Cinta Pertama Mafia 1
Waktu berlalu dengan cepatnya dan kini Bruno, Brian, Benediktus, Brigitha dan Briana sudah berumur masing - masing sembilan belas tahun. Bruno dan Brian kuliah di luar negri ikut Omanya sekaligus Ibunya Daddy Alvaro sedangkan Benediktus, Brigitha dan Briana ikut orang tuanya Daddy Alvaro dan Mommy Felicia di negara asal Mommy Felicia.
Hal itu dikarenakan Omanya ingin ditemani cucunya membuat Daddy Alvaro dan Mommy Felicia meminta salah satu anak kembar mereka untuk menemani. Alhasil Bruno dan Brian yang menemani omanya sekaligus orang tua Daddy Alvaro.
Hari pertama kuliah Bruno dan Brian berangkat bersama satu mobil, awalnya Bruno dan Brian menolak mereka ingin mengendarai sendiri tapi karena Mommynya yang berada di luar negri memberi dua pilihan jika berangkat masing - masing maka akan di kawal bodyguard tapi jika berangkat bersama tidak ada bodyguard.
Walau ke dua putra kembarnya jauh karena beda negara tapi Mommy Felicia dan Daddy Alvaro selalu memantau perkembangan ke dua putra kembarnya. Karena itulah mereka selalu tahu apa yang dilakukan oleh ke dua putra kembarnya.
Bruno dan Brian terpaksa mengambil pilihan nomer dua yaitu berangkat bersama tanpa bodyguard.
Sampai di parkiran kampus banyak para gadis berteriak histeris melihat dua remaja tampan kembar turun dari mobil. Bruno tersenyum ramah mirip Ibunya yang murah senyum sedangkan Brian cuek dan dingin mirip Daddynya.
Tidak berapa lama mobil datang dan seorang remaja tampan tapi sikapnya dingin, sombong dan cuek, para gadis mulai berteriak histeris lagi tapi diacuhkan oleh remaja tampan tersebut.
Bruno dan remaja dingin itu masuk ke dalam ruang kampus yang sama sedangkan Brian masuk ke dalam ruang kampus yang berbeda karena mereka berdua berbeda jurusan.
Bruno masuk ke dalam kelas sambil mencari kursi kosong. Hingga Bruno melihat kursi kosong di tengah dan Bruno pun berjalan dan duduk dengan santai.
"Hai kamu pindah kursi sana! aku ingin duduk di sini!" usir remaja dingin itu.
Bruno tidak menyukai keributan dan kekerasan karena hatinya sama seperti mommynya selama orang itu tidak memukul maka Bruno tidak akan memukul karena itu Bruno hanya diam tanpa membantah dan pindah ke tempat lain.
Remaja dingin itu tersenyum mengejek dan duduk dengan santai. Bruno mencari kembali duduk kosong. Hanya kursi belakang yang kosong Bruno pun duduk di kursi belakang paling pojok.
Para gadis ada yang mendekati Bruno dan mengajak kenalan dengan senyum keramahan Bruno membalas tangan para gadis sebagai tanda perkenalan.
Sedangkan pria dingin tersebut sama sekali tidak memperdulikan uluran tangan para gadis yang mengajaknya berkenalan hingga membuat tangan para gadis diturunkan kembali. Dalam hati para gadis betapa sombong dan cueknya si pria dingin tersebut.
Tidak berapa lama bel pun berbunyi dan tidak berapa lama datang dosen untuk mengajar para mahasiswa dan mahasiswi yang berjumlah dua puluh lima mahasiswa dan mahasiswi. Mereka duduk dengan tegak sambil mengucapkan selamat pagi.
Satu persatu berdiri untuk mengenalkan diri di mulai dari belakang. Bruno yang duduk di belakang paling pojok mengenalkan diri.
"Bruno." ucap Bruno memperkenalkan diri tanpa memberitahukan marga orang tuanya.
"Alvonso William." ucap Alvonso yang juga memperkenalkan diri yang merupakan pria dingin.
Setelah Alvonso di sambung dengan mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya hingga selesailah sesi perkenalan.
