"Aku akan pastikan Kayla, kalau Vano pasti akan aku dapatkan."
"Aku tidak bisa membiarkan Vano selalu kamu tipu dengan tingkah polah tipu muslihat kamu itu"
"Aku akan pastikan itu Kayla" kata wanita yang duduk di pojokan kafe sambil menatap dengan penuh kebencian kepada Kayla.
"Nona, maaf kafe sebentar lagi akan tutup" ujar pelayan menegur wanita tersebut dengan ramah.
"Oh maafkan saya. Saya terlalu menikmati pemandangan yang disajikan oleh kafe ini. Viewnya luar biasa menarik" ujar wanita itu berkata sambil meminta maaf kepada pelayan kafe dan tak lupa memberikan pujian terhadap pemandangan yang disajikan oleh kafe itu.
"Terimakasih atas pujiannya Nona. Silahkan mampir kembali, kalau Nona mampir saya merekomendasikan Nona untuk mencoba roti tenong. Itu adalah cemilan terenak dan rekomended di kafe kami" kata pelayan menyarankan apa yang seharusnya di pesan oleh wanita itu saat dirinya kembali lagi berkunjung ke kafe tersebut.
"Terimakasih atas infonya. Saya akan pertimbangkan untuk memesan makanan itu, saat saya kembali lagi ke sini" jawab sang wanita dengan ramah.
Wanita muda yang tidak kalah cantiknya dengan Kayla itu berjalan keluar dari dalam kafe. Dia berjalan menyebrangi kafe, wanita itu datang hanya menggunakan kendaraan umum saja. Sedangkan hari sudah terlalu larut malam, sehingga kendaraan umum yang biasa ditumpanginya sudah tidak ada lagi. Tetapi taksi dan taksi online masih banyak, cuma wanita itu tidak mungkin menggunakan taksi online karena dia tidak akan mampu membayar harga sewa dari taksi online tersebut.
"Pada akhirnya, gue harus jalan kaki lagi untuk berhemat" ujar wanita tersebut sambil menatap ke atas langit yang sudah sangat gelap.
"Seandainya hari itu, pria tua itu tidak menikahi nenek lampir tersebut, tentu gue tidak akan menderita seperti sekarang ini" lanjut wanita tersebut mengingat jauh ke belakang, ke kehidupannya yang dulu.
Kehidupan yang sangat membuat wanita itu bahagia karena terlahir dari keluarga yang sangat di segani. Siapa orang orang di negara ini yang tidak kenal dengan keluarga Sanjaya. Tetapi karena ketamakan seorang wanita, membuat wanita itu dan ibunya harus keluar dari mansion mewah keluarga Sanjaya dan harus berakhir di sebuah gubuk yang sudah sangat tua.
"Tapi aku tidak akan pernah menyalahkan keadaan. Aku masih bersyukur masih bisa hidup dan makan serta kuliah seperti yang lainnya. Walaupun bisa dikatakan untuk bersantai aku tidak punya waktu karena tuntutan kehidupan yang harus aku jalani pada saat ini" lanjut wanita tersebut.
Wanita itu terus melanjutkan perjalanannya di tengah gelapnya malam. Tepat pada saat itu sebuah mobil mewah berhenti di depan si wanita. Wanita itu tidak takut sama sekali karena dia sudah tahu siapa yang berhenti di depannya itu.
"Anggi ayo masuk" ujar pria tampan tersebut memanggil wanita itu dengan nama Anggi.
"Nggak usah Vano. Aku jalan kaki saja. Kamu terus saja pulang. Hari sudah malam" ujar Anggi menolak ajakan Vano. Pria yang dari tadi dilihatnya dengan kekasih hatinya itu.
"Ayolah Anggie. Bagaimanapun juga kamu adalah kakak dari calon istri aku. Jadi, aku harus mengantarkan kamu pulang ke rumah kamu" ujar Vano berkata kepada Anggi.
Anggie tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Vano kepada dirinya. 'Ternyata kamu mau mengantarkan aku ke rumah, karena Kayla. Kenapa hidup aku harus di bawah bayang bayang wanita itu' ujar Anggie dalam hatinya.
"Ayolah Anggie, hari sudah terlalu larut. Kalau kamu bersikeras jalan kaki ke rumah, maka bisa dipastikan kamu akan sampai dini hari. Apa kamu mau membuat ibu kamu memikirkan kamu, anak gadisnya belum pulang jam segini?" ujar Vano berusaha meyakinkan Anggie untuk naik ke atas mobilnya itu.
Anggie memingat ibunya di rumah yang sekarang pasti sudah cemas karena Anggie masih belum pulang juga. Akhirnya Anggie terpaksa mengalah dengan keadaan, dia kemudian mengangguk ke arah Vano. Anggie masuk ke dalam mobil Vano dan duduk di kursi penumpang sebelah Vano.
"Jadi kamu masih kuliah sambil bekerja?" ujar Vano saat kaget mendengar jawaban yang diberikan oleh Anggie saat Anggie mengatakan kalau dia lanjut kuliah magisternya.
"Ya, mama meminta aku untu terus kuliah. Mama tidak ingin aku menjadi orang yang tidak dianggap lagi" ujar Anggie menjelaskan penyebab kenapa dirinya masih melanjutkan kuliahnya ke jenjang magister. Padahal keuangannya tidak mumpuni untuk membiayai kuliah magisternya itu.
"Untuk biaya kuliah bagaimana?" tanya Vano yang masih syok mendengar apa yang dikatakan oleh Aggie.
"Aku dibiayai oleh beasiswa, jadi aku hanya mencari uang untuk keperluan hidup aku dan mama serta kebutuhan aku untuk ke kampus" lanjut Anggie menjelaskan kepada Vano.
"Kenapa kamu tidak minta bantuan Papi kamu saja lagi. Atau Kayla" ujar Vano yang sebenarnya tidak ingin mengatakan hal itu kepada Anggie. Tetapi melihat Anggie yang seperti ini membuat Vano menjadi kasihan dan terpaksa harus mengatakan hal itu kepada Anggie.
"haha haha haha" Anggie tertawa lebar mendengar apa yang dikatakan oleh Vano kepada dirinya.
"Sudahlah Vano, jangan katakan lagi keluarga itu kepada aku dan Mama. Kami berdua sudah tidak bagian dari keluarga itu lagi" ujar Anggie yang memang tidak mau lagi disangkut pautkan dengan keluarga Sanjaya.
"Kamu berhenti di sini saja Vano. Terimakasih sudah mau mengantarkan aku pulang" ujar Anggie.
Vano terdiam, dia memang sudah melewati batasannya sebagai seorang sahabat yang sudah sangat lama mengenal Anggie. Kejadian yang dialami oleh Anggie dahulu itu memanglah kejadian yang sangat pahit, tetapi untung saja Anggie sama sekali tidak marah kepada Vano, setelah Anggie tahu kalau Vano menjalin kasih dengan Kayla saat ini.
"Maafkan aku Nggie. Aku hanya mencoba saja" ujar Vano
"Aku mohon maafkan aku, jangan marah ya?" lanjut Vano meminta supaya Anggie tidak marah kepada dirinya atas apa yang telah dikatakan oleh Vano tadi kepada Anggie.
"Tidak sama sekali aku tidak marah sama kamu. Tapi aku berharap, saat kamu berjumpa lagi dengan aku, jangan pernah kamu membawa bawa nama keluarga Sanjaya lagi. Aku tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kaya itu" ujar Anggie memohon kepada Vano untuk tidak lagi menyebut nama keluarga Ayahnya itu.
Vano mengangguk menyetujui apa yang diminta oleh Anggie kepada dirinya.
"Aku turun dulu, terimakasih atas tumpangannya" ujar Anggie kepada Vano sekali lagi sebelum dirinya beneran turun dari mobil orang yang dicintainya semenjak mereka tumbuh bersama dari kecil, sampai sebelum wanita itu datang merebut apa yang dimiliki oleh Anggie, semua semuanya termasuk Vano sahabat yang juga dicintai oleh Anggie.
"Beneran nggak aku anter sampai ke dalam?" tanya Vano
"Nggak usah deket kok" jawab Anggie sambil tersenyum
"Oke. Aku pulang dulu" ujar Vano
Vano melajukan kembali mobilnya menuju mansion keluarga Wijaya. Sedangkan Anggie meneruskan berjalan kaki masuk ke dalam gang kecil nan gelap itu untuk menuju rumah kecil yang sudah dibelinya itu dengan sisa tabungan yang dimiliki oleh Mama dan hasil kerja keras Anggie yang rela melakukan apa saja supaya mereka cepat memiliki rumah untuk berteduh. Walaupun rumah itu kecil, tetapi Anggie dan Mamanya merasa nyaman tinggal di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments