Bab 20

Blaze

Blaze melihat Glow yang tidur di sebelahnya. Blaze memang memiliki masalah tidur. Meskipun itu tak tiap hari terjadi, tapi itu cukup menyiksanya.

Blaze kemudian perlahan beranjak dari ranjang sembari memegang perutnya yang masih sakit. Ia mengambil rokok di meja nakasnya dan berjalan ke luar dari kamar.

Glow membuka matanya karena ia sadar bahwa Blaze pergi dari kamar. Glow sudah biasa dalam kondisi seperti ini dan akan terbangun jika ada suara atau gerakan sedikitpun di dekatnya.

Lima menit kemudian, Glow beranjak dari kursi sofa dan berjalan ke arah pintu. Wanita itu mencari keberadaan pasien nakalnya yang selalu melanggar aturan.

Glow mencium aroma rokok dari ruang tengah dan ia pun menuju ke sana. Wanita itu melihat Blaze sedang merokok dan juga memegang botol bir.

"Kau akan lebih lama sembuh jika tak mengikuti aturan, Blaze," ucap Glow.

Blaze melihat ke arah Glow.

"Aku biasanya tak suka diceramahi. Tapi entah mengapa aku tak keberatan jika kau menceramahiku," ucap Blaze.

"Ini masih satu hari dan kau sudah membuatku pusing, Blaze. Aku benar-benar akan pergi jika kau tak menuruti ucapanku," kata Glow.

"Aku sudah mengunci semua pintu di mansion ini. Jadi kau tak bisa pergi ke mana pun," jawab Blaze.

"Aku akan meminta bantuan ayahku jika kau memenjarakanku di sini," ucap Glow menghampiri Blaze.

Blaze tertawa lirih mendengar hal itu.

"Tembok istana ku cukup kokoh dalam artian tak akan mudah ditembus oleh siapa pun termasuk keluargamu," jawab Blaze.

Ya, Glow sadar bahwa koneksi Blaze terlalu kuat karena keluarganya menguasai pemerintahan dan juga kerajaan di negara ini.

Glow mengambil rokok dari bibir Blaze dan juga bir dari tangannya. Pria itu hanya melihat Glow saja tanpa berkata apa pun.

Glow mematikan rokoknya di tempat pembuangan puntung rokok dan meletakkan botol bir nya di atas meja.

Lalu Glow memegang tangan Blaze dan menariknya pelan agar pria itu berdiri.

"Kau harus banyak beristirahat. Please, menurutlah kali ini," ucap Glow memohon.

Lalu Blaze mengikuti langkah Glow dan melihat tangannya yang digandeng oleh Glow. Mereka masuk kembali ke dalam kamar dan Blaze merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang.

Glow menaikkan selimut Blaze hingga ke area dadanya.

"Aku tak menyangka bahwa ahli beda sepertiku menjadi seorang perawat dengan bayaran yang lebih besar dari direktur rumah sakit," ucap Glow.

Blaze hanya menatap lekat mata biru itu dan mendengarkan ucapannya.

"Aku sedikit susah tidur dan itu kualami bertahun-tahun. Mungkin kau bisa merekomendasikan obat yang terbaik untukku," ucap Blaze yang entah mengapa menjadi seterbuka ini pada Glow.

"Kau sudah pernah mencoba terapi sebelumnya?" tanya Glow.

"Tidak, aku tak suka hal semacam itu," jawab Blaze.

"Kita bisa bicarakan hal ini nanti. Aku ingin tidur, Blaze. Aku akan menyuruh salah satu temanku yaitu psikiater handal. Dia bisa membantumu," ucap Glow.

"Aku akan mengusirnya dari sini," sahut Blaze.

Glow merebahkan kembali tubuhnya di sofa dan menghadap ke arah Blaze.

"Sejak kapan kau seperti itu?" tanya Glow.

"Sejak aku remaja," jawab Blaze.

"Itu terlalu lama, Blaze. Seharusnya kau membicarakannya dengan orang tuamu," sahut Glow.

"Mereka terlalu sibuk berselingkuh hingga lupa memiliki aku," jawab Blaze datar.

Glow terdiam mendengar hal itu dan hanya menatap mata coklat yang tampak kesepian di dalamnya meskipun Blaze selalu dikelilingi banyak orang.

Glow memegang tangan Blaze.

"Tutup matamu dan cobalah tiidurlah," bisik Glow dan mengusap kelopak mata Blaze agar tertutup lalu memegang tangan Blaze kembali.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***