Bab 4
Papa Loam menatap Brisa dengan tatapan tajam. "Papa bertanya pada kamu, dari mana kamu mendapatkan barang-barang ini?" sentak Papa Loam pada Brisa.
Sebelum Brisa menjawab, Cheryl sudah terlebih dahulu menyela. "Aku tahu! Satu-satunya cara untuk mendapatkan uang secara instan dan cepat hanyalah dengan cara ... menjual diri, kan?"cibir Cheryl menuduh Brisa sudah menjual diri untuk mendapatkan barang-barang mewah itu.
"Kamu sudah melayani banyak pria tua, ya? Kamu pasti mendapatkan tips banyak sampai-sampai kamu bisa membeli banyak barang branded seperti ini," hina Cheryl dengan kejamnya.
Brisa hanya tersenyum mendengar kata-kata Cheryl. Gadis itu tidak ingin mengambil pusing kata-kata Cheryl yang sengaja membuat dirinya kesal karena gadis itu iri pada dirinya.
"Mengaku saja! Apa yang kamu lakukan di luar sana? Kamu pasti sudah menjadi wanita murahan, kan?" ledek Cheryl.
Brisa masih diam. Gadis itu tidak berencana untuk mengungkapkan dari mana ia mendapatkan barang-barang yang ia kenakan saat ini. Untuk apa juga dia menjelaskannya pada Cheryl.
"Memangnya kenapa kalau aku menjual diri? Mau aku menjual diri atau menjual ginjal pun, kamu tidak akan rugi, kan?" cibir Brisa.
"Kalau kamu mau, kamu bisa mencobanya juga! Kamu bisa mendapatkan uang jajan yang banyak hanya dengan melayani pria tua," sinis Brisa sembari melempar senyum mengejek pada saudara tirinya.
"Dasar wanita murahan! Kamu mengakui kalau kamu sudah menjual diri, kan? Dasar wanita gila! Wanita rendahan!" teriak Cheryl kesal.
Brisa hanya tertawa melihat saudara tirinya itu mengumpat padanya. "Kamu bisa menjual diri juga kalau kamu menginginkan barang branded yang aku kenakan saat ini," saran dari Brisa.
Rasanya ingin sekali Cheryl berteriak dan menjambak Brisa hingga botak. "Kurang ajar! Jangan samakan aku denganmu! Kamu memang tidak punya harga diri, kan? Kamu juga tidak punya rasa malu, kan?"
"Kamu sendiri bagaimana? Memangnya kamu tahu malu?" ledek Brisa mulai membuat Mama Maya tidak terima.
Wanita paruh baya itu pun mulai maju untuk membela putrinya yang direndahkan oleh Brisa. Harga diri Mama Maya merasa terinjak-injak karena putrinya direndahkan oleh gadis yang menurutnya tidak selevel dengannya.
"Kamu jangan kurang ajar, ya? Kamu benar-benar sudah tidak tahu malu ya?" bentak Mama Maya pada Brisa.
Wanita paruh baya itu pun menghampiri Brisa dan hendak melayangkan pukulan ke wajah gadis itu. Namun, untungnya bisa-bisa bergerak dengan sigap dan menghindar dari pukulan Mama Maya. Mama Maya yang sudah mengayunkan tangan sekuat tenaga, mulai terhuyung saat Brisa menghindar dari pukulannya.
Bukannya menampar pipi Brisa, mama Maya justru menampar angin hingga membuat wanita paruh baya itu pun tersungkur ke lantai di depan Brisa. Mama Maya jatuh bebas di depan Brisa karena tidak berhasil memukul gadis itu.
Brisa menunduk sembari melempar senyum mengejek pada Mama Maya yang saat ini tengah tergeletak di kakinya. "SIALAN! DASAR ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG! BERANI KAMU MENGEJEK ORANG TUA?" pekik Mama Maya dibuat malu sekaligus kesal karena dirinya tidak berhasil memukul Brisa.
Jika Brisa masih terjebak dalam keadaan yang dulu, gadis itu mungkin sudah babak belur dipukul oleh Mama Maya sekarang. Tapi saat ini Brisa sudah tidak bergantung pada keluarga itu lagi. Brisa tidak perlu lagi takut pada Mama Maya dan Brisa membela diri yang hampir ditindas kembali.
"Aku sudah bukan Brisa yang dulu! Jangan harap kalian bisa menindasku lagi!" batin Brisa sembari melempar tatapan tajam pada Cheryl.
Papa Loam hanya diam saja melihat istri dan juga anaknya saling baku hantam. Pria itu tidak melakukan apa pun saat melihat Mama Maya tersungkur ke lantai.
"Papa! Kenapa Papa hanya diam saja? Lihat itu kelakuan putrimu!" ujar Mama Maya mengadu pada sang suami.
Papa Loam sendiri masih tercengang dengan keberanian yang dimiliki putrinya. Biasanya Brisa selalu tunduk dan tidak pernah melawan saat diperlakukan seperti apabpun. Tapi untuk pertama kalinya, gadis itu mencoba membela diri saat dirinya diperlakukan tidak adil.
"Papa, jangan melamun terus di sana! Papa tidak lihat Mama sampai jatuh ke lantai seperti ini karena anak kurang ajar ini?" omel Mama Maya pada Papa Loam.
Cheryl segera berlari ke arah mamanya dan membantu wanita paruh baya itu untuk bangkit dari lantai. "Apa kamu pantas bersikap seperti ini pada orang tua? Mamaku jatuh di kakimu dan kamu hanya diam saja? Di mana sopan santunmu?"
"Cih, sopan santun apanya? Maksud kamu aku harus diam saja begitu saat Mama kamu ingin memukulku? Memangnya kalian siapa?" sinis Brisa.
Cheryl makin dibuat garam karena ulah Brisa. Gadis itu pun hanya bisa berharap pada Papa Loam untuk membalas rasa kesalnya pada Brisa.
"Papa, sampai kapan Papa akan diam saja di sana?" rengek Cheryl bertingkah seperti korban yang teraniaya.
"Papa, Papa tidak ingin membela Mama? Papa ingin membiarkan putri Papa bertingkah seenaknya di rumah kita?" omel Mama Maya lagi.
Tentu saja Papa Loam tidak akan tinggal diam. Sejak dulu, pria itu memang lebih condong pada istrinya daripada anaknya sendiri. Papa Loam tidak pernah peduli dengan apa pun yang terjadi pada Brisa. Papa Loam akan terus membela istrinya, meskipun Papa Loam jelas-jelas tahu kalau Mama Maya selalu menindas Brisa.
"Brisa, kamu jangan bersikap kurang ajar seperti ini pada orang tua! Memangnya Papa pernah mengajarkan hal ini padamu?" Papa Loam pun mulai membentak Brisa demi membela Mama Maya yang jelas-jelas bersalah.
Brisa mengepalkan tangan kuat-kuat. Ayahnya selalu saja bersikap seperti ini. Papa Loam tidak pernah peduli pada perasaan Brisa. Papa Loam hanya peduli pada kebahagiaannya sendiri dan juga istri yang ia cinta.
"Papa lihat sendiri, kan? Memangnya aku melakukan apa? Aku hanya diam saja, tapi Mama Maya ingin memukulku. Aku hanya menghindar karena tidak ingin dipukul. Salahku di mana? Aku harus diam saja saat Mama Maya yang ingin memukulku? Aku harus membiarkan dia memukulku, begitu?" Brisa benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya. Papa Loam benar-benar seperti pria bucin yang dapat dikendalikan oleh wanita dengan mudahnya.
"Kamu juga sudah berani melawan Papa, ya?" sentak Papa Loam.
Cheryl dan Mama Maya tersenyum puas. Tinggal sedikit lagi, mereka akan bisa membalas Brisa melalui Papa Loam. "Tunggu apalagi, Pa? Cepat pukul anak kurang ajar itu sekarang!" pinta Mama Maya pada Papa Loam.
Papa Loam pun mulai mendekat dan bersiap untuk memukul Brisa sesuai dengan keinginan Mama Maya. Brisa tidak lagi terkejut melihat tingkah ayahnya yang benar-benar patuh pada istrinya itu.
"Hajar dia, Pa! Beri dia pelajaran!" ujar Mama Maya lagi.
Tentu saja kali ini Brisa juga tidak akan diam. Sebelumnya ia sudah berhasil menghindar dari pukulan Mama Maya. Kali ini Brisa juga akan berusaha menghindar dari pukulan papanya.
"Aku tahu apa yang terjadi dengan perusahaan Papa sekarang!" ujar Brisa tiba-tiba.
Papa Loam pun berhenti sejenak dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh putrinya itu. 'Apa maksud kamu?" tanya Papa Loam.
"Kenapa Papa berhenti? Cepat pukul anak cerewet itu! Untuk apa Papa mendengarkan ocehan yang tidak jelas?" sungut Mama Maya.
"Perusahaan Papa sedang carut marut sekarang, kan? Jika Papa tidak melakukan sesuatu, perusahaan Papa bisa bangkrut. Benar, kan?" tanya brisa langsung bergerak cepat untuk mengalihkan perhatian Papa Loam dari Mama Maya.
Mama Maya berdecak kesal. Apalagi setelah wanita itu melihat Papa Loam yang mendengarkan perkataan Brian dengan penuh hati-hati. "Keadaan perusahaan Papa memang sedang tidak bagus," ungkap Papa Loam kemudian.
Brisa menampakkan senyum licik. Sepertinya gadis itu tengah membuat suatu rencana untuk ayahnya.
"Aku bisa membantu Papa," ucap Brisa.
Mama Maya dan Cheryl kembali mencibir Brisa usai ia mendengar perkataan gadis itu. "Membantu apanya? Memangnya kamu bisa apa?" ledek Mama Maya.
"Aku bersungguh-sungguh! Aku bisa membantu perusahaan Papa keluar dari masalah ini! Papa tidak lihat apa yang sedang aku kenakan sekarang ini? Papa pikir aku benar-benar menjual diri? Jika aku benar-benar menjual diri pun, aku tidak akan mampu membeli semua barang branded ini sekaligus. Paling aku hanya bisa mampu membeli satu atau dua barang branded."
Melihat mobil mewah yang terparkir di luar dan juga penampilan "wah" dari putrinya, sepertinya itu sudah cukup untuk meyakinkan kalau Brisa mampu melakukan sesuatu untuk membantu Papa Loam. "Kamu yakin kamu bisa membantu Papa?" tanya Papa Loam.
"Papa bisa mempercayaiku. Aku akan membantu Papa ... asalkan Papa memenuhi syarat dariku!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments