Menghadapi sikap sinis dan pancaran kebencian putra mahkota, menjadi jadwal tetap dalam setiap harinya bagi Maledine. Kemana pun Maledine pergi pasti ada putra mahkota yang entah kenapa sekarang jadi lebih sering muncul secara tiba-tiba di sekitarnya. Jujur saja, Maledine tidak nyaman dengan itu karena mulut putra mahkota sangat tajam dan selalu sukses menyakiti perasaan Maledine.
Tapi sepertinya kesialan Maledine tidak berhenti sampai disini saja. Tiba-tiba saja raja memanggil mereka ke aula utama dengan agenda membicarakan masalah di kota Loke yang ada di dekat perbatasan ibukota. Ada wabah penyakit yang menyerang para hewan ternak, dadi putra mahkota dan ratu diperintahkan untuk mengunjungi kota itu untuk melihat apa yang terjadi.
" Yang mulia.. Kenapa anda meminta saya untuk pergi? Masih banyak kandidat lain yang lebih baik dari saya.. " Maledine berusaha untuk menolak setelah tahu dia akan pergi dengan putra mahkota.
" Maledine... Dengar aku... Semua orang menentang keputusan ku menjadikan mu sebagai ratu.. Tentunya aku sangat ingin mereka melihat potensi yang ada pada mu.. Karena itu aku meminta mu pergi ke sana untuk membuktikan kemampuan mu agar semua orang tidak lagi menolak keinginan ratu terdahulu.. " ucap raja menjelaskan.
" Tapi yang mulia... "
" Aku tahu aku bisa... Selama ini pasti kau sudah melihat bagaimana istri ku melakukan segala tugasnya. Jadi secara tidak langsung, kau pasti bisa menghadapi ini semua.. Mengerti? " Maledine mengangguk.
" Dan jangan khawatir soal putra ku, sungguh dia bukan orang jahat.. Kalian hanya belum saling mengenal saja.. Jadi anggap saja perjalanan kalian kali ini untuk mempererat hubungan kalian.. " Maledine kembali mengangguk, meski pun dia tidak yakin semuanya berjalan sesuai harapan raja.
****************
Warga desa Loke menyambut kedatangan putra mahkota dan Maledine dengan senang hati. Semuanya begitu bahagia karena Kerajaan benar-benar mengirim bantuan untuk mereka. Apalagi yang hadir adalah putra mahkota. Mereka belum tahu jika putra mahkota datang bersama ratu baru Kerajaan di negeri antah berantah ini.
" Selamat datang ke desa kecil kami yang mulia.. Semoga saja sambutan kami tidak mengecewakan anda. " kepala desa Loke menyambut kedatangan putra mahkota dan Maledine.
" Terima kasih.. Tolong antarkan kami ke penginapan.. Jujur saja kami sedikit lelah.. " ucap Dierez. Memang perjalanan dari ibukota ke Loke butuh hampir satu hari penuh. Lagi Dierez juga baru saja melakukan perjalanan dari perbatasan ke ibukota, membuat tubuhnya lelah.
" Hei.. Antarkan yang mulia ke penginapan... Cepat!! " kepala desa memerintahkan salah seorang penghuni desa Loke untuk mengantarkan Dierez dan Maledine.
" Mari yang mulia.. Ikuti saya.. " mereka mengikuti pria yang diminta menjadi penunjuk jalan itu.
Dierez diam-diam memperhatikan Maledine yang sejak tadi diam saja. Bahkan ketika jalanan yang dia lalui becek dan kotor, Maledine sama sekali tidak terganggu. Memang benar jika dia berasal dari kalangan dengan status rendah. Lewat jalanan seperti ini sudahlah pasti dia memang terbiasa. Hanya saja yang menarik perhatian Dierez adalah meski dia naik status tapi dia tidak berlagak sok berkuasa seperti wanita-wanita yang pernah Dierez kenal.
" Lihat saja... Bagaimana dia nanti akan menanggapi perlakuan rakyat di sini ketika mengetahui dia adalah ratu... Apa dia dan ayah tidak mendengar desas desus yang ada di kota..? " Dierez menyeringai.
Keesokan harinya Dierez mengajak Maledine untuk melihat-lihat ke tempat dimana hewan ternak berada. Saat keduanya sampai di sana, sudah ada beberapa unggas dan hewan berkaki belah yang mati tanpa adanya penyebab yang jelas. Dierez dan Maledine pun mulai melihat-lihat sekitar, siapa tahu bisa menemukan penyebab adanya wabah pada hewan ternak ini.
Maledine melihat-lihat keluar, ke tempat dimana pangan untuk hewan ternak dibuat. Dia pun juga melihat ke arah sungai yang tidak jauh dari sana, yang mana menurut seorang pengurus ternak yang mengikutinya, sungai ini merupakan sungai yang menjadi sumber air untuk ternak.
" Hei.. Bukankah dia adalah pelayan yang membunuh mendiang ratu ya? Itu, yang akhirnya diangkat menjadi ratu dan membuat semua orang jadi bermusuhan.. " ucap seorang wanita yang sudah berusia lanjut, pada wanita-wanita lain yang berkumpul tidak jauh dari Maledine berada.
" Yang mulia... " pelayan pribadi Maledine hendak menegur orang-orang itu, tapi Maledine melarangnya.
" Tidak apa.. Ingat tujuan kita datang kemari.. " Maledine berpesan.
Sejujurnya saja dia sakit hati mendengar para wanita itu membicarakan hal buruk tentangnya. Gosip-gosip tidak benar yang selama ini beredar ditengah masyarakat pastilah ulah dari orang-orang yang membencinya dan menentang dirinya yang diangkat menjadi ratu. Sungguh, mulut adalah senjata mematikan yang dimiliki setiap orang di dunia ini.
" Lihat.. Padahal dia itu mendengar ucapan kita, tapi sok pura-pura tidak dengar.. Dasar wanita munafik, muda sih tapi kok sampai segitunya demi posisi yang tinggi.. Rela jadi istri pria yang usianya lebih patut menjadi ayahnya.. "
" Benar... Benar... Apa dia tidak sayang masa mudanya, rela melakukan apapun demi kedudukan tinggi.. Sampai-sampai melanggar norma yang ada.. "
Terdengar para wanita yang juga ada di dekat sungai terus membicarakan keburukan dari Maledine. Meski awalnya Maledine diam saja dan melarang pelayannya untuk melawan mereka. Tapi ketika di saat Maledine lengah, salah satu pelayannya maju untuk menghadapi para wanita desa itu.
" Hei kalian.... Kalian tidak tahu apa-apa tentang Yang mulia jadi jangan bicara sembarangan.. Kalian mau jika nanti kami melaporkan kalian pada yang mulia raja.. Sudah syukur kami mau membantu kalian, tapi kalian malah tidak tahu Terima kasih dengan mencaci Yang mulia Ratu.. " pelayan Maledine maju menghadapi wanita-wanita itu.
" Lihat... Lihat... Pelayannya yang bicara.. Sok sekali dia, tidak ingat dari mana asalnya.. "
" Betul-betul... Lihatlah, sikapnya sok anggun tapi nyatanya dia hanya seorang wanita rendah yang menginginkan menjadi pemimpin.. Memalukan sekali.. "
" Hei.. Tuan ku tidak seperti itu.. "
" Cih.. Pelacur tidak tahu malu.. "
PLAK....
Pipi Maledine terasa sangat panas. Niat hati ingin menghentikan orang-orang ini bertengkar justru dia yang terkena sasarannya. Rasanya sakit, tentu saja karena salah seorang yang menamparnya itu adalah wanita yang paling besar badannya dibandingkan yang lainnya. Tapi lebih sakit lagi hatinya ketika dia dihina rendahan dan pelacur. Sungguh yang terjadi padanya ini sama sekali bukan keinginannya. Dia pun dipaksa untuk menerima semuanya, tapi kenapa harus dia yang disalahkan.
" BERHENTI... APA KALIAN SEMUA SADAR APA YANG KALIAN TELAH LAKUKAN? " sentak seseorang yang baru datang diikuti oleh banyak orang di belakangnya.
" Memintalah pengampunan pada nya, maka kalian semua akan diampuni.. Tapi jika kalian bersikeras tidak ingin mengakui kesalahan kalian dan memohon ampun, maka tidak lama lagi istana akan menjatuhkan hukuman untuk kalian..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments