Di Usir

Amira masih terdiam memikirkan keputusan apa yang ia ambil.

Memaafkan atas penghianatan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri terlebih itu dengan suaminya yang juga Ayah angkatnya sendiri, Benar-benar tidak bisa di terima oleh hati bahkan akal sehat nya. "Tapi apa yang harus ku lakukan?" Amira membatin dalam hatinya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Sofyan dan seketika mendapatkan solusi lain untuk permasalahan yang sedang ia hadapi.

"Tidak akan!" tegas Amira yang membuat Sherly terkejut mendongakkan kepalanya menatap Amira. Kemudian ia berdiri dan menunggu penjelasan lain dari jawaban Amira.

"Ibu tidak akan pernah bisa memaafkan penghianatan kalian, Tapi ibu punya pilihan lain untuk mu."

"Pilihan lain?"

"Ya."

"Apa pilihannya?"

"Pilihannya jika Mas Sofyan menceraikan ku dan keluar dari rumah ini maka kamu boleh tinggal di sini."

"Apa!?" teriak Sofyan yang begitu terkejut mendengar apa yang Amira katakan.

"Aku belum selesai bicara!" tegas Amira menatap tajam Sofyan.

"Kamu boleh tinggal disini tapi dengan syarat yang harus kamu penuhi. Kamu harus berjanji untuk berubah menjadi anak yang lebih baik lagi, Tidak mengulangi kesalahan apa lagi melakukan hubungan suami istri sebelum menikah, Apa kamu sanggup?"

Sherly dan Sofyan saling menatap memikirkan keputusan apa yang akan mereka ambil.

"Jika kamu setuju maka bujuklah Ayah sekaligus kekasihmu itu untuk menceraikan ku."

"Aku tidak akan menceritakan mu Amira!" tegas Sofyan mendekati Amira. Membuat Sherly merasakan kecemburuan di hatinya.

"Kamu harus menceraikan ku!"

"Sampai kapan pun Aku tidak akan pernah menceraikan mu, Kamu dengar itu?"

"Jika kamu tidak ingin menceraikan ku, Lalu kenapa kamu menghianati ku?!"

"Amira Aku salah dan Aku akan memperbaikinya."

Mendengar itu Amira mengambil vas bunga yang tak jauh dari mereka berdiri. Kemudian Amira melemparkannya ke lantai hingga Sofyan berjalan mundur beberapa langkah untuk menghindari pecahan itu.

"Sekarang katakan, Bagaimana cara mu memperbaikinya?"

Sofyan terdiam tak bisa menjawab pertanyaan Amira.

"Seperti halnya vas bunga ini yang tidak bisa di perbaiki, Hatiku pun tidak bisa di perbaiki, Hatiku telah hancur berkeping-keping. Jadi silahkan kalian berdiskusi siapa yang harus keluar dari rumah ini!"

Sontak perkataan Amira membuat Sofyan dan Sherly terkejut. Mereka saling memandang satu sama lain dan merasa bingung karena masing-masing dari mereka memiliki kepentingan tersendiri sehingga tidak ada yang mau meninggalkan rumah.

"Kalian tidak ada yang mau mengalah untuk keluar dari rumah ini?" tanya Amira lagi.

"Amira... Kita bisa cari solusi lain dari permasalahan kita," ucap Sofyan.

"Tidak ada solusi lain dari permasalahan ini, Lagipula kenapa kamu begitu keberatan jika Sherly keluar dari rumah, Bukankah kamu bilang tidak ingin menceraikan ku?"

"Apa-apa maksudmu jika Sherly keluar dari rumah, Kita tidak akan bercerai?" tanya Sofyan bersemangat. Namun tidak dengan Sherly yang merasa kaget mendengar apa yang Sofyan katakan.

"Apa Ayah benar-benar ingin memperbaik pernikahannya dan menyingkirkan ku," batin Sherly.

"Akan ku pertimbangan." saut Amira semakin membuat Sherly terancam dari rumah itu.

"Baiklah kalau begitu." Meskipun ada sedikit keraguan di hatinya. Namun Sofyan memutuskan untuk kembali pada Amira dan membiarkan Sherly pergi. Bahkan ia sendiri yang membimbing Sherly untuk keluar dari rumahnya.

"Ayah... Ayah.. Jangan usir Aku dari sini," ucap Sherly mengiba.

"Pergilah Sherly, Hubungan kita sudah berakhir!"

"Tidak Ayah... Aku tidak ingin jauh dari mu, Aku ingin tetap tinggal disini." tangis Sherly.

Namun Sofyan tetap memaksa Sherly keluar dan menyuruhnya masuk ke mobil Amira.

Setelah mobil tertutup rapat, Sherly masih berteriak memanggil-manggil nama Sofyan sembari mengebrak-gebrak kaca mobilnya. Kemudian Amira masuk ke mobil yang sama dan di temani supir untuk mengantarkan Sherly ke orang tua kandungnya.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***