BENCI TAPI SAYANG
Pak Wiryo dan Bu Wiryo hanya bisa pasrah saat bi Minah, Art baru yang ke sekian kalinya, yang mengundurkan diri sebagai Art di rumah itu, karena tidak sanggup bekerja sebagai Art yang bertugas merawat Rangga. Semua ini bukan tanpa alasan, melainkan karena sikap Rangga yang sangat temperamen.
Pak Wiryo dan Bu Wiryo sudah berulang kali mencoba menasehati anaknya Rangga, agar merubah sikapnya itu. Namun usaha mereka menasehati Rangga tidak pernah mendapatkan hasil. Rangga yang depresi akibat kecelakaan motor lima bulan lalu yang membuat kakinya lumpuh, membuatnya putus asa. Ditambah kekasihnya yang juga meninggalkannya, benar-benar membuatnya kehilangan arah dan menjadikannya sosok yang sangat pemarah.
"Sampai kapan kamu terus seperti ini Rangga, papa sudah muak dengan sikap kamu ini. Kalau saja kamu mau terus menjalani terapi di rumah sakit, papa yakin kamu bisa sembuh. Tapi kamu terlalu keras kepala, kamu lebih memilih seperti ini. Papa benar-benar kecewa dengan sikap kamu ini!" gerutu pak Wiryo, yang merasa kesal dengan sikap Rangga.
"Sudahlah pa... jangan marah-marah terus. Kamu juga Rangga, bisa tidak kamu bersikap baik pada orang-orang di sekitarmu, kami semua menyayangimu. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu, itu saja,"
Sebenarnya Rangga yang dulu tidak seperti yang sekarang, dia dulu anak yang baik, bertanggung jawab dan selalu menuruti nasehat orang tua. Namun meski Rangga telah berubah, kedua orang tuanya masih sangat menyayanginya, apalagi dengan keadaannya yang seperti sekarang ini.
Dan Rangga hanya terdiam, mendengar ucapan kedua orang tuanya. Dia sama sekali tidak memperdulikannya, dan justru menjalankan kursi rodanya menuju ke kamarnya. Dan di dalam kamar, Rangga meluapkan amarahnya dengan merusak barang-barang yang ada di kamarnya. Sepertinya dia sangat depresi dengan semua yang menimpanya. Dan dia benar-benar sudah putus asa.
Sementara di luar kamar Rangga, Papa dan mamanya hanya bisa saling menyalahkan. Atas apa yang menimpa putra bungsunya.
"Papa sih, dulu mengizinkan Rangga ikut balap motor. Kalau papa gak kasih izin Rangga, mungkin Rangga gak akan seperti ini," gerutu Bu Wiryo pada suaminya.
"Kok mama selalu nyalahin papa sih, papa cuma memberi kebebasan saja pada anak-anak kita, selama itu hal yang positif, agar mereka tidak terkekang. Rangga ikut balapan juga, balapan resmi. Bukan balap liar di jalanan yang gak jelas itu. Mama juga terlalu menuruti Rangga, harusnya biarkan papa memaksanya menjalani terapi, tapi mama justru menuruti Rangga pesimis seperti itu," timbal pak Wiryo pada istrinya.
Tiba-tiba pintu kamar Fery terbuka, Fery adalah anak bungsu pak Wiryo dan bu Wiryo, karena mereka hanya mempunyai dua orang anak. Fery yang masih duduk di bangku kelas tiga menengah atas, ikut sedih dengan keadaan kakaknya yang sekarang tidak lagi memanjakannya, dan menyayanginya. Karena sikap Rangga sekarang yang emosional.
"Ada apa lagi sih pa, ma. Pasti gara-gara kak Rangga lagi kan. Sudahlah, papa dan mama gak usah saling menyalahkan. Mending kita sama-sama berdo'a, semoga kak Rangga bisa sadar dan kembali seperti dulu lagi. Fery juga sangat kehilangan kak Rangga yang dulu, tapi sekarang ini kita tidak bisa berbuat banyak dengan sikapnya yang seperti sekarang ini," ucap Fery berusaha mengingatkan kedua orang tuanya agar tidak lagi saling menyalahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
mungkin Rangga bersikap seperti itu meluapkan rasa kesalnya karena ia tidak bisa berjalan lagi
2023-10-13
1
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩
sikap emosional Rangga mungkin krna ketidakberdayaan nya, ketidakmampuan nya, sebagai laki-laki
2023-06-05
1
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩
jejak dulu kak, mskin rak, nnti pasti aku baca👌🙏
2023-06-05
2