Riset ke Lapangan

TEMAN-teman yang mau mulai skripsi semester ini, jangan lupa bayar UKT paling lambat hari Jumat, ya! Kalau telat bakal susah dapet dosen pembimbing.

Agni hampir melempar ponselnya saat membaca pesan dari grup angkatan tadi. Gajinya baru saja cair tadi siang, eh besok harus pindah ke rekening kampus. Belum lagi nyicil buat bayar kontrakan dan lain-lain. Alamat makan nasi sama kerupuk seminggu ke depan.

“Lihat ekspresi lo, gue jadi bersyukur mutusin drop out tahun lalu.” Shia menepuk-nepuk pundak Agni sambil terkekeh. “Sabar, ya. Demi menyongsong masa depan yang cemerlang, lo emang harus berkorban banyak.”

“Makanya gue tanya-tanya soal,” Agni berdeham beberapa kali, mengisyaratkan peluang kerja dari ‘kenalan’ Shia. “Udah dua hari belum ada kabar.”

“Sabar, Sis. Prosesnya lebih lama dari yang ‘biasa’,” sahut Shia. “Eh, gue mau prepare ayam dulu, ya. Anak kitchen masih pada break soalnya.”

“Jam segini kayaknya enggak akan ada yang mampir juga, Shi.”

Tebakan Agni memeleset. Tepat saat Agni berbelok ke dapur, pintu utama restoran terbuka. Sebagai satu-satunya kasir yang bertugas pada saat itu, Agni langsung menegakkan punggung dan memasang senyum formalnya.

Namun saat matanya menangkap pengunjung yang menjadi pelanggannya, lutut Agni mendadak lembek bak agar-agar.

Apakah ini hanya efek kelelahan atau pria yang menghampirinya adalah salah satu manusia tertampan yang pernah dia lihat?

Agni menarik napas, lalu melepasnya perlahan.

“Selamat malam, silakan, mau pesan apa?”

Pria itu, mengenakan kemeja beige dan celana hitam, mengecek menu pada layar LCD di belakang Agni. Tingginya yang cukup menjulang sampai memaksa Agni untuk mendongak. Setelah satu menit yang panjang, pria tadi merunduk dan beradu tatap dengannya.

“Is the spicy chicken still available?”

Aduh, mampus! Kemampuan bahasa Inggris-nya memang tak buruk-buruk amat, tetapi Agni cemas bakal belepotan karena sudah lama tidak bicara dalam bahasa itu.

“Yes, it is. There’s Hot Pack 1 with rice and Hot Pack 2 with french fries.”

“I’ll take one Hot Pack 2, then.”

“Okay, one Hot Pack 2.”

“Are you still serving cream and cookies ice cream?”

Buset, tengah malam habis hujan begini makan es krim? Agni mengecek mesin es krim, lalu meringis kala membaca tanda RUSAK di bagian atas. “Sorry, Sir, the machine is broke. Do you wanna order something else?”

“But, I want cream and cookies ice cream,” katanya menegaskan.

“We apologize that we can’t serve the ice cream for now. However, if you want another dessert, we still—”

“Cream and cookies ice cream. Can you make one? I don’t mind if I have to wait.”

Agni mengerjap. Di momen-momen seperti ini, dia lebih memilih berhadapan dengan antrean panjang di jam makan siang.

“Let me check the ingredients. Please wait.” Cepat-cepat, Agni ke dapur dan mengecek bahan-bahan es krim di freezer. Shia yang masih sibuk menggoreng ayam penasaran melihatnya.

“Kenapa lo? Di depan bukannya ada pelanggan?”

“Iya, tapi dia pesan es krim, terus mesinnya rusak. Mana maksa aku buat bikin,” sahut Agni. “Ayam sama kentang ready, kan? Gue mau minta dia buat nunggu”

“Ready. Emang lo bisa bikin es krim tanpa mesin?”

“Dikit-dikit bisalah, kan pernah diajarin sama si Ello.”

Di meja kasir, pria tampan nan menyebalkan itu ternyata masih menunggu. Agni lantas kembali memasang senyum formalnya. “Sir, the Hot Pack 2 is ready in a few minutes, but you have to wait for the ice cream. Is it okay?”

Bukannya menjawab, pria itu malah memandangi Agni dari atas sampai bawah beberapa kali. Agni was-was kalau pria itu sengaja merepotkannya untuk tujuan lain.

“How long does it take to make the ice cream?”

“Thirty minutes.”

“Make it twenty.” Pria itu lantas mengeluarkan dompet. “How much I need to pay?”

Begitu transaksi selesai, Agni menyerahkan nomor antrean pada pria itu sebelum berlalu ke dapur. Shia menawarkan diri buat membantunya, tetapi Agni menolak. Dia ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana es krim buatannya memuaskan pelanggan yang sudah membuat malamnya semrawut.

*

Saat Ishaan mengatakan dia akan menemui Agni di tempat kerjanya langsung, Micah melongo dan hampir menjatuhkan ponsel dari tangannya.

“Lo—lo beneran mau rekrut Agni? Biar gue suruh Pak Ardan buat panggil dia ke kantor atau restoran buat diseleksi kayak biasa.”

“Lama, sama aja kayak pake HRD di kantor,” ujar Ishaan tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel. Di layar, terpampang CV milik Agni yang Micah kirimkan. Saat mengetahui restoran tempat Agni bekerja tak jauh dari kantornya, Ishaan memutuskan buat riset langsung ke TKP. “Serius dia kerja shift malam?”

“Kata kenalan gue tergantung, soalnya dia kerja part time.” Micah menyipitkan mata. “Ah, jangan-jangan lo punya motif lain nyamperin langsung. Mau sekalian cek apa dia bisa diajak—”

Panggilan telepon yang masuk ke ponsel Ishaan mengejutkan keduanya. Tanisha, nama itu muncul di layar. Ishaan mengisyaratkan Micah untuk diam sebelum menerimanya. “Malam, Mbak. Tumben telepon.”

“Kamu di mana? Kok apartemen sepi, sih?” Dalam rangka apa pula Tanisha datang ke sana? “Jam segini biasanya kamu udah leyeh-leyeh di kamar.”

“Biasa, ada rapat penting, terus ketemu Micah dulu.” Pipi Micah memerah kala Ishaan mengedip padanya. Sang sahabat memang sudah lama jadi secret admirer kakaknya. “Bentar lagi aku pulang.”

“Oke deh, aku bawa piza favoritmu, nih. Sekalian mau cerita soal Dareen.”

“Kenapa? Berantem lagi? Bulan depan kalian udah nikah, lho.”

“Makanya cepetan pulang! Malah banyak tanya kayak petugas sensus.”

Kalau Tanisha sudah bawa piza buat curhat, berarti Ishaan harus menunda rencananya mampir menemui Agni. Soalnya sang kakak kalau sudah cerita pasti bisa sampai berjam-jam. Mudah-mudahan saja besok Ishaan dapat melancarkan rencananya untuk ‘mengetes’ gadis itu.

*

Saat sang ayah menghadiahi unit apartemen mewah di pusat kota, Ishaan senang bukan main. Sudah lama dia mendambakan hunian nyaman dengan akses mudah ke berbagai tempat. Dia tak keberatan bila selepas kuliah harus mengabdikan diri bekerja di perusahaan keluarga asalkan dapat beristirahat di tempat yang nyaman.

Kenyataannya, setelah enam tahun berlalu, Ishaan malah terjebak pada rutinitas yang menjemukan.

Ketika ayahnya meninggal tahun lalu, Tanisha sebagai anak sulung menjadi ahli waris terkuat yang ditunjuk buat memimpin perusahaan. Namun, sang kakak yang tak berminat terjun ke dunia bisnis lantas mengambil cara alternatif buat mengalihkan tanggung jawab itu: menikahi Dareen Isvara, anak dari salah satu klien sekaligus sahabat dekat ayah mereka.

