Dito, pria itu lantas menundukkan kepalanya melihat tatapan ayahnya yang sangat mematikan. Baru kali ini dia melihat tatapan tersebut. Bahkan jika membuat onar di jalan atau mendapatkan laporan tentang kenakalannya, sang ayah tidak pernah marah. Malah mengatakan hal yang sangat menenangkan.
Nggak papa, namanya juga anak muda. Yang penting nggak merusak anak gadis orang."
Itulah kalimat ayahnya tanpa memarahi atau memberi hukuman pada Dito. Namun lain hal jika menyangkut nikah muda.
"Pah ...."
"Kau punya apa mau nikah muda? Punya uang? Pekerjaan? Bahkan biaya sekolah saja papah yang memberikannya."
Dito terhenyak, begitupun dengan Aurora yang sudah tahu akan mendapatkan penolakan seperti ini.
"Dito punya cinta dan tanggung jawab Pah, Dito bisa menghidupi istri Dito dengan ...."
"Cinta nggak bakal buat kamu kenyang!" Beranjak tanpa ingin menatap Aurora maupun Dito. "Antar pulang pacarmu dan fokuslah kuliah!" ujarnya dan meninggalkan istri, putranya dan Aurora di ruang keluarga.
"Mah?" Dito beralih menatap mamanya.
"Lakukakan apapun yang kamu mau selain menikah."
Dito menghela nafas pasrah, apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi. Pria itu melirik Aurora yang tengah meremas jari-jarinya. Entah gugup atau merasakan takut. Dengan ragu Dito mengenggam tangan yang sudah berkeringat tersebut.
"Tenanglah ada atau nggaknya restu orang tua gue, kita bakal nikah. Tapi buat sementara gue bakal yakinin mereka dulu sebelum mengambil jalan lain," ucap Dito menenangkan.
Aurora mengangguk, mencoba tersenyum pada Dito. Mengikuti langkah pria itu yang ternyata munuju pintu, mungkin akan mengantarnya pulang kerumah.
"Udah makan belum?" Aurora mengeleng sebagai jawaban.
"Kalau gitu makan diluar sajalah sekalian, dirumah kayaknya orang tua gue nggak mood." Dito menyengir sambil mengusap leher belakangnya yang tidak gatal maupun berkeringat.
Pria itu melajukan mobil membelah padatnya jalan raya setelah Aurora duduk dengan aman. Memarkirkan di salah satu warung makan yang sering kali dia kunjungi dengan teman-temannya.
"Nggak papa?" tanya Dito sebelum turun dari mobil.
"Nggak papa, gue sering kok sama teman-teman," jawab Aurora.
Akhirnya sepasang manusia itu makan malam di warung pinggir jalan, menikmati kebisingan dan panas yang melanda di dalam warung. Meski begitu semuanya terasa sangat nikmat jika makan dengan perasaan damai dan tenang.
Jam 10 malam, barulah Dito mengantar Aurora pulang kerumahnya dengan selamat. Setelahnya menuju markas untuk bertemu para sahabatnya untuk melakukan penyerangan terhadap geng Aron yang telah berani menghadangnya tadi sore.
"Wih dapat bogeman nih," sambut Ricky setelah Dito sampai di markas.
Dito mendelik, langsung mengambil tempat di tengah-tengah Keenan dan Samuel yang sedang membicarakan hal sangat serius.
"Bogeman dari mana tuh?" tanya Rayhan sambil menyesap rokoknya dan menikmati video terlarang yang berada di ponselnya. Jika sudah bosan, maka Rayhan akan mencari wanita yang bisa dia bayar untuk memuaskannya.
"Aron."
"Serius lo?" Keenan dan Samuel yang sejak tadi serius menatap Dito tidak percaya.
Terlebih lebam di wajah Dito sangatlah banyak.
"Hm, 1 lawan 7 ya kali nggak kalah. Lo kira gue robot," ketus Dito.
"Goblok, ini nggak bisa dibiarin gitu aja!" Samuel berdiri lebih dulu, tidak suka jika salah satu sahabatnya teluka.
"Tenang dulu lah El, jangan ngegabah apalagi emosian. Lo lupa ketua kita pergi karena apa?" Keenan kembali mengingatkan, membuat Samuel kembali duduk.
Akhirnya kelima pemuda itu hanya membicarakan penyerangan saja tanpa bergerak. Berbeda dengan Aron yang lagi-lagi mengunjungi rumah Aurora hanya untuk meminta gadis itu balikan denganya.
Aron, pria itu dengan lancang memanjat pagar tinggi milik Aurora bahkan bisa sampai di balkon kamar wanita itu dengan sekejap. Karena Aurora lupa mengunci pintu balkon, Aron dengan bebas masuk begitu saja.
"Sayang." Langsung memeluk leher Aurora yang sedang duduk di meja belajarnya.
"A-aron, lo ngapain ada di kamar gue?" Langsung berdiri dan menyingkirkan tangan kekar Aron dari tubuhnya.
Mungkin dulu Aurora tidak akan melawan dan menerima semua perlakuan Aron karena sangat mencintainya. Namun, sekarang berbeda setelah pria itu membuatnya kecewa hingga dasar hati paling dalam.
"Biasanya lo juga suka. Bukannya lo nunggu kedatangan gue hm? Sampai-sampai sengaja nggak kunci pintu," bisik Aron tepat di telinga Aurora yang mulai kesakitan.
"A-aron gu-gue ...."
"Punya hubungan apa lo sama Dito, hm?" Aron langsung mencengkram rahang Aurora cukup keras. Ya semudah itulah sikap Aron berubah sehingga sering kali Aurora yang menjadi pacarnya mendapatkan siksaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Segitu liat dan lancangnya Aron smpe2 naik rmh orng dan msk kamar Aurora,,,,hrs diapain y biar ngerti dan kapok,ikut jengkel akuu pdhl bkn orng tua Aurora.
2023-07-07
2
Sarita
sy udah pernah merasakan pukulan setiap hari karena punya suami piskopat
2023-07-03
1
Suhartik Hartik
psikopat Aron
2023-06-05
1