Rudy menutup panggilan teleponnya, semenjak mengenal Ali dan Gunawan, Rudy memang di haruskan memanggil kedua orangtua temannya layaknya orangtua dia juga.
"Bagaimana, sudah percaya apa yang saya katakan?" tanya papih Ali tersenyum sinis melihat amarah dari wajah papa nya Rudy dan juga mama nya
"Selamat menjemput anak kalian, itu pun jika kalian bisa mengambil kembali Rudy dan Shifa dari tangan Bagaskoro, ayah kandung anda" ucap papih Ali tertawa meninggalkan ruangan kepala sekolah tanpa rasa bersalah.
...*****☟☟☟*****...
Setiba dirumah papih Ali menceritakan semua kejadian pada anaknya, lalu Ali juga kembali bercerita pada Gunawan serta Deenra.
Mereka sebagai sahabat hanya bisa memberikan dukungan penuh pada Rudy untuk bisa menjalani kegiatan hari-harinya.
Detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun sudah berlalu, kini mereka akan hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan, agar bisa melanjutkan ke salah satu universitas yang mereka inginkan.
Mereka masih aktif ke sekolah, walau tidak melakukan kegiatan belajar mengajar.
Deenra, Ali dan Gunawan masih seperti biasa berkumpul dikantin dan melakukan panggilan Videocall dengan Rudy.
Saling canda tawa mereka berdiskusi.
"Kamu mau kuliah dimana, Ndra?" tanya Ali sambil meminum es jeruk
"Yang pasti aku tidak ingin kuliah di Indonesia" jawab Deenra
"Apa masih belum bisa mencintai Indonesia?" tanya Ali
"Hanya sedikit, tapi memang keinginan ku, kuliah di luar" jawab Deenra memakan roti bakar yang dia pesan
"Pindah lagi ke Turki?" tanya Gunawan menimpali
"Tidak juga" jawab Deenra singkat
"Nih bule main tebak-tebakan aja bisanya" ucap Ali kesal
"Nanti jika aku sudah di izinkan oleh papa dan mama, baru aku akan cerita kemana aku kuliah" jawab Deenra
"Aku kasih tau ya Ndra, kalau kamu kuliah jauh, lalu adikmu siapa yang jagain, adikmu semakin lama tumbuh menjadi gadis cantik dan banyak yang meliriknya bahkan mau jadi kekasihnya" ucap Ali menakuti Deenra dan tersenyum pada Gunawan
"Iya Ndra, mungkin selama ini adikmu aman, karena masih ada kamu, tetapi setelah kamu tidak ada disampingnya, aku yakin laki-laki mata buntelan itu akan menggoda adikmu" timpal Gunawan pura-pura serius
"Mata keranjang dudul, bukan mata buntelan" sahut Ali tertawa ngakak di ikuti oleh Gunawan
Deenra nampak terdiam dan melihat sekitar area sekolah, memang selama ini jika adiknya menunggu di kantin, selalu ada laki-laki yang berusaha mendekatinya.
"Pikirkan baik-baik sebelum terlambat bro" ucap Ali memakan cilok kuah yang dia pesan
"Anak gadis seperti Maudy lagi inceran orang bro, pertama karena dia cantik kedua dia pintar ketiga dia polos" sahut Gunawan mencolok cilok di mangkok Ali
"Belajar itu tidak mesti jauh-jauh keluar Negera lah, di Indonesia juga masih banyak universitas bagus dan kebanggaan" ucap Ali Menaik turunkan alisnya pada Gunawan
"Coba deh Cintai Indonesia ini dengan hati yang tulus, selama ini kamu selalu menggerutu tentang kehidupan mu disini" sahut Gunawan masih mengompori Deenra
"Bareng aja sama kita kuliah di Indonesia" ucap Alik
Brakkkk... Suara gebrakan
Hukk... Hukk... Ali tersedak cilok yang baru saja masuk kedalam mulutnya.
Deenra dan Gunawan panik, lalu mencoba melakukan pertolongan pertama pada Ali.
Plukkk... Cilok tersebut keluar dan masuk ke dalam mangkoknya.
