"Heh... Poy! Papoy!" kata gue sambil lambai-lambai ke depan muka Puput. Doi pun auto sadar. "Hah?" katanya.
"Hah hoh, hah hoh! Maneh saha?" kata gue buat mastiin Puput lagi kesambet apa enggak. Habisnya sejak anak baru itu masuk ke dalam kelas, mata Puput langsung kaya ga berkedip gitu ngelihatin tu cowok.
"Aing maung," kata Puput. Oh berarti Puput sehat, ga lagi kesambet.
Itu omongan kami sambil agak bisik-bisik, soalnya udah ada guru di kelas. Kan malu kalau sampai ditegur, apalagi omongan 'maneh saha... aing maung' didengar. Orang-orang akan bilang gue sama Puput freak banget, anjoy.
"Mana roarnya?" kata gue buat lebih mastiin lagi kalau Puput baik-baik aja. "Kamue nanyae?" jawab Puput. Si Papoy auto jadi cepmek, hahaha. Tapi ga salah dong gue nanya mana roarnya, secara maung alias harimau kan suka ngeluarin suara roar.
"Iya, gue pingin banget nanya. Lu ada masalah apa sama tu cowok?" kata gue. "Enggak ada," jawab Puput. "Terus?" kata gue. "Terus?" eh Puput malah nanya balik.
"Poy, elu dari tadi ngelihatin doi mulu, tahu! Lu ada masalah apa ma doi? Jujur!" kata gue. "Ide bagus, Le," jawab Puput. "Hah?" herman gue. "Maksud lu?" gue nanya. Emang barusan gue ngomong apa dah?
"Kita harus bikin masalah sama tu anak," jawab Puput. "Hah? Kita? Bentar, bentar. Pelan-pelan, Poy. Dia kan anak baru?" kata gue. "He em," Puput ngangguk. "Kita ga kenal sama dia?" kata gue. "He em," Puput ngangguk lagi. "Dia ga kenal sama kita?" kata gue lagi. "He em," Puput ngangguk lagi. "Terus apa urusannya kita bikin masalah sama dia?" kata gue.
"Le, lihat dulu. Perhatiin baik-baik," kata Puput. "Oke?" jawab gue. "Dia cowok? Seumuran kita? Kita udah kelas sebelas kan? Udah gede! Udah puber! Coba lu lihat tu anak, kelemar-kelemer gitu. Dia cowok loh, cowok!"
Gue tergelitik dengan apa yang Puput sampein barusan. Sejak kapan Puput segitu pedulinya sama orang asing gini?
"Poy?" kata gue sambil senyum-senyum ngelihatin Puput. "Ha?" sahut Puput yang dari tadi walaupun doi lagi ngomong sama gue pandangannya terus-terusan mengarah ke anak baru itu.
"Lu naksir sama tu cowok ya?" kata gue. Tiba-tiba Puput keselek sama air ludahnya sendiri, dia pun batuk-batuk. "Lu apaan sih? Lu kok bisa nebak gitu? Ga make sense banget, tahu ga!" protes Puput yang ngomong sambil nahan gatel di tenggorokan karena abis keselek.
"Ya siapa doi, Poy? Biarin aja, keles. Ruginya di kita apa?" kata gue. "Jelas kita dirugikan dong! Doi masuk ke kelas kita, kelas sebelas IPA satu! Kelas bergengsi impian semua orang. Lihat di sekeliling kita!" kata Puput. Gue pun melirik ke sekeliling terus balik ngelihatin Puput sambil naikin alis gue pertanda gue ga paham.
"Lu lihat cewek-cewek sini, trandy maksimal. Cowok-cowok sini, cool maksimal. Selain otak kita yang di atas rata-rata anak-anak di kelas lain, mental-mental kita ini mental seleb semua. Ga kaya anak baru itu," kata Puput. Gue pun ngangguk-ngangguk karena apa yang Puput bilang itu bener semua.
"Jadi, dengan masuknya tu anak ke kelas kita, apa ga mencoreng nama baik kelas kita ini?" lanjut Puput. "Poy, kayaknya lu lebay deh. Sampai pake acara mencoreng nama baik kelas segala," kata gue.
Puput pun langsung pegang jidat. "Ternyata lu ga paham. Lu ngangguk-ngangguk dari tadi kirain lu paham," kata Puput sambil melengos ke tempat lain.
"Gue paham, Papoy. Apa yang lu bilang itu bener, cuma ga sampai mencoreng nama baik kelas juga, kali. Siapa tahu tu anak menonjol dari segi isi otaknya?" kata gue.
"Ga cukup! Pokoknya tu cowok kalau mau bertahan di kelas ini doi musti harus kudu wajib berubah. Kalau ga bisa, siap-siap aja hengkang dari sini," kata Papoy dengan muka antagonis kaya di sinetron-sinetron boliwud. Anjoy, mana langsung kebayang lagi musik latar pemeran jahatnya. Treeeng.. teneneng teneneng...jreeeng... Huhu, gue udah keracunan tontonan nyokap gue, huhu...
"Puput... Laila..." tiba-tiba Pak Anton manggil kami berdua, mampus. "Bapak perhatikan dari tadi kalian sibuk sendiri. Tolong hargai teman kalian di depan ya," kata Pak Anton.
"Iya Pak," jawab gue sama Puput sama-sama.
"Nah, Gilang, silahkan lanjutkan perkenalan kamu yang tadi," kata Pak Anton.
"Jadi namanya Gilang," kata Puput ngomong sendiri pelan. Pas anak baru itu ngomong, entah ngomong apa, gue ga denger, tiba-tiba Puput angkat tangan.
"Iya, Puput?" sahut Pak Anton.
"Volume suaranya kecil banget. Kami di sini ga dengar. Oh iya, apa perlu bantuan biar saya nyalakan speker kelas?" kata Puput. Seketika teman-teman yang lain pun tertawa.
Suara Puput menggelegar, walaupun dia ga lagi ngotot. Memang gitu sih, ga usah ditanya lagi, Puput adalah komandan di mana-mana. Komandan di Pramuka, Paskib, pelatih karate juga. Kalau dilihat-lihat antara Puput dan Gilang jelas mereka itu saling bertolakbelakang banget.
Kayanya kalau mereka berdua jadian mereka bakal klop banget. Puput dan Gilang bakal jadi pasangan yang fenomenal. Pasangan antara si bad girl dan culun boy. Hem hem... Ciamik.
Di tengah riuh suara anak-anak di kelas setelah Puput ngebanyol barusan tiba-tiba Puput nyadarin gue pakai lambaian tangan. "Le! Lele! Lu ngapa senyum-senyum sendiri mandangin gue? Heh!" kata Puput.
"Hah?" ya, gue baru nyadar kalau gue lagi ngelamun. "Maneh saha?" tanya Puput. "Aing maung, roar," jawab gue. Puput pun bernapas lega. Asem, sekarang gue yang dia sangka abis kesambet!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
mama zha
gokil seru bgt
2023-06-18
0
ᴴ͢͢͢ᵃⁿˢᵃ
niatnya jelek bet si Puput😩😩
2023-06-06
0
Noffi
dimana" yang namanya anak baru , pasti lah bakal diusilin tuh Ama teman nya ,termasuk si papoy & lele .....
2023-06-01
0