Karena awal pertama masuk kuliah maka dosen pengajar mengadakan kuis dan di ambil dua pemenang dengan mendapatkan uang dari milik pribadi dosen.
Dosen ini terkenal dengan royalnya terhadap para mahasiswa dan mahasiswi dalam hal memberikan hadiah berupa uang asalkan bisa menjawab pertanyaan dalam bidang mata kuliahnya yang diajarkan.
Pertanyaan demi pertanyaan diberikan oleh dosen dan para mahasiswa dan mahasiswi berusaha menjawab. Setelah satu jam kemudian dosen pengajar mengumumkan pemenangnya.
"Pemenang pertama jatuh pada Bruno sedangkan pemenang ke dua jatuh pada Alvonso William, yang namanya disebutkan harap maju ke depan" ucap wali kelas.
Bruno dan Alvonso maju ke depan dan masing - masing mendapatkan hadiah dari wali murid.
'Sial aku paling benci kalau mendapatkan juara ke dua, hari ini kamu bisa senyum kemenangan lain kali tidak akan kubiarkan kamu menang lagi dariku.' Ucap Alvonso dalam hati.
Selesai menerima hadiah merekapun duduk di tempat semula dan tidak terasa suara bel pun berbunyi.
Para murid keluar dari ruangan kelas, teman sekelas Bruno meminta di traktir makan di kantin karena menang, karena sifat Bruno tidak pelit hanya mengangguk tanda menyetujui permintaan teman - teman barunya. Alvonso yang merasa tersayangi oleh Bruno tidak mau kalah.
"Aku mau pergi ke cafe depan sekolah, kalau kalian mau ikut denganku saya bayarin gratis makan sepuasnya." ucap Alvonso dengan nada sombong.
Para mahasiswa dan mahasiswi yang mendengar kata gratis apalagi jarang - jarang makan di cafe yang berada di sebrang kampus yang lumayan dikatakan mahal membuat mereka hampir semua mengikuti Alvonso.
Dari delapan belas orang yang tadi ikut Bruno hanya tersisa tujuh orang. Bruno tidak mempermasalahkan karena Bruno tidak berhak melarang temannya mengikuti Alvonso makan di cafe.
"Kalian bertujuh tidak mengikuti mereka?" tanya Bruno.
"Tidak, orangnya sombong dan angkuh saya tidak suka dengan Alvonso." ucap gadis itu.
"Sama kami juga." ucap ke enam gadis itu bersamaan.
Pasalnya tadi ke tujuh mahasiswi itu mengajak kenalan tapi dicueki oleh Alvonso membuat mereka tidak suka dengan sikapnya.
"Tapi teman - temanmu yang cewe pada ikut sama Alvonso." ucap Bruno.
"Aku tidak tahu kenapa cowo sombong kayak gitu pada suka, dasar aneh." ucap salah satu gadis itu.
"Sudahlah lupakan jangan diomongin, kalian pesan apa saja aku akan bayar." ucap Bruno.
"Benar nih?" tanya salah satu gadis itu.
"Iya benar." ucap Bruno
"Asyik." jawab mereka serempak
Merekapun memesan makanan setelah makanan datang merekapun makan bersama. Tidak terasa belpun berbunyi semua mahasiswa dan mahasiswi masuk ke dalam ruangan masing - masing.
Di dalam ruangan tersebut di mana hanya ada Bruno dan ke tujuh mahasiswi dan sisanya belum ada yang datang membuat ke tujuh mahasiswi mulai berisik. Hingga tidak berapa lama datang Alvonso bersama teman-temannya.
"Kalian bertujuh pasti nyesel karena tadi kita makan enak banget sampai kenyang." ucap salah satu temannya.
"Tidak ngaruh tuh, makan di kantin juga enak kok apalagi pertama kali aku juga makan di kantin." balas gadis itu tidak mau kalah.
"Iya memang pertama kali tapikan paling menunya mie rebus, mie goreng, bakso, mie ayam, soto ayam dan jajanan murahan sedangkan kalau di cafe ada bistik daging, mie ramen, sate kambing, sate ayam, gurami bakar, udang crispy dan masih banyak lagi apalagi minumannya ada macam-macam juice sedangkan kalian bertujug paling es teh manis atau air putih." ledek teman yang lainnya yang tidak mau kalah.
