"Kenal kan ini putri semata wayangku namanya Loren." Ucap pria tersebut memperkenalkan putrinya.
"Hallo." Ucap Loren sambil mengulurkan tangannya.
Javier membalas uluran tangannya setelah beberapa saat mereka melepaskan uluran tangannya.
Javier mengobrol dengan Loren dan entah kenapa Javier merasa nyaman mengobrol, mungkin karena Loren di ajak bicara nyambung mengenai bisnis.
Hingga Ayahnya Loren yang bernama Robert ijin pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menemui rekan bisnis lainnya dan tanpa curiga sedikitpun Javier dan Kevin menganggukkan kepalanya.
Robert berjalan ke arah ruangan khusus para pelayan untuk menemui seorang pelayan dan membisikkan sesuatu sambil memberikan beberapa lembar uang dan pelayan itu pun menganggukkan kepalanya tanda setuju dan Robert pun pergi meninggalkan ruangan khusus para pelayan tersebut menuju ke tempat pesta.
Robert kembali ke tempat semula di mana Javier mengobrol dengan Loren sambil tersenyum membuat Javier dan Loren ikut membalas senyumannya.
Mereka kembali mengobrol hingga tidak berapa lama datang seorang pelayan sambil membawa empat gelas yang berisi anggur dan menawarkan ke mereka.
Javier, Kevin, Robert dan Loren menerima gelas yang berisi anggur dari pelayan tersebut kemudian bersulang.
Prang
Ketika Kevin hendak meminumnya seorang gadis tidak sengaja menabrak tangan Kevin hingga gelas yang di pegang oleh Kevin jatuh ke lantai dan langsung pecah berhamburan.
Hal itu membuat Kevin menatap tajam ke arah gadis tersebut namun matanya membulat sempurna begitu pula dengan Javier pasalnya gadis yang dibencinya ternyata yang menabraknya adalah Bela.
"Kamu lagi .... kamu lagi," omel Javier sambil memutar bola matanya dengan malas.
"Matamu buta ya!" Omel Kevin sambil membersihkan jasnya yang basah terkena cipratan anggur.
"Maaf aku tidak sengaja karena aku lagi mencari sahabatku," ucap Bela merasa bersalah.
"Kevin, sudahlah, bersihkan jas mu di toilet," ucap Javier sambil menatap kesal ke arah Bela begitu pula dengan Robert dan Loren.
Kevin hanya bisa mendengus kesal sambil menatap tajam ke arah Bela membuat Bela menundukkan kepalanya. Kevin berjalan ke arah kamar mandi sambil menyenggol bahu Bela membuat Bela mundur dan terasa sekali bahunya sakit.
Bela hanya bisa menghembuskan nafasnya perlahan kemudian pergi untuk mencari sahabatnya yang bernama Adira sedangkan Kevin mengobrol kembali dengan Robert dan Loren sambil sekali - kali meminum anggur tersebut begitu pula dengan dua orang tersebut.
Setengah jam kemudian Kevin sudah selesai dari kamar mandi dan berjalan mendekati Javier yang masih mengobrol dengan Robert dan Loren namun mata Kevin mengawasi mereka berdua.
'Kenapa aku merasakan kalau mereka berdua ada niat jahat dengan Tuan Muda Javier?' Tanya Kevin dalam hati.
Namun ketika mereka asyik mengobrol tiba - tiba tubuh Javier terasa panas membuat Javier membisikkan sesuatu ke asisten pribadinya yang bernama Kevin.
'Kevin, kok tubuhku terasa panas ya?' tanya Javier sambil menarik dasinya yang terasa seperti tercekik.
'Masa sih Tuan? Saya tidak merasa panas,' bisik Kevin mengikuti Javier yang juga berbisik.
'Benar tubuhku terasa panas, tubuhku terasa seperti terbakar,' bisik Javier kembali.
'Kalau begitu kita ke kamar saja,' Usul Kevin sambil masih berbisik.
'Baik,' jawab Javier singkat sambil berbisik melepaskan dasinya.
"Ada apa Tuan?" tanya Robert dan Loren serempak dan pura - pura tidak tahu.
"Tuan Muda Javier lagi tidak enak badan, kami pamit mau ke kamar," ucap Kevin yang menjawab ucapan mereka berdua.
"Biarkan putriku yang menemaninya," ucap Robert.
"Maaf Tuan, biar saya saja yang menemani." tolak Kevin.
"Memang kenapa kalau putriku menemaninya?" tanya Robert dengan tatapan kesal begitu pula dengan Loren sambil mengikuti langkah mereka.
"Tidak perlu, urus saja urusan Tuan," jawab Kevin yang merasa kalau Robert dan Loren ada hubungannya yang terjadi dengan Javier.
Javier dan Kevin pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Robert dan Loren menatapnya dengan tatapan kesal.
"Daddy, bagaimana ini?" Tanya Loren yang melihat mereka berdua berjalan meninggalkan acara.
"Gara-gara gadis si alan menabrak gelas Kevin jadi gagal." Ucap Robert dengan nada kesal terhadap Bela sambil mengingat beberapa saat.
Robert menyuruh pelayan memasukkan obat tidur untuk Kevin agar tidak menggagalkan rencananya namun karena ulah Bela membuat rencananya gagal.
Untuk Javier, Robert memberikan obat perang sang dosis tinggi dan berhasil namun sayang Kevin menghalanginya.
"Daddy, aku akan ikuti pria itu." Ucap Loren sambil berjalan mengikuti langkah Kevin dengan langkah cepat.
"Usul yang bagus, kita ikuti mereka." Ucap Robert.
Mereka mengikuti langkah Javier dan Kevin hingga mereka berhenti tepat di depan lift. Mereka melihat Kevin menekan tombol lift membuat mereka bersembunyi tidak jauh dari Javier dan Kevin.
"Mereka menuju ke lantai atas kita ikuti mereka, Daddy akan mengurus Kevin dan Kamu tidur bersama Javier. " ucap Robert.
"Tapi kita naik apa, Dad? Soalnya mereka menggunakan lift," ucap Loren.
"Kita naik tangga saja dengan berlari," ucap Robert sambil berlari menuju ke arah anak tangga dengan diikuti oleh putrinya bernama Loren.
Ting
Pintu lift terbuka Javier dan Kevin keluar dari kotak persegi empat tersebut dan berjalan di lorong yang sangat sepi karena semua yang menempati kamar di lantai tersebut sedang menikmati pesta.
"Berhenti!!!" teriak Robert dan Loren bersamaan dengan nafas memburu karena habis berlari.
Javier dan Kevin serempak menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya, Javier menatap Loren dengan tatapan berbeda sedangkan Kevin menatap tajam ke arah Robert dan Loren.
"Ada apa?" Tanya Kevin dengan nada dingin.
"Maaf, aku ingin menemani Tuan Javier karena sepertinya Tuan Javier sakit." Jawab Loren sambil tersenyum namun dalam hatinya menahan amarahnya.
"Tuan Javier tidak sakit, maaf kalian pergilah!" Usir Kevin.
'Maaf Tuan, lebih baik Tuan mandi air dingin untuk menghilangkan hawa panas di tubuh Tuan.' Bisik Kevin.
Javier hanya menganggukkan kepalanya kemudian membalikkan badannya meninggalkan mereka bertiga menuju ke arah kamarnya.
"Kamu hanya seorang pegawai rendahan jangan mencampuri urusan kami." Ucap Robert.
"Walau saya orang rendahan tapi saya orang kepercayaan Tuan Javier jadi apapun yang terjadi dengan keadaan Tuan Javier maka saya bertanggung jawab." Ucap Kevin dengan nada tegas.
"Tapi ..." Ucapan Loren terpotong oleh Kevin.
"Kalian berdua pergilah sebelum aku memanggil para bodyguard ku." ucap Kevin dengan nada mengancam.
Mereka berdua hanya bisa menahan amarahnya kemudian pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar Javier.
Ceklek
Kevin membuka pintu kamar Javier kemudian masuk ke dalam namun Javier tidak ada di ranjang. Kevin mendengar suara gemericik air dan Kevin tahu kalau Javier sedang mandi untuk mendinginkan wortel importnya.
Tok tok tok
"Tuan." Panggil Kevin sambil mengetuk pintu.
Ceklek
Kevin memberanikan diri membuka pintu dan melihat Javier sedang mandi air dingin dengan menggunakan shower.
"Tubuhku sangat panas dan juga dingin, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Javier.
"Jalan satu-satunya Tuan Muda melakukan hubungan suami istri." Jawab Kevin.
"Apa tidak ada cara lain?" Tanya Javier.
"Maaf Tuan, bisa saja memanggil dokter tapi kota ini terpencil dan agak lama kalau memanggil dokter." Jawab Kevin.
"Kalau begitu, cari gadis yang masih tersegel dan berikan uang yang sangat banyak." Ucap Javier.
"Baik Tuan." Jawab Kevin sambil membalikkan badannya.
Kevin keluar dari kamar tersebut hingga mereka bertemu dengan Adira dan Bela.
"Tunggu, kalau boleh tahu siapa nama Nona?" Tanya Kevin.
"Namaku Adira ," jawab Adira dengan wajah bingung.
"Namaku Bela," ucap Bela ikut memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis menatap wajah tampan Kevin.
"Aku Kevin." Jawab Kevin ikut memperkenalkan dirinya.
"Kak Kevin." ucap Bela.
"Ada yang bisa aku bantu Kak?" tanya Adira bersamaan namun ucapannya berbeda.
"Apakah Nona Adira sudah menikah?" Tanya Kevin.
"Jangankan menikah punya kekasih saja belum, sama sepertiku." Jawab Bela yang menjawab pertanyaan Kevin.
"Nona Adira, boleh aku meminta bantuan?" Tanya Kevin tanpa memperdulikan ucapan Bela.
"Selama aku bisa bantu, aku akan bantu." Jawab Adira.
"Kalau aku pasti bisa bantu, Kak Kevin minta bantuan apa?" Tanya Bela sambil masih berusaha tersenyum walau dalam hatinya sangat kesal karena Kevin sama sekali tidak memperhatikan dirinya.
"Maaf, aku bicara dengan Nona Adira jadi bisakah Nona pergi?" Tanya Kevin yang kesal dengan Bela.
"Kenapa aku di usir?" Tanya Bela balik bertanya.
"Maaf bukannya aku mengusir mu tapi saat ini aku ingin bicara dengan Nona Adira." Jawab Kevin sambil menahan amarahnya.
'Rasanya ingin aku lempar ke laut.' Sambung Kevin dalam hati.
"Bela, Kak Kevin ingin bicara denganku dan sepertinya penting." Ucap Adira.
Tanpa menjawab Bela pergi meninggalkan mereka berdua sambil menahan amarahnya terhadap Kevin terlebih pada Adira yang tidak tahu apa-apa.
"Ada yang bisa aku bantu Kak?" Tanya Adira setelah melihat Bela sudah pergi.
"Aku tidak tahu tadi aku melihat wajah Tuan Javier memerah sepertinya sakit," ucap Kevin tanpa mengatakan kalau Javier terkena obat perang sang.
'Maaf Nona, aku terpaksa tidak mengatakan dengan jujur karena jika aku mengatakannya sudah bisa dipastikan Nona akan menolaknya.' Sambung Javier dalam hati.
"Boleh aku melihatnya?" tanya Adira.
"Boleh," jawab Kevin sambil berjalan ke arah kamar Javier.
"Kenapa tidak memanggil dokter?" Tanya Adira sambil berjalan mengikuti langkah Kevin.
"Sudah tapi katanya dua jam lagi jadi sambil menunggu dokter datang Nona bisa membantu Tuan Javier." Jawab Kevin berbohong.
'Aduh Tuan, aku terpaksa berbohong terus.' Sambung Kevin dalam hati.
Tok Tok Tok
Ceklek
Kevin mengetuk pintu sebanyak tiga kali kemudian Kevin membuka pintu kamar Javier dengan lebar agar Adira masuk ke dalam kamar Javier di mana Javier masih mandi air dingin.
"Tuan Javier kemana?" Tanya Adira sambil masuk ke dalam kamar pribadi Javier.
"Ada di kamar mandi, tolong di lihat." Ucap Kevin sambil memundurkan langkah kakinya dengan perlahan.
"Eh ... Kak Kevin mau kemana?" Tanya Adira sambil membalikkan badannya.
"Maaf Kakak ingin menunggu dokter di depan pintu, tolong di lihat apakah Tuan Javier baik - baik saja atau tidak." Jawab Kevin berbohong lagi.
"Baik Kak." Ucap Adira sambil membalikkan badannya tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Ceklek
Adira berjalan ke arah kamar mandi kemudian membuka pintu kamar mandi bersamaan Kevin menutup pintu kamar tersebut kemudian menguncinya dari luar.
Sesaat Adira diam membatu melihat tubuh polos Javier sedangkan Javier yang merasa diperhatikan memalingkan wajahnya ke arah pintu kamar mandi.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Javier sambil mematikan kran shower kemudian berjalan ke arah Adira.
"Aku di suruh Kak Kevin untuk menolong Kak Javier." Jawab Adira jujur sambil memundurkan tubuhnya dengan wajah ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
#Bela
2023-06-15
0
Qaisaa Nazarudin
Duh Nela gercep banget..
2023-06-15
0
Qaisaa Nazarudin
Cihh dasar,mau minta tolong tp yg bukan kaleng2,Yg masuh bersegel 🤣
2023-06-15
0