"Ah gila kau, mau bunuh diriku ya" ucap Ali ngos-ngosan
"Minum dulu bro" sahut Gunawan memberikan es jeruk milik Ali
"Sorry, lagian kalian dari tadi ngoceh aja buat aku pusing mikirin semuanya" jawab Deenra tidak enak dengan Ali
"Tapi tidak perlu gebrak meja juga, bule" ucap Ali
"Sabar-sabar" sahut Gunawan mengelus punggung Ali
"Kak Ali kenapa?" tanya Maudy baru saja keluar kelas
"Ini Abang mu, pakai segala gebrak meja, aku jadinya keselek cilok, kan tidak lucu Ali Sebastian mati gara-gara cilok, tidak keren banget" jawab Ali emosi
"Hahahaha" Gunawan tertawa lepas yang sejak tadi menahannya
"Kenapa ketawa" tanya Ali kesal
"Pas kamu keselek tuh pentol Aci, sangat lucu dan menggemaskan, dan aku benar-benar membayangkan berita Ali Sebastian mati hanya karena cilok" jawab Gunawan tertawa ngakak
"Asemm" lirih Ali kesal melihat Gunawan tertawa
"Maafin kakak ku ya, kak Ali" ucap Maudy senyum
"Alamak jika Maudy yang bicara mana sanggup aku menolaknya" jawab Ali membalas senyuman Maudy
"Aku berharap kamu tersedak cilok lagi" sahut Deenra kesal melihat tatapan Ali pada adiknya
"Sirik aja" timpal Ali senyum
Setelah menghabiskan kebersamaan, mereka kembali pulang kerumah masing-masing.
Rumah Deenra
"Hai boy" ucap papa menepuk bahu Deenra yang asik main games
"Ya pah" jawab Deenra fokus pada televisi
"Okul mezuniyeti çıktı mı?" tanya papa
(Apa kelulusan sekolah sudah keluar?)
"Henüz değil baba, biliyorum "Haftaya açıklanacağım" jawab Deenra
(Belum papa, setau aku Minggu depan baru di umumkan)
"Endonezya'da mı okuyorsun?" tanya papa
(Kamu kuliah di Indonesia ya?)
Deenra langsung melihat ke arah papanya yang duduk disampingnya.
"Apa itu artinya aku tidak boleh kuliah di negara lain?" tanya Deenra serius
"Bukan tidak boleh, hanya saja papa teringat oleh Maudy, dia pasti sangat bete bila tidak ada kamu, dan papa juga lebih ke khawatir jika Maudy tanpa mu" jawab papa mencoba menahan Deenra untuk keluar dari Indonesia
"Bukan kah papa dan mama sudah sepakat, dan mengizinkan aku kuliah dinegara lain" ucap Deenra
"Baiklah, tentukan pilihanmu ingin melanjutkan pendidikan dimana, papa juga ingin melihat anak papa menggapai cita-cita yang kamu inginkan" jawab papa pasrah dan tidak bisa terlalu mengekang anaknya.
"Papa serius mengizinkan ku kemana saja" tanya Deenra senyum
"Iya papa izinkan kamu kuliah di negara lain, asalkan kamu benar-benar mengejar cita-cita mu" jawab papa
Deenra langsung memeluk papanya dengan senang.
"Lalu Maudy tidak ada temannya" sahut Maudy duduk di samping papa nya
"Disini kan ada papa dan mama, papa juga janji tidak akan meminta mama untuk mengantar papa disaat papa ada tugas luar" jawab papa mengelus rambut anak gadisnya
"Tapi berbeda" ucap Maudy sedih
"Papa tidak bisa melarang kakak mu untuk tetap disini, suatu saat dia akan mempunya kehidupannya sendiri, kamu harus terbiasa dengan itu, biarkan kakak mu tenang belajar" tutur papa memeluk Maudy
"Rumah ini pasti sepi, dan disekolah pasti aku akan digangguin lagi oleh teman laki-laki jika kakak tidak disini" jawab Maudy
"Memangnya kamu sering di ganggu" tanya Deenra terkejut
"Iya, tapi aku tidak pernah bilang kakak" jawab Maudy pelan
Deenra menjambak rambutnya dengan kasar, karena dia bisa kecolongan menjaga adiknya.
"Kan kakak sudah bilang, harus bicara jujur pada kakak, dekat dengan mu saja kakak terlewat tentang hal itu" ucap Deenra kesal
Deenra jadi berpikir sendiri, bagaimana jika dia benar-benar pergi dan meninggalkan adiknya sendiri.
Apa Ali dan Gunawan tau jika Maudy sering di ganggu, makanya mereka tadi mengingatkan aku secara tidak langsung, tetapi kenapa Ali dan Gunawan tidak bilang juga. Batin Deenra penuh pertanyaan
...*****☛☛☛*****...
...Bersambung🙏😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
beruntung Rudy pulang teman yang perhatian kepadanya walau orang tuanya tidak perduli.
2023-09-01
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
huhu pada akhirnya kamu tetep ditinggal kakamu Maudy. Benar kata ayahmu, si Deenra juga punya impiannya sendiri dan kau juga harus bisa lebih mandiri lagi jangan manja terus ma kakamu ya
2023-09-01
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
tuh orang tuamu aja mau kamu belajar di Indonesia aja, biar kamu bisa jagain adekmu Ndra
2023-09-01
1