Haunted School

Haunted School

Kematian siswi di sekolah

Denting bel berbunyi beberapa kali di akhir jam pelajaran, pertanda jam sekolah telah berakhir.

Semua murid mengemas semua barang mereka dan berhamburan keluar untuk pulang satu persatu hingga seluruh ruangan kelas pun menjadi kosong.

Koridor sekolah pun sudah tidak ada lagi yang berlalu lalang, suasana akan mendadak sepi jika jam pulang sekolah tiba karena semua murid sudah menuju rumahnya masing-masing.

Terkecuali Julia, anak dari kelas 11 C jurusan IPA.

Julia adalah anak yang terbilang pintar banyak meraih penghargaan untuk sekolahnya dan selalu menang dalam mengikuti perlombaan.

Di saat itu Julia yang sedang berada di kelas sendirian pun membawa tasnya pergi menuju kamar mandi di sekolah.

Julia memasuki kamar mandi tersebut menuju kamar ganti di paling ujung.

Di sana Julia menangis meratapi kesedihannya, Julia mulai kembali merogoh tasnya lalu meraih potongan silet yang terdapat di dalam tasnya setelah itu  potongan silet di arah Julia ke pergelangan tanganannya.

“Bu, Ayah maafkan Julia. Julia tidak bisa membuat kalian bangga,” ucap Julia sembari menyayat nadi di pergelangan tangannya.

Darah segar keluar dari pergelangan tangan Julia, di tambah rasa sakit yang Julia rasakan dirinya hanya mampu menangis dan menahan rasa sakit tersebut.

Darah mulai membasahi lantai kamar ganti Julia pun mulai merasa lemas pandangan matanya mulai terlihat buram, dan setelah itu tubuh Julia mulai tergelatak di lantai tidak sadarkan diri.

 Beberapa jam telah berlalu tidak ada satu orang pun yang mengetahui keberadaan Julia hingga akhirnya Julia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

 Hingga malam mulai tiba kedua orang tua Julia pun mulai panik dengan keadaan putri semata wayang mereka tidak kunjung pulang.

“Mas Julia belum juga pulang aku sangat khawatir dengan keadaannya,” ujar Ayu ibu dari Julia.

“Sudah kamu telepon Julia?” tanya Bagas.

“Sudah Mas, tapi teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Julia.”

“Coba aku telepon teman-teman Julia dulu.”

Bagas Ayah dari Julia pun kembali menelepon teman-teman Julia. Namun semua teman Julia tidak mengetahui keberadaan Julia.

“Bagai mana Mas?” tanya Ayu yang berharap mendapat informasi keberadaan Julia.

“Aku sudah menelepon Roy, Kevin, Indra, Olivia, Erin dan juga Siska tapi mereka semua tidak tahu tentang keberadaan Julia.

“Kamu sudah menelepon wali kelas Julia. Mas,” tanya Ayu kembali.

“Sudah Ayu, ibu Fitri tidak tahu keberadaan Julia.”

“Bagaimana ini Mas, jika ada apa-apa dengan anak kita Julia,” Ayu yang semakin cemas.

“Semoga saja tidak ada hal buruk menimpa kepadanya,” sahut Bagas yang memeluk sang istri mencoba menenangkannya.

Malam mulai semakin larut namun Ayu pun tidak kunjung masuk ke dalam kamarnya.

Ayu masih berada di ruang tamu untuk menunggu Julia berharap Julia pulang di malam itu.

Sementara Bagas yang terbangun dari tidurnya melihat istrinya tidak di sampingnya pergi keluar kamar untuk mencari Ayu.

Bagas yang berjalan menuju ruang tamu melihat Ayu yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

Bagas yang mengetahu itu pun menghampiri Ayu.

“Ayu belum tidur?” tanya Bagas yang duduk di samping Ayu.

“Belum Mas, aku tidak bisa tidur ke pikiran Julia. Tidak pernah Julia seperti ini Mas dia selalu memberi kabar ke mana pun dirinya pergi,” ucap Ayu yang sedari tadi hatinya tidak tenang memikirkan anaknya.

“Kita hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Julia, mari beristirahat nanti jika kamu sakit bagaimana?” sahut Bagas memberikan perhatian kepada Ayu.

Bagas mulai merangkul Ayu dan membujuknya untuk beristirahat di kamar.

Ayu yang juga mulai merasa mengantuk pun akhirnya pergi menuju kamarnya.

Mereka berdua telah sampai di kamarnya dan mulai merebahkan tubuh mereka di atas kasur.

Sayup-sayup mata Ayu mulai terasa berat akibat rasa kantuk yang tidak dapat tertahankan akhirnya Ayu pun mulai tertidur dengan nyenyak.

Di saat dirinya tertidur Ayu melihat anaknya sedang berada di sekolah dengan baju sergam putih abu-abunya sedang termenung duduk di bangku taman sekolah.

“Julia kamu sedang apa di sini, sekolah sudah sepi kenapa tidak pulang,” ujar Ayu mendekati Julia.

Julia diam saja sembari menangis Ayu yang bingung dengan sikap Julia menanyakan kembali tentang dirinya.

“Ada apa sayang kenapa kamu sedih coba ceritakan dengan ibu?” tanya Ayu sembari mengelus kepala Julia.

Julia menoleh ke arah Ayu lalu memeluk Ayu.

“Maafkan Julia Bu, Julia akan tetap di sini Julia tidak bisa ikut pulang bersama ibu,” tutur Julia sembari menangis.

“Kenapa sayang, ada apa sebenarnya denganmu, ibu sangat khawatir kepadamu memikirkan dirimu tidak kunjung pulang ternyata kamu ada di sini sekarang ibu sudah tenang.”

Julian mulai melepas pelukan sang ibu ia kembali merogoh tasnya mengeluarkan potongan silet yang terdapat di tasnya.

Dengan cepat Julia mengarahkan potongan silet itu ke nadi pergelangan tangan.

Darah segar seketika keluar.

Ayu yang melihat kejadian itu begitu syok berteriak memeluk anaknya.

“Julia apa yang kamu lakukan Nak? Ayo kita ke dokter!” pekik Ayu seraya memeluk tubuh sanga anak.

“Maafkan Julian Bu, Julia sayang dengan ibu dan Ayah biarkan Julia di sekolah ini dahulu sampai urusan Julia selesai Bu, pergilah dari sini Bu,” ucap Julia.

Ayu berteriak-teriak memanggil nama anaknya.

“Julia! Julia,” teriak Ayu dengan mata masih tertutup.

Bagas yang terbangun akibat teriakan Ayu pun melihat ke arah Ayu.

Terlihat Ayu yang sedang mengingau memanggil-manggil anaknya.

Sontak Bagas langsung membangunkan Ayu dari tidurnya.

Ayu yang terbangun merasa kaget Mimpi yang ia alami serasa seperti nyata.

“Ada apa Ayu?” tanya Bagas yang berdiri mengambilkan segelas air putih yang berada di atas meja kamarnya untuk Ayu.

“Aku bermimpi menyeramkan tentang Julia Mas? Aku takut terjadi apa-apa dengan dirinya,” ucap Ayu dengan nafas tersengal-sengal.

“Minum air ini dahulu biar kamu agak tenang,” sahut Bagas menyodorkan segelas air putih untuk Ayu. 

  Ayu meminum segelas air putih yang telah di berikan oleh Bagas.

Setelah itu Ayu kembali menceritakan tentang mimpinya bertemu Julia.

“Itu hanya mimpi sayang, berfikir positiflah tentang keberadaan Julia,” saran Bagas.

“Mas aku ibunya, seorang ibu akan lebih merasa peka jika hal buruk terjadi kepada anaknya.”

“Iya aku mengerti maafkan aku, aku hanya tidak mau hal buruk terjadi kepadanya.”

Bagas kembali mencoba menenangkan Ayu, Bagas memeluk Ayu yang sedang menangis lalu mengusap air mata Ayu dengan lembut.

“Tenangkan lah dirimu saya berdoa agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan kepada Julia,” ucap Bagas sembari mencium kening sang Istri.

“Terima kasih Mas, maafkan sikapku tadi.”

“Tidak apa-apa sayang,” sahut Bagas sembari tersenyum ke arah Ayu.

Mereka berdua pun kembali tidur, Bagas yang mendekap Ayu di pelukannya serasa mulai menenangkan hati Ayu yang cemas serta khawatir.

    

 

   

 

Terpopuler

Comments

RJ 💜🐑

RJ 💜🐑

kasihan julia

2024-04-30

0

Abi Zar

Abi Zar

keren kak...lanjut oh ya mampir juga di novel aku ya kak baru pertama nich

2024-03-13

0

Bakti Siahaan Siahaan

Bakti Siahaan Siahaan

Di luar nalar

2024-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!