“Keluarga Dareen pengin acara pernikahannya digelar di hotel rekanan mereka, cuma aku kurang suka sama konsepnya. Terlalu….” Tanisha mengibaskan tangan ke udara. “Mewah. Padahal aku sama Dareen setuju buat bikin pesta sederhana. Jadi biar kami cepat bulan madu juga ke California.”

“Kalau mereka ikut nanggung biayanya, ikut aja, Mbak. Daripada nambah drama baru.” Ishaan mengambil potongan piza terakhir. “Susah cari orang kayak Dareen yang mau mimpin perusahaan punya Ayah.”

Sang kakak mengerucutkan bibir. Rambut panjang hitam legamnya disampirkan ke bahu. “Iya juga, sih. Semoga aja Dareen bisa bujuk mereka buat tone down pestanya supaya enggak terlalu wah.”

Diam-diam, Ishaan mengembuskan napas lega. Curhat sepanjang tiga jam itu berakhir juga.

“Eh, sebentar,” cegat Tanisha kala Ishaan hendak membuang kotak piza. “Kata orang kantor, Ayanna resign gara-gara kamu enggak mau married sama dia?”

Secepat itu dramanya dan Ayanna sampai ke telinga sang kakak. “Mau gimana lagi, aku belum siap. Apalagi setelah dengar curhatan Mbak beberapa bulan terakhir.”

“Hei, berumahtangga itu emang berat, Ishaan! Bilang aja kamu masih pengin senang-senang.” Tanisha berkacak pinggang. “By the way, kamu enggak perlu repot-repot cari sekretaris baru. Tadi aku rekomen salah satu temanku buat gantiin posisi Ayanna sementara waktu. Paling enggak sampai kamu beres trip di Eropa.”

Tubuh Ishaan membeku di tempat. “Mbak ngapain?”

“Rekomen orang ke HRD kamu. Sekretaris cowok, biar kamu enggak jelalatan di kantor, terus fokus juga kerja di luar negeri.”

Kalau Tanisha sudah memasukkan orang ke perusahaan, Ishaan tak bisa menolak. Bagaimanapun sang kakak, sebelum menjadi istri Dareen, adalah pemimpin di sana. Di sisi lain, Agni terlalu menarik untuk dilepas.

Posisi apa yang perlu dia tempatkan untuk gadis itu?

“Atau kamu butuh asisten sementara?” celetuk Tanisha yang kini tengah menyiapkan teh di dapur. “In case kamu kewalahan di Eropa. Kan lumayan kamu harus trip ke beberapa negara.”

“Enggak usah,” Ishaan menyahut cepat. “Kalau ada sekretaris yang handle jadwal dan laporan di kantor, aku bisa pegang kerjaan di Eropa sendiri.”

“Good to hear that.” Sang kakak tersenyum puas. “Aku ke kamar dulu, ya. Capek, mau istirahat.”

Saat pintu kamar tamu tertutup, Ishaan menyeringai. Terima kasih, Mbak, batinnya. Tak perlu waktu lama, dia sudah menemukan tempat yang pas untuk Agni nanti.

***

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Kalo ini aku tau artinya..
tp yang lain, Enggak😄😄😄

