🌻🌻🌻🌻🌻🌻
...HAPPY READING......
.
.
"Kak Fira, apakah Kakak juga mau pulang sekarang?" tanya Lisa berjalan mendekati Fira dan Zayn yang lagi menunggu total belanjaan mereka yang dihitung.
"Iya, Kakak mau pulang sekarang." jawab Fira tersenyum seraya mengelus kepala Lisa. Gadis kecil itu sangat cantik dan imut. Dia malas belajar karena kedua orang tuanya sama-sama orang sibuk.
Jadi gadis itu kekurangan perhatian dari orang tuanya. Namun, semenjak yang menjadi guru lesnya Shafira. Lisa sudah rajin belajar karena sejatinya dia memang anak yang pintar.
"Zayn, kamu belanja apa? Kenapa jauh sampai ke daerah sini?" tanya pemuda yang lagi bersama Lisa.
"Hanif, aku sekarang tinggal di daerah sini. jadi ini lagi belanja," jawab Zayn pada pemuda itu yang merupakan rekan bisnisnya dan juga teman satu kampus saat masih sama-sama kuliah.
"Total semuanya enam ratus sembilan belas ribu, Tuan." ucap kasir sudah selesai menghitung semua belanjaan mereka.
"Oh, iya! Sebentar!" Zayn yang tidak memiliki uang kes seperti perkataannya tadi langsung mengambil kartu black card dan diberikan pada pegawai tersebut.
Lalu dia menoleh kearah Fira dan berkata. "Apakah tidak ada yang mau di beli lagi?"
"Ti--tidak! Cukup itu saja," jawab Fira singkat.
"Zayn, siapa gadis ini? Apakah kekasihmu?" tanya Hanif karena dia baru melihat Fira malam ini dan tidak mengetahui bahwa Zayn sudah menikah.
"Dia adalah---"
"Saya saudara jauhnya, Tuan." sela Shafira cepat. Rasa sakit bila dia mengakui sebagai orang lain dari sang suami, itu jauh lebih baik. Daripada harus mendengar Zayn sendiri yang mengucapkan jika dia hanya seorang pembantu.
Seperti setiap ada wanita yang dibawa pulang. Zayn akan mengatakan bahwa Fira hanya pembantu dan juga terkadang mengatakan hanya istri yang tidak dia inginkan.
"Oh, aku baru tahu jika Zayn memiliki saudari cantik sepertimu." ucap Hanif tersenyum kecil.
"Bukannya tadi Kakak bilang bahwa Om ini majikan Kakak? Lalu sebetulnya saudara Kak Fira atau majikan?" tanya Lisa yang membuat Shafira tertawa kecil sambil memikirkan alasan lainya lagi.
"Kan Kakak tinggal di rumah Om ini. Jadi anggap saja dia majikan Kakak." jawab Fira yang membuat Hanif ikut tertawa kecil.
"Ha... haa... kamu lucu sekali, yang namanya saudara, tetap saja saudara. Tidak ada kata majikannya." tawa Hanif. Setelah diam sejenak pemuda itu kembali lagi berkata.
"Bagaimana kamu bisa kenal dengan Lisa? Apakah ka---"
"Om, ini adalah Kakak cantik yang Lisa bilang mau dijadikan Tante. Ayo cepat Om kenalan dulu, ini Kak Fira, guru lesnya Lisa." sela gadis kecil itu menyuruh Hanif dan Fira berkenalan.
Untungnya tidak ada pengunjung yang membayar di kasir. Jika tidak, pasti akan marah karena merasa terganggu.
"Hai... kenalkan aku Hanif, Om nya Lisa." ucap Hanif mengulurkan tangannya mengajak Fira berkenalan. Namun, Fira mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya Fira, guru lesnya Lisa." jawab gadis itu yang membuat Hanif tersenyum canggung menarik kembali tangannya yang terulur.
Sedangkan Zayn yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis di ujung sudut bibirnya yang atas. Di dalam hatinya ingin tertawa, karena jika dirinya sendiri bebas ingin memegang tangan Fira yang mana saja.
Gadis itu tidak menolak dan hanya diam saja. Tapa dia berpikir bahwa itu semua bukan karena dia hebat. Melainkan karena mereka sudah sah menjadi pasangan suami-istri.
"Fira, ayo kita pulang sekarang." ajak Zayn sudah menerima kartu berserta setruk pembayaran semua belanjaan mereka.
"I--iya," jawab Fira hampir melupakan suaminya.
"Hanif, kami duluan," pamit Zayn tidak ingin berlama-lama berada di sana lagi. Melihat Hanif seperti mengagumi istrinya membuat pemuda itu jengkel, tidak karuan entah kenapa.
"Oh, iya! kami juga mau membayar belanjaan," Hanif mengangkat keranjang belanjaan punya mereka.
Tidak berkata-kata lagi Zayn langsung keluar lebih dulu dari supermarket tersebut. Dengan tangan membawa barang belanjaan, termasuk beras yang berukuran kemasan lima kilo.
Setibanya di luar oleh pemuda itu dimasukkan ke dalam mobil bagian tengah. Baru setelahnya dia membuka pintu depan tempat kemudi dan duduk di dalamnya. Sambil menunggu istrinya masuk ke dalam mobil.
Shafira tadi berpamitan dulu pada Hanif dan Lisa. Mana mungkin dia asal pergi saja. Walaupun dengan Hanif baru mengenalnya malam ini. Tapi Lisa adalah muridnya, jadi Shafira harus memberikan contoh yang baik.
Braaak!
Suara pintu mobil yang ditutup oleh Shafira dan gadis itu kembali memasangkan salt belt pada tubuhnya.
"Apakah kamu mengenal Hanif?" tanya Zayn sudah menjalankan kendaraan mewahnya meninggalkan tempat tersebut.
"Tidak! Aku baru bertemu dengannya malam ini. Memangnya ada apa? Apakah dia sahabat, Mas juga?" Fira balik bertanya.
"Huem, tapi tidak terlalu dekat. Hanya saja dulu kami pernah satu kampus dan satu jurusan juga. Lalu sudah hampir satu tahun belakangan ini perusahaan kami saling bekerja sama." entah sadar atau tidak. Malam ini Zayn berbicara dengan Fira sebagaimana manusia pada umumnya.
"Oh, pantas saja dia menyapa saat bertemu." perkataan Fira tidak dihiraukan lagi oleh Zayn. Pemuda itu hanya memperhatikan jalanan di dapan mobilnya. Sampai mobil mereka tiba di depan rumah mewahnya. Pasangan suami-istri itu hanya diam dan larut dengan pikirannya masing-masing.
"Turun! Kenapa kau malah diam saja," tegur Zayn karena setelah dia membuka salt belt pada tubuhnya. Sang istri masih diam entah lagi memikirkan apa.
"Iya," seru Fira menoleh sebentar kearah Zayn. Lalu sebelum suaminya berbicara sesuatu lagi. Shafira cepat-cepat keluar dari mobil.
Namun, dia tidak langsung masuk ke rumah, tapi menunggu barang belanjaan terlebih dahulu.
"Biar aku yang bawakan, kau buka pintunya." tahu jika belanjaan tersebut berat. Jadi Zayn membawa semua barang itu sendirian dan menyuruh Fira cukup membuka pintu.
Ceklek!
Suara pintu dibuka oleh Fira. Gadis itu berdiri disamping pintu karena mau menguncinya sekalian.
Setelah itu barulah dia berjalan mengikuti Zayn yang ternyata langsung mengantar belanjaan ke dalam dapur.
"Mas, tunggu aku panaskan lagi makanannya. Ini semua sudah dingin." ucap Fira menatap pada masakannya yang tadi sudah susah payah dia tata dengan rapi.
"Baiklah! Aku mau keatas dulu," jawab Zayn pergi meninggalkan istrinya.
"Mas Zayn malam ini kenapa baik sekali? Apakah saking senangnya karena aku mengatakan akan meminta berpisah setelah sepuluh bulan lagi?"
Gumam Shafira melihat punggung suaminya yang semakin berjalan jauh dari tempatnya berdiri.
Tidak ingin suaminya lebih cepat datang, sebelum dia selesai memanaskan makanan untuk makan malam mereka. Gadis itupun langsung melanjutkan pekerjaannya.
Selama dua bulan menikah, baru malam ini mereka bicara seperti pasangan suami-istri yang tinggal serumah. Biasanya selalu saling diam.
Bukan Shafira yang memulainya, tapi Zayn sendiri. Dialah yang tidak banyak bicara. Sekali bicara hanya untuk menghina istrinya. Jadi Shafira pun malas untuk terlalu banyak berinteraksi yang akan membuatnya sakit hati.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Sri Rahayu
sdh mau bicara Zain....mungkin dia senang karena Safira ingin cerai, jd dia ga pusing lg
2023-12-11
0
Nana Biella
Alhamdulillah
sedikit hrs disyukuri
2023-05-19
0
ᴀ͜͠я⃯ɪғ ▪︎⳻᷼⳺
mungkin benar kata org cinta tumbuh karena keseringan jumpa,mungkin nanti pas pisah ,zayn akan menyadari klw dia udh mencintai istrinya,dan mungkin dia ga bakal rela istrinya didekatin pria lain
2023-05-19
1