Suara musik yang mengalun dengan indah kini menyapa telinga Isvara saat gadis cantik tersebut memasuki sebuah cafe dengan nuansa drag. Atau lebih seperti klub malam namun versi sederhana. Cafe yang bahkan menyediakan minuman beralkohol juga beberapa permainan di dalam nya.
Isvara melihat ke arah sekitar, tempat yang estetik dan cukup ramai. Meskipun ada beberapa orang mabuk namun beda nya di cafe ini tidak ada orang yang bertindak tidak senonoh seperti di club. Pakaian mereka pun seperti pada umum nya tidak seperti di club banyak yang memakai pakaian terbuka.
“Jus jeruk satu,” pesan Isvara saat gadis tersebut duduk di depan meja bartender. Cafe tersebut memang memiliki bartender di bagian samping nya. Dan menu yang ada pun beragam mulai dari yang beralkohol sampai yang tidak beralkohol.
Bingung untuk melakukan apa kini Isvara memilih untuk mengeluarkan notebook nya dan mencoret kertas tersebut dengan gambaran ide awalnya yang selanjutnya ingin ia kembangkan. Isvara memulai nya dengan desain yang paling sederhana.
“Minum nya kak,” ucap Bartender laki-laki di depan Isvara yang membuat Isvara menoleh sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Makasih,” ucap Isvara yang di balas dengan senyuman oleh bartender laki-laki itu.
Isvara menenggak minumannya. Sebelum akhirnya ia mulai melanjutkan pekerjaannya lagi.
“Diara?” suara laki-laki yang kini mengalun indah di samping Isvara membuat gadis itu menoleh dan kini dapat ia lihat seorang laki-laki tampan dengan lesung pipi di kedua pipi nya tampak begitu jelas saat laki-laki itu tersenyum.
Isvara terdiam, terlalu kagum pada ciptaan tuhan di depannya itu. Laki-laki yang begitu tampan dengan senyuman manisnya.
“Hey,” panggil laki-laki di depan Isvara sambil melambaikan tangannya di depan Isvara menyadarkan gadis tersebut dari kekagumannya.
“Eh iya?” tanya Isvara dengan menaikkan sebelah alisnya bingung.
“Diara?” tanya nya lagi mengulangi kalimat nya yang membuat Isvara menggeleng mendengar nya.
“Isvara,” ucap Isvara menyebutkan namanya. Laki-laki tersebut mengangguk lalu segera pergi dari sana.
Namun baru saja Isvara akan melanjutkan kegiatannya. Tiba-tiba saja suara tersebut kembali mengalun di indra pendengarannya.
“Desainer?” tanya laki-laki tersebut lagi yang kini kembali sambil duduk di samping Isvara. Isvara menoleh ke arah laki-laki tersebut sambil terkekeh.
“Calon,” jawab Isvara dengan senyumannya yang dijawab dengan anggukan oleh laki-laki yang masih tak ia ketahui namanya itu.
“Dari kampus sebelah?” tanya nya lagi yang kini kembali di jawab dengan anggukan oleh Isvara.
“Semester dua akhir jurusan tata busana,” jelas Isvara yang kini membuat laki-laki nya terkekeh.
“Sangat lengkap,” gurau nya yang kini kembali mengundang tawa dari gadis tersebut.
“Apa sekarang modus cowok buat kenalan itu harus salah ngenalin orang dulu?” tanya Isvara menyipitkan matanya curiga pada laki-laki di depannya yang kini justru tertawa mendengar kecurigaan Isvara.
“Tadi beneran lagi nyari temen,” jelas nya.
“Terus?” tanya Isvara yang masih tak puas dengan jawaban laki-laki di depannya. Jika memang mencari temannya lalu untuk apa kini laki-laki itu malah berada di depannya dan bukannya mencari temannya?
“Orang nya gak ada,” jawab nya yang kini berhasil membuat tawa Isvara terdengar kembali. Isvara semakin yakin jika laki-laki di depannya itu kini hanya tengah mencari alasan saja.
“Caipirinha satu,” pesan laki-laki di samping Isvara pada bartender yang kini mengangguk dan mulai membuatkan pesanan laki-laki tersebut.
Isvara kini memilih untuk melanjutkan kegiatannya. Sedangkan laki-laki di samping nya hanya memperhatikan apa yang kini tengah dilakukan oleh Isvara.
“Isvara,” panggil laki-laki itu dengan lembut nya. Isvara yang mendengar namanya dipanggil segera menoleh ke arah samping sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Ya?” tanya Isvara dengan menaikkan sebelah alisnya. Tatapannya kini membeku saat melihat jika jarak di antara mereka kini begitu dekat. Isvara berdehem berusaha menetral kan dirinya lalu menjauh dari laki-laki di depannya.
“Cuma nyebut aja, nama yang bagus,” ucap laki-laki itu yang membuat Isvara terkekeh.
“Diambil dari bahasa sansekerta yang artinya pemimpin terbaik,” jelas Isvara pada laki-laki yang masih tak ia ketahui siapa namanya. Tak ingin Isvara menanyakan namanya. Ia tak ingin untuk dekat dengan laki-laki, dengan mengetahui tentang laki-laki di samping nya sama saja dengan memberikan peluang untuk lak-laki itu dekat dengannya.
Meskipun hubungannya dengan Fardan sudah berakhir enam bulan lalu dan ia sudah mulai move on namun tetap saja ia masih sulit untuk percaya pada laki-laki untuk saat ini.
“Mama lo pasti suka hal berbau sansekerta gitu ya?” tanya laki-laki tersebut yang dijawab dengan gelengan oleh Isvara.
“Bibi gue kurator, dia yang ngasih nama,” jelas Isvara yang dijawab dengan anggukan oleh laki-laki di depannya itu.
“Pesanan nya kak,” ucap bartender tersebut sambil memberikan pesanan laki-laki di samping Isvara.
“Mau coba?” tawar nya yang kini membuat Isvara menoleh ke arah laki-laki di samping nya dengan tatapan bingung.
“Gue gampang mabuk,” tolak Isvara dengan menggelengkan kepalanya.
“Rendahan alkohol kok,” tawar nya lagi yang kembali dijawab dengan gelengan oleh Isvara, akhirnya laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya.
“Mau coba main permainan?” tawar laki-laki tersebut yang membuat Isvara berpikir sejenak sambil menoleh ke arah sekitar melihat permainan yang ada di sana.
“Tembakan itu,” tunjuk Isvara.
“Ayo,” ajak laki-laki tersebut sambil menarik tangan Isvara. Isvara segera mengikutinya dan mereka kini berhenti di tempat permainan itu.
Laki-laki dengan jaket hitam itu kini berjalan dan mengambil pistol yang ada di sana.
“Aku dulu?” tanya laki-laki itu yang Isvara jawab dengan anggukan dan senyuman.
Laki-laki tersebut memfokuskan pandangannya pada bidikan di depannya. Hingga hanya satu kali tembakan ia berhasil mengenai tepat sasaran. Isvara yang melihat nya sontak membelalak sambil menganga. Melihat reaksi Isvara sontak membuat tawa laki-laki itu terdengar.
“Keren,” ucap Isvara sambil bertepuk tangan. Laki-laki yang masih tidak Isvara ketahui namanya itu menyerahkan pistol nya pada Isvara.
Kini Isvara bersiap dengan bidikannya. Setelah merasa pas. Gadis itu langsung menembaknya. Namun saat melihat bidikannya tak tepat sasaran Isvara mengerucut lucu.
“Kok gak kena sih?” tanya Isvara dengan kekesalannya.
“Sini aku ajarin,” ucap Laki-laki tersebut. Lalu ia segera berada di belakang Isvara dan mengajari Isvara untuk menembak.
Kini posisi mereka bahkan begitu dekat. Laki-laki tersebut kini seperti sedang memeluk Isvara. Bahkah nafas Isvara kini seolah tercekat. Detak jantung nya sudah berdetak dengan tidak beraturan.
Tidak fokus dengan apa yang kini ia lakukan karena laki-laki di belakang nya itu. Isvara sampai tak sadar jika kini bidikannya mengenai sasaran. Menyadari jika ia bisa melakukannya sontak membuat Isvara tertawa senang.
“Berhasil,” ucap Isvara begitu senang. Senyuman laki-laki itu mengembang menatap gemas gadis yang kini begitu bahagia itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments