Jumlah serangga gurun memang banyak, tapi jika salah melakukan perburuan, bukannya mereka yang mendapatkan hasil buruan, tapi merekalah yang bakalan mati di tangan serangga gurun, yang mana mereka adalah jenis serangga beracun.
Itu semua adalah cerita masa lalu sebelum datangnya Su Tianjin.
Sejak kedatangan Su Tianjin, Kota Shamo selayaknya sebuah kota yang senantiasa mendapatkan keberuntungan.
Selain hujan yang kini turun secara rutin, tanah-tanah tandus di sekitaran kota tiba-tiba saja menjadi tanah subur, dan sebuah keajaiban, berbagai jenis sayuran tumbuh di tanah yang subur, dan sekarang seluruh penduduk Kota Shamo tidak lagi hanya bisa mengkonsumsi air, tapi mereka juga sudah mulai bisa mengkonsumsi sayuran, meski itu hanya sayuran rebus.
Selain tumbuh pohon buah dan sayur, penduduk Kota Shamo yang sedang membuat saluran air, mereka menemukan kristal garam di bawah pasir, yang mana kualitas kristal garam gurun pasir jauh lebih baik dari garam hasil petani garam, di pesisir laut.
Keajaiban tidak berhenti sampai di situ. Memasuki bulan ketiga Su Tianjin tinggal di Kota Shamo, ribuan binatang ternak seperti kambing, kuda dan unta muncul di Kota Shamo, dan mereka semua terlihat sangat jinak.
Melihat keberadaan seluruh binatang ternak, penduduk Kota Shamo segera gotong royong membangun peternakan, dan mulai sekarang mereka dipastikan dapat menikmati daging dan susu.
Dari hari ke hari kehidupan penduduk Kota Shamo semakin membaik. Empat bulan berlalu telah terdapat lahan pertanian yang ditumbuhi padi di bagian yang lebih rendah, dan jagung di bagian yang lebih tinggi. Semua orang bahu-membahu menjaga apa yang sudah ada, dan memperbaiki atau membangun apa yang diperlukan.
......................
Pagi ini di salah satu rumah yang ada di Kota Shamo, terlihat pemuda yang sebentar lagi akan menginjak usia 16 tahun sedang melakukan latihan meningkatkan kekuatan fisiknya.
Pemuda itu adalah Su Tianjin, yang kini penampilannya sangatlah sempurna untuk seorang pemuda. Tubuh tinggi tegap dengan kulit putih mulus laksana giok. Meski setiap hari melakukan latihan fisik di bawah teriknya sinar matahari, bukannya terlihat gelap, kulit Su Tianjin justru terlihat putih mulus, jauh berbeda dengan penduduk Kota Shamo, yang sebagian besar memiliki warna kulit jauh lebih gelap dari Su Tianjin.
Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melatih kekuatan fisik, kini Su Tianjin memiliki kekuatan fisik yang menyamai kekuatan kultivator tingkat aura berwarna Jingga.
Tingkat aura berwarna Jingga bagi seorang kultivator, biasanya ranah itu dicapai seorang kultivator saat mereka menginjak usia 10 tahun. Itu artinya kekuatan Su Tianjin saat ini setara dengan kultivator berusia 10 tahun. Untuk usia yang sama dengannya, biasanya seorang kultivator paling buruk dia sudah berada di tingkat aura berwarna Kuning.
Jika Su Tianjin bertemu dengan kultivator kultivator di tingkat aura berwarna Kuning, bisa dipastikan hidupnya akan berakhir jika bertarung dengan orang itu.
Setelah sepanjang siang sampai sore hari dihabiskan untuk melatih kekuatan fisiknya, setiap malamnya Su Tianjin akan menghabiskan waktu bersantai di tepian danau, yang berada dua kilometer dari Kota Shamo.
Danau yang begitu indah saat malam hari merupakan tempat berkumpulnya air di Kota Shamo dan sekitarnya saat turunnya hujan.
Begitu malam ini berlalu, artinya Su Tianjin sudah genap lima tahun tinggal di Kota Shamo, dan malam ini juga usianya akan genap 16 tahun. Biasanya esok hari para pelayan akan menyiapkan pesta kecil-kecilan untuknya, begitu juga dengan para pengawal.
Akan tetapi malam ini sampai esok pagi, dia akan menghabiskan waktunya dengan bersantai di pinggiran danau, seperti malam-malam selanjutnya, dan dia sudah melakukannya selama tiga bulan terakhir.
Jika malam-malam biasanya Su Tianjin merasakan sedikit hawa dingin saat merebahkan tubuhnya di atas baru besar yang berada di pinggir danau, malam ini rasanya tubuhnya hangat, terutama di bagian area dada dan di sekitaran area perut.
Mengabaikan apa yang terjadi pada tubuhnya dan menganggap itu sesuatu yang wajar. Akan tetapi, baru juga Su Tianjin memejamkan mata menyelami alam mimpi, dia tiba-tiba terbangun di sebuah padang rumput luas, yang mana separuh padang rumput disinari cahaya terang, sedangkan setengah bagian lainnya diselimuti kegelapan.
“I-Ini, sebenarnya aku di mana?”
......................
Bersambung.
......................
Tiga Dunia :
- Dunia Fana
- Dunia Spiritual
- Dunia Immortal
Empat Alam :
- Alam Neraka
- Alam Kegelapan
- Alam Langit
- Alam Surga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Reza Aditiya
nama kultivasi nya aneh masa warna gitu sih
2024-11-05
0
Anonymous
keren
2024-10-22
0
argha putera
narasinya terlalu berbelit
2024-08-25
0