Rasyid memilih untuk santai di kamarnya tapi dia mendengar suara keributan di samping kamarnya.
"Sialan!! sebenarnya di sebelah ini ngapain sih kok dari tadi terus tak bisa diam," kesalnya yang membuka jendela untuk melihat apa yang terjadi.
Ternyata dia melihat seorang wanita berparas cantik tengah berdiri mengawasi para kuli memasukkan semua barang kedalam rumah lama itu.
"Baru pindahan mbak!" tegur Rasyid dengan senyum lebar meski tak keluar kamar.
"Iya mas, salam kenal," jawab wanita itu.
Tanpa terduga Della pulang dengan mengendarai motor suaminya, dan melihat tetangga sebelah itu.
Kebetulan tadi dia habis membeli semangka untuk stok di rumah, tapi berhubung ada tetangga baru, jadi dia pun menyapa sambil membawa buah itu.
"Oh mbak ini namanya Bu Tina ya, kemarin Mbah Jum bilang jika rumahnya di sewa," kata Della yang menyapa dengan sopan.
Tapi dia sebenarnya terpaksa menyapa dulu karena melihat suaminya yang mulai centil,di tambah wanita satu itu juga berpakaian cukup minim.
"Iya mbak, jangan lah panggil ibu usia saya masih tiga puluh tahun,kita seumuran kan," kata Tina yang melihat sosok Della yang memang tak dandan dan sedikit kucel karena kegiatan di luar seharian.
Rasyid keluar dan merangkul istrinya itu, "tuh dengar tidak, kamu itu tidak bisa dandan,bikin malu saja, dong mbak Tina meski usianya baru tiga puluh tahun, tapi dia tampak dua puluh tahunan," kata Rasyid menyindir Della.
"Ya karena suami Bu Tina jarang di rumah karena kerja cari uang, sedangkan jika jadi istri mas juga aku jamin Bu Tina akan tua melebihi umurnya, karena ngenes punya suami seperti mu," kesal Della yang paling tak suka di bandingkan.
"Sayang kamu ini kenapa sensitif banget sih," tegur Rasyid yang sebenarnya malu.
Sebab istrinya itu terus memanggil ibu pada Tina, Padahal wanita itu sudah bilang untuk tak memanggil dengan nama itu.
"Apa sih mas, aku kenapa pantes dong aku panggil ibu,dia sepuluh tahun lebih tua dariku," kesal Della.
"Ya deh maaf, permisi ya mbak sepertinya istriku ini lagi sensitif," kata Rasyid yang bersikap manis di depan wanita itu
"Iya mas, yang sabar ya punya istri anak kecil," kata Tina yang merasa kasihan pada Rasyid.
"Kayak punya mu besar saja, masih besar juga punya ku masih kenceng lagi," ketus Della yang langsung meninggalkan Rasyid.
"Sayang eoi!!"
"Apa!!" teriak Della dengan suara keras mengejutkan Rasyid.
Dia pun mengejar istrinya itu dan menarik ddn mendorongnya agar duduk di sofa.
"Apa lagi mas,mau marah tolong hati ini saja lihat aku sebagai istrimu dan seorang wanita, aku lelah kamu terus bertingkah seolah aku ini babu mu,"
Rasyid terkejut mendengar ucapan dari istrinya itu, dia tak menyangka jika selama ini itu pikiran yang di miliki oleh Della padanya.
"Apa maksud mu dek,kamu istriku jika tidak begitu kenapa dku setiap Minggu memberimu uang belanja dan memberikan nafkah batin juga, meski kamu yang membuat ku seperti orang jahat karena seperti tak menikmati hubungan kita, itupun berjalan dua tahun," kata Rasyid yang mengungkapkan kekesalannya.
"Karena mas selalu saja melakukannya tanpa membuat ku mengerti apa yang harus ku lakukan, mas selalu saja langsung main dan dalam hitungan detik selesai dan membiarkan ku bingung, aku tak pernah tau hubungan suami istri karena di sekolah pun kami hanya di ajarkan untuk berbakti, bukan melayani di atas ranjang," kata Della yang membuat Rasyid merasa bodoh.
Dia tak mengira jika selama ini istrinya ini terlalu polos dan memang jarang bersosialisasi dengan teman seusianya.
"Ya sepertinya kita dalam kesalahpahaman selama ini, maaf menjadi suami egois yang mementingkan diri sendiri," kata Rasyid yang langsung memeluk Della.
Sedang bagi Della ini pelukan suaminya yang cukup tulus karena selama ini Rasyid memperlakukannya seperti barang.
"Jadi kita berikan dan mulai dari awal ya,"
Della mengangguk, sore itu Rasyid memutuskan untuk makan berdua dengan istrinya.
Ya meski Della awalnya menolak tapi berkat bujukan dari suaminya dia pun setuju.
Mereka sudah berboncengan menuju ke rumah makan yang selama ini menjadi tempat langganan keluarga Rasyid.
"Tak masalah bukan kita makan sate di sini?"
"Iya mas, apa kamu tau ini adalah tempat kesukaan ku bersama kakek ku dulu," kata Della.
"Benarkah, kalau begitu tempat ini akan menjadi tempat kesukaan kita ya sayang,sudah ayo masuk," ajaknya.
Keduanya pun masuk dan mulai mengobrol dari hati ke hati,Rasyid tak menyangka jika sikap dingin Della dan semua sikap penuturnya itu adakah sebuah bentuk protes.
Rasyid pun perlahan mulai menyukai istrinya yang tersenyum dan membuatnya tenang.
Tiba-tiba Della ingat sesuatu, "mas nanti kita ke tempat toko make up ya, karena aku tak mau membuat suamiku malu sekarang, maaf karena tak merawat diri," kata Della
"tentu, sekalian aku juga mau beli sesuatu untuk ibu dan ayah, karena besok ulang tahun pernikahan mereka," kata Rasyid.
Della tersenyum sendiri saat mengingat hati dia berbaikan dengan suaminya.
"Bos kenapa, kok senyum-senyum gitu?" tanya Vani yang memang tinggal satu sel dengan Della.
"Tidak ada hanya ingat masa yang indah, masa sebelum para pelakor datang, dan dengan bodohnya aku membalas suamiku dengan kelakuan ku yang lebih buruk," kata Della
"Wah jangan bilang bos selingkuh juga dan dengan pria yang lebih tampan serta lebih dari segalanya dari suami bos, seperti pak pengacara," kata Vani penasaran.
"Itu tak benar, tapi ada satu yang memang di miliki pria itu, kemampuannya di atas ranjang membuat ku merasakan sensasi berbeda untuk pertama kalinya, ah..
. aku tiba-tiba merindukannya," kata Della yang menatap langit-langit di dalam penjara.
"Della ada surat," kata seorang sopir yang melemparkan sebuah surat yang cukup tebal.
Dia pun tersenyum saat membaca surat yang datang, "wah apa itu pria itu bos,"
"Bukan tapi rumah sakit, dan syukurlah dia sudah bisa bangun dan ingat segalanya," jawab Della.
Vani pun tertawa, dia tak mengira jika Della yang selama ini selalu menatap tajam ke arah siapapun.
Dan selalu memilih untuk menjauh, kini bisa menunjukkan lebih banyak ekspresi.
"Woi bos kakuntau tidak ada tahanan baru yang datang," teriak salah satu anak buah Della dari sel sebelah.
"Kenapa kamu heboh, biarkan saja ada anak baru,memang dia bisa mengalahkan aku," jawab Della santai.
"Tapi yang aku dengar dia itu membunuh satu sekolah TK yang dia ajar dengan racun," kata Dika lagi.
"Woi Mak Dika dia itu bukan pembunuh,tapi orang gila!" saut Vani.
"Orang gila seperti itu, pasti muncul karena terluka secara terus menerus dan aku tau rasanya itu," kata Della yang tak sabar menunggu wanita itu masuk kedalam sel.
Karena dia ingin tau lebih gila mana dia atau wanita yang baru datang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments