Bab 4

4

Blaze berjalan ke arah pintu di saat ruangan itu sudah ricuh. Lalu tiba-tiba ada yang berani menusukkan sebuah pisau pada perut Blaze ketika pria itu baru membuka pintunya.

ZLEB

Blaze yang tak menyangka akan terjadi hal seperti itu, memegang tangan yang menusukkan pisau di perutnya. Seorang pria tua menusuk perut Blaze dengan wajah penuh dendam pada Blaze.

"Kau telah membuatku kehilangan pekerjaanku karena pemimpin tak becus sepertimu. Apakah kau tahu kerugian perusahaan ini membuat ratusan karyawan kecil sepertiku dirumahkan??!! Itu semua karenamu, Tuan Bodoh!!" teriak pria tua itu.

Beberapa orang dari dalam ruangan keluar dan petugas keamanan mengamankan pria tua itu. Sedangkan Blaze segera dibawa ke rumah sakit terdekat bersamaan dengan Delon yang juga terluka di kepalanya.

"Aku tak mau semobil dengannya," ucap Blaze yang masih bisa berkata-kata di saat kondisinya sudah cukup mengenaskan karena darah dari perutnya tak henti mengalir.

"Baik, Tuan," jawab Tommy dan membawa segera sang bos ke dalam mobil yang sudah menunggu di lift basement karena insiden ini tak boleh sampai menyebar ke media.

*

*

Tak lama kemudian, Blaze sampai di rumah sakit dan langsung ditangani oleh dokter jaga siang itu. Banyak pasien di ruangan UGD itu karena ada kecelakaan yang terjadi di jalan hingga ruangan itu menjadi penuh dan membuat perawat serta dokter kalang kabut.

Asisten Blaze tampak bingun juga karena Blaze tak mendapatkan tempat tidur dan ia tak akan sempat juga jika harus mencari rumah sakit lain karena jaraknya cukup jauh serta luka Blaze yang akan semakin parah.

"HEI!! DI MANA RANJANGNYA??" teriak Tommy.

Salah satu dokter yang baru masuk ruang darurat itu tampak menghampiri Blaze yang sudah terduduk di atas lantai sembari memegang perutnya yang berdarah.

"Bawa ke sana," ucap Glow yang kebetulan akan membantu penanganan di ruangan darurat itu.

Lalu Tommy menggendong Blaze di punggungnya dan berlari ke arah sebuah kamar di luar ruangan itu. Kemudian Tommy merebahkan tubuh Blaze di ranjang putih yang ada di depannya.

Glow melihat pria yang ia temui seminggu yang lalu. Glow mengenalinya karena tato besar di leher Blaze itu.

'Dia lagi? Mengapa harus bertemu pria sombong ini lagi?' batin Glow.

Tapi sebagai dokter ia harus cepat menangani pria menyebalkan itu. Glow segera membuka baju Blaze dan langsung menangani luka di perutnya akibat tusukan.

"Lukanya cukup dalam tapi tak sampai mengenai organ dalamnya," ucap Glow dan melihat tangan Blaze yang juga berdarah.

Itu artinya Blaze sempat menahan pisau itu agar tak terlalu menusuk masuk ke dalam perutnya. Blaze melihat ke arah Glow ketika mendengar suaranya yang cukup familiar di telinganya.

"Kali ini tak perlu kabur dariku," ucap Glow sembari menghentikan laju darah yang masih bercucuran itu.

Blaze tak mengatakan apa pun dan ia sama sekali tak merintih kesakitan ketika Glow mulai menyuntik di sekitar luka tusuk yang ada di perut Blaze.

Blaze mengamati wajah Glow sepanjang wanita itu mengobati lukanya dan menjahitnya. Suara hiruk pikuk ruangan UGD tak terlalu terdengar dari kamar itu.

"Done, kuharap kita tak bertemu lagi dalam keadaan kau terluka lagi," ucap Glow setelah selesai melakukan tugasnya.

Lalu Glow memasang plester besar berwarna putih untuk menutupi luka Blaze yang baru saja dijahitnya.

"Terima kasih, Dokter" ucap Tommy.

Glow menoleh pada Tommy dan tersenyum padan pria itu.

"Aku akan langsung pulang," kata Blaze.

"Tak bisa, kau harus dirawat dulu selama dua puluh empat jam untuk melihat apakah ada infeksi yang terjadi atau tidak," kata Glow menatap mata Blaze yang tajam dan dingin.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***