Maka bertempurlah kedua anak itu dengan seru, karena keduanya sama-sama cepat, sama-sama gesit dan keduanya telah memiliki dasar-dasar ilmu silat tinggi sehingga kepalan kecil mereka bergerak mendatangkan angin.
Keriuhan di halaman perguruan Bambu kuning itu, menarik perhatian Chen Kun dan Hua Tian untuk keluar dari rumah untuk sekedar melihat pertandingan itu.
Keduanya tersenyum setelah melihat Chen Bun dan Hua Li saling beradu jurus itu, dan Hua Tian terus memuji ketika melihat gerakan silat Chen Bun.
"Pemuda itu sangatlah hebat! Bukankah itu putra kamu saudaraku?" tanya Hua Tian yang menebak.
"Ah, dia masih bodoh dan masih harus banyak belajar lagi saudara Hua." balas Chen Kun yang merendah.
"Chen Bun adalah anak yang baik dan dia mempunyai bakat yang bersih." ucap Hua Tian yang memuji Chen Bun.
Pada saat itu Hua Li mengeluarkan jurus Mengoyak aliran sungai yang belum lama dipelajari karena jurus ini memang mempunyai gerakan-gerakan lemas dan membutuhkan kelincahan dan kecepatan.
Maka ketika memainkan jurus ini, Hua Li harus mengerahkan tenaga dalamnya. Sehingga tubuhnya melesat cepat dan berputar-putar di sekeliling lawannya, hal itu membuat Chen Bun merasa bingung karena tiba-tiba dia melihat betapa gadis itu seakan-akan berubah menjadi tiga orang.
Tapi Chen Kun telah memiliki jurus silat yang lumayan juga sehingga dia masih dapat mempertahankan diri dari serangan Hua Li.
"Putraku, berhenti!" teriak Chen Kun.
Dan kedua anak itu mendengar teriakan ini dan segera meloncat mundur.
"A Bun, jangan kurang ajar! lihat siapa yang datang ini?" ucap Chen Kun seraya tangan kanannya mengarah pada Hua Tian.
Chen Bun memandang dan ia masih ingat kepada laki-laki setengah baya yang dulu sering mengajarnya silat waktu masih kecil. Kemudian Chen Kun maju dan berlutut.
"Guru!" panggil Chen Kun, dan Hua Tian mengangkat tubuh Chen Kun untuk bangun sambil tertawa.
"Ha...ha....ha...! A Bun, kamu telah banyak kemajuan!" seru Hua Tian dengan senang dan bangganya.
"A Bun! Tahukah kau siapa yang kau ajak bertanding tadi?" tanya Chen Kun seraya menunjuk ke arah Hua Li. Dan Hua Li pun agak kebingungan juga karenanya.
Sedangkan Chen Bun menggelengkan kepalanya, karena memang tidak tahu.
"Gadis ini adalah putri dari tetua kita! Mana kau bisa melawannya!" seru Chen Kun yang tentu saja membuat Chen Bun terkejut bukan main.
"Aah saudara Kun selalu memuji-muji saja!" ucap Hua Tian yang gembira sekali melihat kemajuan ilmu silat Chen Bun.
"Tidak tahu apakah dia juga mempelajari jurus mengendalikan air?" tanya Hua Tian pada Chen Kun.
"Sedikit-sedikit dia pernah latihan sendiri. Apalagi rumah kami dekat dengan sebuah telaga yang cukup dalam sehingga dia sering berlatih renang di sana." jawab Chen Kun.
"Ayah, bolehkah saya ajak Chen Bun berlomba berenang menyeberang sungai itu!" ucap Hua Li yang ingin menjajal kemampuan putra dari Chen Kun.
"Mari adik Li, kita mencoba kepandaian renang kita." ucap Chen Bun yang memandang gadis dihadapannya itu, karena pemuda itu sangatlah kagum akan jurus-jurus silat gadis cilik itu yang tidak lebih rendah daripadanya.
"Ya." balas Hua Li seraya menganggukan kepalanya, kemudian mereka melangkahkan kaki menuju ke tepi sungai.
Setelah keduanya tiba di tepi sungai dengan diikuti oleh semua murid perguruan Bambu kuning dan juga warga sekitar, karena merasa tertarik dan ikut menyaksikan pertandingan yang jarang terjadi itu.
Tidak ketinggalan pula Hua Tian dan juga Chen Kun sendiri, yang ingin mengetahui sejauh mana kehebatan putra dan putri mereka.
Sementara itu Hua Li berlari ke kamar mandi untuk berganti pakaian, dan tak berapa lama Hua Li datang dengan memakai pakaian yang serba ringkas dengan mulut celana yang dapat diikatkan pada pergelangan kakinya dan lengan baju yang pendek sampai ke siku.
Dengan pakaian ini ia dapat bergerak lebih leluasa di dalam air. Semua orang memandang dengan kagum.
Sementara itu Chen Bun juga sudah siap sedia, dan keduanya terjun ke air berbareng dan berenang dengan cepat menyeberang. Air di bagian itu tenang saja, tapi sangat dalam dan sangat lebar sehingga untuk menyeberang sekali saja, bagi orang-orang yang tidak terlatih baik akan terasa lelah sekali, jangan kata bagi mereka yang tidak pandai berenang.
Tapi kedua anak itu ternyata sungguh lihai karena mereka berenang dengan cepat dan sepasang kaki dan tangan mereka terus mengayuh bagaikan kitiran dan membuat air sungai berbuih keputih-putihan di dekat tangan dan kaki.
Semua orang bersorak-sorak menjagokan pilihan masing-masing, tapi sebagian besar anak lelaki menjago Chen Bun sedangkan para perempuan tentu saja memilih Hua Li.
Dan ternyata mereka berdua tiba di pantai sebelah sana dengan waktu yang hampir bersamaan dan segera mereka berbalik dan kini mereka berenang sambil menyelam. Semua anak yang menonton pertunjukan ini menahan napas karena kini kedua jagoan mereka lenyap dari permukaan air.
Sampai lama sekali tidak nampak keduanya muncul dari bawah air, seakan-akan mereka sengaja bertahan dan tidak mau muncul lebih dahulu.
Setelah lewat lama sekali, barulah tampak Chen Bun muncul ke permukaan air sambil terengah-engah karena terlalu lama dia menahan napas.
Para perempuan yang menjagokan Hua Li bersorak riuh karena munculnya Chen Bun ini mereka anggap sebagai kemenangan bagi Hua Li yang ternyata lebih kuat bertahan di bawah permukaan air. Tapi sampai lama ditunggu, belum juga Hua Li tampak muncul.
"Ah, tidak mungkin! Andaikata tenaga dalam gadis itu sudah sangat tinggi dan kuat, rasanya tidak mungkin ia dapat menahan napas selama itu." gumam dalam hati Chen Kun yang penasaran.
Chen Bun merasa jika dalam hal bertahan diri di dalam air dia dikalahkan oleh Hua Li, dan karena itulah Chen Bun mengeluarkan kepandaian berenangnya untuk mendahului tiba di tepi. Benar saja, ia dapat mencapai tepi sungai lebih dahulu dengan disambut sorakan ramai para murid perguruan Bambu kuning yang menyaksikan perlombaan itu.
Tapi kini orang-orang gelisah karena Hua Li belum juga tampak muncul, bahkan Chen Kun sendiri menjadi gelisah.
"Saudaraku apakah benar-benar Li'er dapat bertahan sedemikian lamanya? Karena saya sendiri tak sanggup untuk berdiam di dalam air sedemikian lamanya?" tanya Chen Kun yang penasaran.
"Ha...ha....ha...! Saudara Chen juga kena dikelabuhinya, lihatlah batang jerami itu! Pernahkah Saudara Chenmelihat batang jerami bisa berenang?" tanya Hua Tian sembari tertawa terkekeh.
"Hah, maksud saudara Hua je...jerami itu!" seru Chen Kun yang tak percaya dengan penglihatannya.
Chen Kun memandang ke arah jerami dan dia pun ikut tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha....!"
Tak lama kemudian, batang jerami yang menonjol di permukaan air dan semenjak tadi bergerak ke arah tepi, telah tiba di tepi dan tampaklah kini kepala Hua Li yang segera muncul ke permukaan sungai.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Petualangan Pendekar Kecapi ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
nama tokohnya sulit dihapal😍 salut untuk authornya bisa menghapal nama2 tokohnya 😍keren 👍
2023-08-04
0
Yu Lee
Semangat ya
2023-07-15
2
Dzikir Ari
Bagus Alurnya.....
2023-06-09
3