Akhirnya Blaze mengikuti saran Glow untuk dirawat satu hari di rumah sakit.
“Rahasiakan keberadaanku dari siapa pun termasuk ayahku,” ucap Blaze pada Tommy.
Glow yang masih ada di ruangan itu mendengar apa yang diucapkan Blaze pada Tommy.
“Anda bisa mengurus semua administrasinya untuk bisa memindahkan pasien ke ruang perawatan,” kata Glow pada Tommy.
“Baik, Dokter Glow,” sahut Tommy melihat nama Glow di jas putihnya.
Blaze hanya melihat Glow tanpa mengatakan apa pun pada dokter cantik itu. Lalu setelah perawat memasang infus di pergelangan tangan Blaze, Glow pun keluar dari ruangan itu.
*
*
Lima jam kemudian, Glow ke kamar perawatan Blaze di mana Blaze sudah ada di ruang perawatan VVIP di mana Glow bertugas.
CEKLEK
Glow masuk ke kamar di saat Blaze sedang sibuk dengan ponselnya. Pria itu tampak bersandar di sandaran ranjang dengan bantal di belakang punggungnya.
“Bagaimana keadaanmu, Tuan? Sudah lebih baik?” tanya Glow yang selalu ramah pada siapa pun se-menyebalkan apa pun pasiennya.
“Kau dokter, bukan? Jadi seharusnya kau yang lebih tahu, kan?” jawab Blaze dengan ketus.
Glow hanya tersenyum tipis dan membuka baju Blaze untuk melihat lukanya.
“Jangan terlalu banyak bergerak agar lukanya cepat mengering,” ucap Glow.
Blaze tak menjawab apa pun.
“Bagaimana luka tembak di lenganmu? Apakah sudah sembuh?” tanya Glow.
“Itu bukan urusanmu,” sahut Blaze dan menutup bajunya ketika Glow sudah memeriksa luka di perutnya.
Glow menahan kekesalannya di balik senyum ramahnya.
“Baiklah, semoga kau bisa pulang besok,” jawab Glow dan berbalik pergi.
“Dan semoga kau tak kembali kemari,” bisik Glow sembari berjalan ke arah pintu.
Blaze mendengar hal itu karena kamar sangat sepi.
“Aku tak akan kembali kemari,” jawab Blaze.
Lalu Glow berhenti melangkah dan berbalik menoleh pada Blaze lagi.
“Lebih baik perbaiki perangaimu jika tak ingin masuk rumah sakit lagi karena dari wajahmu saja terlihat sangat tak bahagia dan itu akan membuat penyakit lebih betah bersarang di dalam tubuh orang sepertimu,” sahut Glow yang sudah tak bisa menahan emosinya menghadapi keketusan Blaze.
“Dokter macam apa yang berani mengatakan ucapan sejahat itu pada seorang pasien?” sahut Blaze.
“Pasien macam apa yang hanya bisa menghujat dokter yang sudah menolongnya?” sahut Glow tak kalah sinis.
Blaze menatap tajam mata biru Glow yang sangat mempesona itu.
“Aku berharap kau selalu sehat agar tak perlu kemari dan membuatku tak bertemu dengan pasien sepertimu,” lanjut Glow dan berbalik pergi.
Blaze terlihat kesal karena baru Glow saja yang berani menantangnya tapi ia tak bisa membalasnya dengan kekerasan.
Sebrutal- brutalnya Blaze, ia tak pernah memukul atau pun melakukan kekerasan fisik pada wanita. Jadi ia merasa kesal karena tak bisa membanting Glow.
*
*
Keesokan harinya, Blaze akan diperiksa terlebih dulu sebelum diperbolehkan pulang. Kali ini bukan Glow yang memeriksanya karena bukan jadwal shift Glow.
“Kau bukan dokterku,” ucap Blaze ketika seorang dokter wanita masuk ke kamar perawatannya.
“Dokter Glow sedang ada jadwal lain dengan pasien lain,” jawab Dokter itu dengan senyum ramah.
“Aku ingin dia yang memeriksaku karena dia yang tahu keadaanku,” ucap Blaze memaksa.
“Tapi sekarang jadwalku, Tuan. Dan itu sama saja,” jawab sang Dokter.
“Aku tak akan mau diperiksa Dokter lain kecuali dia,” sahut Blaze bersikeras.
“Tapi, Tuan__”
“Ikuti saja kemauan Tuan Blaze, Dokter,” sahut Tommy yang sejak tadi sudah menemani Blaze.
“Baik, Tuan. Kami akan memanggil Dokter Glow untuk memeriksa anda,” jawab Dokter itu dengan senyum kecutnya.
Blaze tak menjawab apa pun dan membiarkan Dokter itu pergi dari kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
si Blaze lain dimulut lain di hati, hadeuh......
2024-11-20
0
anonim
ha haaa....Blaze kangen sama Glow mintanya yang memeriksa Glow wkwkwkwk
2024-09-29
1
Queen's Blonde
kyk artis yg pernah viral ya, banting² hahahh
2024-07-20
0