2023-06-25

1

Author DE LILAH

Author DE LILAH

ni maksa bet dahh

2023-06-03

1

Bintang Ray234🌸🌸

Bintang Ray234🌸🌸

Semangat terus ya kak💪💪

2023-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Side Job Menantang
2 Riset ke Lapangan
3 Lho Ternyata?
4 Asisten Pribadi Ishaan
5 mood board & character muse
6 Agni Mendadak Tajir
7 Gaun Cantik, Jodoh Siapa?
8 Malam Pertama di Roma
9 Dinner Berujung Petaka
10 Foundation dan Color Corrector
11 Laporan dari Shia
12 Kejutan di Wina
13 Kabar Lintas Negara
14 Old Money
15 Distrik Terlarang
16 Dua Hati yang Gundah
17 Act of Service
18 Berbagi Pendapat dan Rasa
19 Menjelang Pesta Besar
20 Bertemu Lea Lagi
21 Serangan di Toilet
22 Bienvenue à Paris*!
23 Ternyata Ada Maunya
24 Saat Atasan Minta Servis Lebih
25 Terjebak Permainan Sendiri
26 Modus Terbaru Ishaan
27 Wine Tasting dan Sebagainya
28 Afterglow
29 Tamu Tak Diundang
30 Menunggumu Pulang
31 Perayaan Spesial
32 Terpisah Tragedi
33 Sebatang Kara
34 Memantau dari Jauh
35 Berpacu dengan Waktu
36 Kepergian yang Dinantikan
37 Till We Meet Again
38 Kisah dari Dua Kota
39 Masih Memikirkanmu
40 Rahasia Bos Besar
41 Gangguan dari Semesta
42 Petunjuk Kecil di Bandung
43 Berkompromi
44 Terombang-ambing
45 Hari Besar Tanisha
46 Para Perempuan yang Tersakiti
47 Informasi Berharga dari Inggrid
48 Menjadi Sekutu
49 Menyiapkan Misi Baru
50 CEO Pengganti Dareen
51 Menjebak Sang Madu
52 Makan Malam Spesial
53 Serba Salah
54 Dunia Serasa Runtuh
55 Menanti Kepastian
56 Lea dan Berbagai Akalnya
57 Sebelum Badai Datang
58 Puncak Sakit Hati
59 Gelombang Kekacauan Baru
60 Mengubah Haluan
61 Membongkar Bukti Pada Tanisha
62 Selamat Tinggal, Rano
63 Damage Control
64 Keputusan Final dari Agni
65 Kabar dari Evelyn
66 Undangan tak Terduga
67 Pertemuan Keluarga
68 Langkah Pemanasan
69 Menjelang Eksekusi Besar
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Side Job Menantang
2
Riset ke Lapangan
3
Lho Ternyata?
4
Asisten Pribadi Ishaan
5
mood board & character muse
6
Agni Mendadak Tajir
7
Gaun Cantik, Jodoh Siapa?
8
Malam Pertama di Roma
9
Dinner Berujung Petaka
10
Foundation dan Color Corrector
11
Laporan dari Shia
12
Kejutan di Wina
13
Kabar Lintas Negara
14
Old Money
15
Distrik Terlarang
16
Dua Hati yang Gundah
17
Act of Service
18
Berbagi Pendapat dan Rasa
19
Menjelang Pesta Besar
20
Bertemu Lea Lagi
21
Serangan di Toilet
22
Bienvenue à Paris*!
23
Ternyata Ada Maunya
24
Saat Atasan Minta Servis Lebih
25
Terjebak Permainan Sendiri
26
Modus Terbaru Ishaan
27
Wine Tasting dan Sebagainya
28
Afterglow
29
Tamu Tak Diundang
30
Menunggumu Pulang
31
Perayaan Spesial
32
Terpisah Tragedi
33
Sebatang Kara
34
Memantau dari Jauh
35
Berpacu dengan Waktu
36
Kepergian yang Dinantikan
37
Till We Meet Again
38
Kisah dari Dua Kota
39
Masih Memikirkanmu
40
Rahasia Bos Besar
41
Gangguan dari Semesta
42
Petunjuk Kecil di Bandung
43
Berkompromi
44
Terombang-ambing
45
Hari Besar Tanisha
46
Para Perempuan yang Tersakiti
47
Informasi Berharga dari Inggrid
48
Menjadi Sekutu
49
Menyiapkan Misi Baru
50
CEO Pengganti Dareen
51
Menjebak Sang Madu
52
Makan Malam Spesial
53
Serba Salah
54
Dunia Serasa Runtuh
55
Menanti Kepastian
56
Lea dan Berbagai Akalnya
57
Sebelum Badai Datang
58
Puncak Sakit Hati
59
Gelombang Kekacauan Baru
60
Mengubah Haluan
61
Membongkar Bukti Pada Tanisha
62
Selamat Tinggal, Rano
63
Damage Control
64
Keputusan Final dari Agni
65
Kabar dari Evelyn
66
Undangan tak Terduga
67
Pertemuan Keluarga
68
Langkah Pemanasan
69
Menjelang Eksekusi Besar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!