Seperti yang telah dijanjikan oleh Mark. Marcel dapat bermain sepuas hatinya bersama dengan Freya juga dirinya. Pria itu banyak tersenyum hari ini melihat wanita yang telah mencuri hatinya tampak bahagia.
Ahh … hatinya bergetar tak karuan ketika melihat Freya tersenyum bahagia.
"Yahh … kalah!" seru Marcel dengan nada kecewa setelah kalah bermain tembak-tembakan.
Mark terkekeh kecil melihatnya. Dia segera merangkul bahu Marcel membuat bocah tampan itu tersentak.
Dia tak lagi takut, karena hatinya merasakan kenyamanan bersama dengan Mark.
"Tidak masalah kalah, Boy. Kekalahan adalah bagian dari permainan. Bagaimana kalau sekarang kita main basket? Biar paman yang ajarin?"
Mark tersenyum simpul, ucapan nya mampu membuat hati bocah tampan itu nyaman dan tenang. Begitupun Freya yang tampak tersipu.
Ada rasa bahagia dalam hatinya, karena Marcel terlihat sedikit terbuka dengan Mark. Terlebih lagi sang anak tidak lagi takut bila berinteraksi dengan pria dewasa.
Mata Marcel berbinar terang, dia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.
"Mau, Paman … mau!" jawab Mar El penuh semangat.
Mark langsung menggenggam tangan Marcel. Dia memperlakukan bocah tampan itu layaknya anak sendiri.
"Let's go." Keduanya berlarian menuju permainan basket. Freya diam-diam merekam momen tersebut. Dia ingin melihat kembali rekaman sang anak yang tampak bahagia hari ini.
"Andai saja kami menjadi keluarga, pasti bakal jadi keluarga Cemara," gumam Freya tanpa sadar.
Beberapa detik kemudian, dirinya terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulutnya. Dia langsung menampar pelan mulutnya lalu berkata.
"Ya ampun … apa yang aku katakan? Tidak mungkin pria sesempurna Tuan Mark menjadi suamiku … haiss … apa-apaan aku ini."
Freya merutuki dirinya sendiri. Dia segera melangkah lebar mendekati kedua pria yang berbeda usia itu. Keduanya tampak serius memasukkan bola basket pada tempatnya.
Hap.
Lemparan pertama Marcel yang dituntun oleh Mark berhasil masuk. Membuat keduanya tertawa gembira, terutama Marcel yang spontan melompat-lompat seraya menggenggam tangan Mark.
"Hore … kita berhasil, Paman!" pekiknya bahagia membuat Mark ikut tersenyum cerah.
Dia senang melihat bocah kecil ini senang.
"Tentu saja berhasil, karena kita berdua adalah tim yang hebat!" puji Mark membuat Marcel tersipu malu.
Bocah itu baru pertama kali dipuji oleh pria dewasa. Biasanya sang ayah hanya akan mengumpat atau memaki nya dengan sangat kasar.
Namun, Tuhan begitu baik mempertemukan dirinya dengan Mark, karena pria itu memperlakukan Marcel seperti putramu sendiri.
"Andai paman Mark adalah papaku. Pasti hidupku akan sempurna, mama tidak akan sakit-sakitan lagi karena dipukul dan teman-teman ku di sekolah juga akan iri padaku," batin Marcel penuh harap.
Dia benar-benar menginginkan sosok ayah seperti Mark.
"Tuhan, apakah aku bisa menukar tambah papaku dengan paman, Mark? Aku ingin punya papa seperti paman Mark, Tuhan."
Marcel berdoa dalam hati. Seolah-olah Tuhan mendengar doa nya. Andai saja Mark mendengar doa Marcel, pasti pebinor itu akan bersorak gembira, karena niatnya untuk mendapatkan hati Marcel telah sukses.
"Ayo, kita masukkan bolanya lagi," ajak Mark membuat lamunan pendek Marcel buyar.
Keduanya kembali memasukkan bola basket pada tempatnya. Senyuman di wajah Freya tak pernah pudar pada hari itu. Dia benar-benar merasakan kehidupan yang normal.
"Tampan," gumam Freya tanpa sadar ketika melihat Mark membawa rambutnya ke belakang. Layaknya adegan slomo membuat Freya menelan ludahnya kasar.
Apalagi penampilan Mark saat ini tampak sangat seksi. Kemejanya digulung, menampilkan lengan yang berurat.
Wanita yang tak lagi gadis itu menggigit bibir bawahnya. Dia benar-benar menikmati pemandangan yang ada di hadapannya.
"Saya tahu saya tampan," bisik Mark di telinga Freya membuat wanita itu tersadar. Marcel tampak serius bermain basket, sedangkan Mark kini sudah berada di dekat Freya.
Wajah wanita itu bersemu merah, karena terlalu malu.
"Ti … tidak juga. Masih tampan Marcel anak saya," kilah Freya pelan membuat Mark tersenyum sinis.
Baru saja dia ingin melanjutkan ucapannya. Suara bariton terdengar oleh mereka berdua.
"Sayang, sedang apa kamu di sini?" Ozan tiba-tiba datang lalu menarik pinggang Freya merapat ke tubuhnya membuat suasana hangat menjadi dingin layaknya kutub Utara.
Degg.
*
*
Guys, komentar nya jangan lupa yah biar author tambah semangat 🥰❤️
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Eka
swmoga freya ndak duhajar sama suaminya,dan dia sadar klau freya sama marcel butuh kasih sayang
2024-02-12
0
Yunerty Blessa
entah apa yang terjadi....
2023-12-03
0
Samsia Chia Bahir
Naaaaahhhh, si ozan khaaannnnn 😝😝😝😝
2023-11-05
0