Sepanjang jalan Dito hanya bisa meringis ke sakitan, sesekali mengusap sudut bibirnya yang terasa kaku karena mendapatkan pukulan keras dari Aron. Kini pria itu dalam perjalanan untuk menjemput Aurora. Ingin segera memperkenalkan calon istri tiba-tibanya pada orang tuanya.
Pria itu menghentikan mobilnya tepat di depan Aurora yang ternyata sudah siap dengan setelan dress di atas lutut berwarna army. Belum lagi jepit rambut di sebelah kiri yang membuatnya terlihat sangat cantik.
Melihat Aurora mendekat membuat Dito segera membuka pintu mobil dari dalam.
"Pasang sabuknya!"
"Iya," sahut Aurora disertai anggukan kepala.
Wanita itu buru-buru memasang sabuk pengaman karena Dito mulai menjalankan mobilnya.
Sesekali Aurora melirik wajah Dito yang tidak sebersih tadi pagi saat bertemu dengannya. Karena penasaran akhirnya dia bertanya.
"Habis dipukul sama siapa?"
"Intinya bukan lo." Tersenyum tipis.
"Ya kali gue. Memangnya nggak sakit sampai nggak mau diobatin, To?"
Dito terkekeh kecil. "Ternyata lo seperhatian ini? Kenapa baru bertegur sapa sekarang? Selama ini kita satu kelas, tapi jangankan bicara bersama, saling menatppun engang," celetuk Dito.
Keduanya memang sering bertemu di kampus tapi tidak pernah sekalipun saling menyapa. Entah Dito yang terlalu sibuk dengan teman-temannya atau Aurora yang takut mengenal pria selain Aron yang membawanya masuk ke hubungan Toxit tanpa bisa keluar dengan bebas.
Bahkan setelah meminta putus Aron masih saja menganggap dia seorang pacar.
"Kenapa diam? Bukannya harus akrab ya sebelum nikah? Lo bisa akting nggak jadi pacar gue?"
"Bisa." Mengangguk cepat.
"Maafin gue karena harus hancurin masa depan lo. Harusnya malam itu lo mukul kepala gue pakai batu biar nggak ngelakuin hal jahat."
"Nggak papa, gue juga salah karena keluar malam-malam sendirian. Makasih To udah mau tanggung jawab, gue hampir gila pas lo bilang nggak mau tanggung jawab."
Dito lagi-lagi terkekeh, merasa gemas sendiri melihat ekspresi Aurora yang entah malu atau takut padanya.
"Punya pacar?" tanya Dito dijawab gelengan oleh Aurora. "Syukurlah, seengaknya kita nggak nyakitin hati siapapun."
"Lo juga?"
"Bukan pacar sih, tapi gebetan. Itupun udah nikah."
Dito memutar setir kemudi memasuki pagar yang telah dibuka lebar oleh penjaga rumahnya. Perjalanan terasa sangat singkat bagi Dito dan Aurora sebab diisi pembicaraan ringan dan santai.
Dito dan Aurora hampir satu frekuensi, sama-sama ramah dan pengertian satu sama lain. Terlebih keduanya mudah beradaptasi sehingga tidak canggung meski baru kenal sedekat ini.
Dito turun lebih dulu untuk membubukan pintu buat Aurora, sementara wanita itu tampak terhenyak melihat tampilan rumah Dito yang sangat menyeramkam meski terlihat mewah. Kesan gelap terdapat di rumah itu meski banyak lampu yang menghiasi.
Terlihat minimalis di luarnya, tapi tidak jika sudah berada di dalam. Luasnya sangatlah fantastis.
"In-ini rumah lo?" tanya Aurora turun dari mobil menyusul Dito.
"Bukan, rumah orang tua gue ini," candanya. "Ayo!" Mengajak Aurora menapaki tangga tanpa mengenggam tangannya, terlebih memang dia tidak pernah mengandeng tangan perempuan selain Alana, gadis incarannya yang telah menikah.
Aurora mengangguk patuh, mengikuti langkah lebar Dito memasuki ruangan demi ruangan yang sangat mewah. Wanita itu dibuat takjub olehnya. Orang tuanya juga kaya, tapi tidak sekaya Dito.
"Itu orang tua gua!" Menunjuk manusia paruh baya yang tampak bahagia saling bercanda satu sama lain.
Seketika Aurora merasakan gugup tiada tara, baru kali ini dia berkunjung kerumah Dito. Bukan sebagai teman, melainkan calon istri yang akan diperkenalkan oleh orang tua pria itu.
"Dito? Bukannya tadi izin mau ketemu teman-temannya, Nak?" Kaget Mama Dito.
"Walnya gitu Mah, tapi Dito mutusin bawa pacar buat dikenalin sama kalian," sahut Dito. Menarik tangan Aurora agar segera duduk berhadapan dengan orang tuanya.
Kedua orang tua Dito meneliti Aurora dari atas sampai bawah. Bukan untuk menilai bagus tidaknya, kaya atau miskin. Melainkan heran baru kali ini putra satu-satunya membawa seorang perempuan kerumah.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya sang ayah.
"Hampir dua tahun, dan kita berencana buat nikah Yah," sahut Dito tanpa basa-basi membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Toko Bagas
ko kata 2 nya ngga sopan banget sih ...k ortu nyebut manusia
2023-09-07
1
Lenina
toxic
2023-05-23
0
Fenty Dhani
semoga ayah Dito mau mengerti🥺
2023-05-12
0