"Tidak masalah buatku yang penting bos Bruno mentraktir kami ikhlas dan murah senyum, kalau bosmu bagaimana?" tanya gadis lain yang merasa jengah dengan ucapan temannya.
Mereka yang ditraktir Alvonso hanya diam tanpa bersuara karena pasalnya Alvonso hanya diam dan bicaranya seperlunya saja.
xxxxxxxxxx FLASHBACK ON xxxxxxxxxx
Sampai di cafe mereka duduk masing - masing dan membuka menu makanan. Mereka asyik melihat - lihat menu sedangkan Alvonso yang sering makan di cafe memesan dirinya sendiri.
"Kalian cepat pilih jangan melihat harganya dan jangan kuatir aku akan bayar semuanya, aku sudah pesan makanan kalau aku sudah selesai makan kita langsung pulang tidak perduli makanan kalian habis atau tidak?" ucap Alvonso dengan nada tegas.
"Jika aku pergi dan kalian masih makan berarti kalian sendiri yang bayar makanan kalian." sambung Alvonso dengan nada mengancam.
"Tapi?" ucapan mereka langsung terpotong oleh Alvonso.
" Tidak ada tapi - tapian, pesan sekarang atau kalian ikut teman kalian di kantin." ucap Alvonso tanpa memperdulikan kekesalannya para teman kuliahnya.
Mereka pun langsung memanggil pelayan restoran dan memesan makanan. Selama makan tidak ada suara karena mereka harus buru - buru menghabiskan kalau tidak mereka akan bayar makanan yang lumayan mahal buat mereka.
xxxxxxxxxx Flash Back OFF xxxxxxxxxx
Brak
Alvonso menggebrak meja dengan keras sambil menatap gadis itu dengan tatapan tajam membuat teman - temannya terkejut dan takut pasalnya Alvonso merupakan ponakan kepala sekolah.
"Apa maksudmu aku tidak ikhlas hah?" Tanya Alvonso dengan nada satu oktaf.
"Akukan hanya bertanya kalau bos kita Bruno ikhlas dan murah senyum kalau bos Alvonso. apakah sama?" tanya gadis itu tanpa takut karena gadis itu papanya seorang CEO.
"Terserah aku ingin senyum atau tidak itu terserah aku bukan urusanmu!" bentak Alvonso lagi.
"Kalau begitu terserah Aku juga donk." ucap gadis itu tidak mau kalah.
"Kau.." ucap Alvonso bersiap menampar gadis itu tapi ketika tangannya di angkat ke atas ada seseorang yang menahan tangannya membuat Alvonso kesal dan melihat siapa yang berani menahan tangannya.
"Kita semua lahir dari rahim seorang ibu tanpa ada ibu kita tidak mungkin terlahir dalam dunia ini. Dia seorang gadis dan jika kelak sudah besar diapun akan menjadi seorang ibu, jadi hargailah wanita jangan dilukai." ucap Bruno dengan kata bijaknya.
Bruno yang tadi diam saja mendengarkan perdebatan mereka tapi karena melihat Alvonso yang hendak menampar gadis itu terpaksa menahan tangan Alvonso.
"Itu bukan urusanmu, kenapa kamu ikut campur?" tanya Alvonso dengan nada kesal.
"Memang bukan urusanku tapi jika aku melihat ada seorang pria menyakiti wanita maka itu akan menjadi urusanku." Jawab Bruno dengan tegas.
"Kau..." ucapan Alvonso terpotong karena dosen sudah datang.
Para mahasiswa dan mahasiswi yang melihat dosennya datang langsung cepat - cepat duduk di tempat masing - masing.
'Baiklah, karena kamu yang mulai permusuhan ini akan Aku balas suatu saat nanti.' ucap Alvonso dalam hati.
Para mahasiswa dan mahasiswi serius mengikuti mata kuliah hingga tidak terasa mata kuliah pun sudah usai dan semua para mahasiswa dan mahasiswi pulang ke rumah masing - masing.
Bruno ke luar kelas dan menunggu adiknya yang bernama Brian di depan pintu kampus kemudian merekapun pulang bersama. Alvonso hanya memperhatikan mereka hingga mereka tidak terlihat lagi.
Alvonso malas pulang karena orangtuanya jarang di rumah tapi karena badannya lelah Alvonso pun pulang ke rumahnya.
Sampai di mansin milik orangtuanya Alvonso keluar dari garasi mobil dan masuk ke dalam mansion bersamaan seorang kepala pelayan datang menyambutnya.
"Mommy dan Daddy apakah sudah pulang dari luar negri?" tanya Alvonso sambil berjalan ke kamarnya di lantai tiga.
"Maaf tuan muda, nyonya besar dan tuan besar belum pulang katanya seminggu lagi baru pulang." Jawab kepala pelayan.
"Hahhh... bosan setiap hari mommy dan daddy selalu pergi ketemu paling satu jam setelah itu pergi lagi, sangat menyebalkan." ucap Alvonso dengan wajah kesal.
"Tuan besar dan nyonya besar kan bekerja keras supaya tuan muda berkecukupan apa yang diinginkan dapat dibeli dengan mudah." ucap kepala pelayan menghibur tuan mudanya.
"Tapikan aku juga butuh kasih sayang mereka? Apakah tidak ada kerinduan mereka untukku? Mereka selalu sibuk dan sibuk terus menerus sungguh sangat menyebalkan." ucap Alvonso dengan wajah masih kesal.
"Tuan Muda yang sabar, semoga keinginan tuan muda dapat terkabul." ucap kepala pelayan tersebut.
"Hmmmm... " ucap Alvonso berupa deheman.
Kini Alvonso sudah sampai di kamarnya dan langsung mandi agar menenangkan pikiran yang sangat kacau sekaligus marah secara bersamaan.
xxxxxxxxxx
Hari ke dua Bruno dan Brian berangkat ke sekolah bersama. Seperti biasa Bruno dan Brian masuk ke ruangan masing - masing.
Bruno duduk dengan santai dan mengobrol dengan teman - teman kuliahnya sedangkan Alvonso duduk sendirian dan tidak ada satupun yang ingin berteman dengannya dan Alvonso tidak memperdulikan hal itu karena dirinya tidak butuh teman.
"Lihat itu orang sombong dan arogant duduk sendirian." ucap seorang gadis yang kebetulan duduk di depan Bruno.
" Sstttt sudah tidak baik omongin orang lain, pagi - pagi jangan bikin dosa." ucap Bruno yang tidak suka ribut.
Gadis itupun hanya diam dan tidak komentar lagi sedangkan Alvonso yang mendengarkan gadis itu membicarakan dirinya hanya memalingkan wajahnya lalu menatap tajam ke arah gadis itu membuat gadis itu menunduk takut kemudian Alvonso kembali memalingkan wajahnya menatap ke arah depan.
Selang beberapa menit dosen datang dan duduk di kursi kebesarannya sedangkan para mahasiswa dan mahasiswi memberikan ucapan selamat pagi kepada Dosennya.
"Anak - anak bulan depan ada lomba antar kampus, tiap satu jurusan mengajukan 3 siswa. Dua minggu lagi bapak akan menguji kemampuan kalian sekaligus memilih tiga peserta jadi Bapak minta kalian untuk belajar lebih serius." ucap dosen tersebut.
Dosen itu pun memberikan pelajaran kepada anak didiknya sedangkan semua mahasiswa dan mahasiswi konsentrasi mendengarkan mata kuliah yang diberikan oleh Dosennya.
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya dan kini terdengar suara bel tanda waktu untuk istirahat. Bruno keluar bersama teman - temannya menuju ke arah kantin bersama teman - teman kuliahnya sedangkan Alvonso makan di cafe langganannya di depan sekolah.
Mereka memesan makanan setelah selesai makan merekapun masuk ke dalam ruangan bersamaan Alvonso yang juga baru datang dan dengan sengaja menyenggol bahu Bruno karena Bruno tidak siap membuat Bruno oleng dan hampir jatuh tapi ada seseorang yang menahan tubuhnya hingga tidak jatuh.
"Hei, kamu itu punya mata ngga sih!" bentak pemuda itu.
Alvonso hanya menatap tajam dan tidak menyukai dirinya di bentak.
"Apa urusanmu?" tanya Alvonso dengan nada ketus.
"Ini menjadi urusanku karena orang yang kamu senggol adalah kakakku." ucap Brian dengan nada ketus juga.
"Kakak tidak apa - apa?" tanya Brian dengan nada lembut tidak seperti berbicara dengan Alvonso.
"Tidak apa - apa dek, sudahlah Brian kita masuk kelas saja." Jawab Bruno kepada adiknya dengan nada ikut lembut.
Anak itu ternyata Brian karena ketika hendak masuk ke dalam kelas dengan mata elangnya yang diwarisi oleh Daddy Alvaro dapat melihat kalau pemuda itu akan berbuat jahat.
"Huuu beraninya keroyokan." ledek Alvonso.
"Kamu ya?" ucap Brian berusaha memukul Alvonso tapi ditahan oleh kakaknya.
"Sudahlah dek, jangan diurusin orang waras ngalah saja." ucap Bruno yang sudah mulai kesal karena Alvonso mencari gara - gara terus.
"Apa maksudmu aku ngga waras gitu!" bentak Alvonso.
"Merasa waras tidak? Kalau waras itu tidak mencari gara - gara." ucap Brian sambil tersenyum menyeringai.
Alvonso yang tidak terima langsung memukul Brian tapi tangannya ditahan oleh Bruno dan tangannya langsung di pelintir.
"Jangan coba - coba menyakiti adik kesayanganku." ucap Bruno dan langsung mendorong tubuh Alvonso.
Bruk
Alvonso pun jatuh kemudian berdiri kembali dan ingin membalas Bruno tapi Bruno bisa menghindar merekapun saling serang sedangkan Brian hanya duduk santai menatap kakak kesayangannya berantem dengan Alvonso.
Brian akan membantu kakak kembarnya jika kakaknya membutuhkan bantuannya. Hingga datanglah para Dosen memisahkan mereka berdua dan membawanya ke ruangan Dosen.
Bruno dan Alvonso di bawa keruangan Dosen sedangkan Brian meminta ikut karena Brian sangat menyayangi kakaknya sekaligus sebagai saksi dan Dosen mengijinkannya.
Dosen tersebut menghubungi orangtua dari Bruno dan Alvaro hingga satu jam kemudian orangtua Bruno datang dan tidak berapa lama Omanya Bruno juga datang. Mereka duduk saling berhadap - hadapan dan didampingi oleh dosen.
Ibu dari orang tua dari Alvonso mengomeli Bruno karena membuat anaknya lebam - lebam, pakaiannya kotor dan rambutnya berantakan sedangkan Bruno lebamnya hanya sedikit, pakaiannya dan rambutnya yang sama seperti Alvonso kotor dan berantakan.
Omanya Bruno bersikap tenang sambil mendengarkan ocehan Ibunya Alvonso sambil mengirim pesan ke putra semata wayangnya siapa lagi kalau bukan Daddy Alvaro.
Setelah puas mengomel barulah ibunya Alvonso terdiam tapi nafasnya ngos - ngossan karena meluapkan segala emosinya terlebih badannya gendut mirip gajah bengkak.
Setelah mulai tenang dirinya mengeluarkan makanannya kemudian memakannya dengan lahap tanpa memperdulikan pandangan orang - orang.
"Pffttttttt..:" Tawa Bruno dan Brian bersamaan.
Daddy Alvaro dan Mommy Felicia hanya bisa menahan senyum begitu pula dengan yang lainnya.
"Aku doakan semoga pacarmu gendut kayak Mamaku." Ucap Alvonso menatap ke arah Bruno.
"Amit-amit mempunyai pacar seperti Mamamu." Ucap Bruno sambil menatap tajam ke arah Alvonso.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Sambil menunggu Up silahkan mampir ke karya temanku dengan judul :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments