Pura - Pura

Ceklek

"Lah tuh Emak." tunjuk Sinta, saat Emak Euis datang.

"Mak, dari mana sih? sudah nggak punya ponsel, ngilang nggak bilang - bilang." ucap Arjuna.

"Ini bocah, pada heboh dah. Emak ini, habis konsuletasional." ucap Emak.

"Hah.. konsetasional?" ucap Sinta.

Iya tadi, Emak itu ke dokter. Mau periksa kesehatan. Tadi di cek, gula darah, asal urat, jantung semuanya normal." ucap Emak.

"Itu maksudnya, konsultasi sama dokter." ucap Sinta.

"Nah itu maksudnya."

"Mak, kalau pergi itu, bilang sama Arjuna. Emak kan nggak bawa ponsel, suruh bawa ponsel jawabnya kagak ngerti." ucap Arjuna.

"Emak itu kagak ngerti barang gituan, Emak mah hanya orang tani. Kalian saja yang pada pintar teknologi, biar Emak mah begini saja." ucap Emak.

"Yah Emak, di ajak gaul kagak mau. Tuh lihat, istrinya Haji Sobri, dia gaul walau tua nggak mau kalah sama yang muda." ucap Sinta.

"Sudah, jangan di bandingkan sama orang. Eh kalian harus tahu, tadi Emak di bantu sama dokter cantik."

"Nama dokternya siapa Mak?" tanya Sinta.

"Mak lupa namanya, dia belum nikah. Kayaknya, kalau ketemu lagi, Emak mau jodohkan sama Mas mu." jawab Emak.

"Jangan bikin malu Mak, ini rumah sakit, bukan tempat cari jodoh." ucap Arjuna.

"Yeee kali saja jodoh."ucap Emak.

***

"Kamu baru pulang Davina?" tanya Ibu Tika, Mami Davina.

"Iya Mam, capek banget rasanya. Setelah di pindah ke IGD, kurang tidur apalagi kemarin korban kecelakaan yang banyak, sampai rumah sakit tidak bisa menampung dan harus di pindah ke rumah sakit lain." ucap Davina.

"Daddy kamu tadi telepon, katanya kamu jadi melanjutkan kuliah S3 tidak di Amrik?"

"Nantilah Mam, saya ingin menyegarkan otak dulu. Baru tahun kemarin saya lulus S2, masa sekarang kuliah lagi."

"Kan Daddy kamu yang biayain."

"Memangnya, istri Daddy tidak marah?"

"Ngapain Vera marah, kamu kan anaknya."

"Mami rela di madu, Daddy malah tinggal sama perempuan mandul itu."

"Hus kamu tidak boleh bicara seperti itu, Vera juga sayang sama kamu."

"Sayang apanya, di depan Mami. Di belakang, malah wajah aslinya keluar."

"Sekarang kamu mandi, terus makan."

****

"Dok, kalau dokter Davina itu sudah lama jadi dokter disini?" tanya Arjuna.

"Sudah lama, sekitar 5 tahun." ucap dokter Toni.

"Boleh saya titip salam?"

"Aduh berat, soalnya yang titip salam itu banyak. Tapi dokter Davina malah membiarkan, salamnya sampai kering." ucap dokter Toni.

"Kok bisa?" tanya Arjuna.

"Jelas bisa lah, karena yang naksir dokter Davina itu banyak. Malah banyak pasien, yang tidak mau cepat keluar dari sini, bahkan ada yang rela masuk IGD setiap hari, demi lihat dia. "

"Kok gitu."

"Ya, kalau mau ketemu, caranya jadi pasien IGD dulu." ucap dokter Toni sambil tersenyum, bahkan dua Suster di belakang dokter Toni ikut tertawa.

**

"Bisa berdiri Mas?" tanya Sinta.

"Nggak dek, kaki masih sakit." jawab Arjuna.

"Fuji, bantu saya duduk di kursi roda dong. Saya bosan di dalam kamar terus, ajak saya jalan - jalan keliling rumah sakit. " ucap Arjuna.

"Ok bos." ucap Fuji, lantas membantu turun dan duduk di kursi roda.

"Mas, saya disini saja. Nunggu Emak, kalau kamar kosong nanti takutnya Emak bikin heboh." ucap Sinta.

"Iya, bilang kalau Emak datang, Mas lagi keluar."

"Iya Mas."

***

"Fuji, saya itu keluar dari kamar, ingin ke ruang IGD." ucap Arjuna.

"Ngapain?" tanya Fuji.

"Kamu nurut saja, bawa saya kesana." ucap Arjuna.

Fuji pun mendorong kursi roda ke arah IGD, namun Arjuna meminta Fuji berhenti, saat itu juga tanpa berunding, Arjuna mencopot paksa jarum infus hingga punggung tangannya, mengeluarkan darah.

Bruuugghhhh

Arrrggghhh

"Arjuna." teriak Fuji, saat melihat temannya itu jatuh dari kursi roda.

"Aduh.. sakit." ucap Arjuna.

"Kamu kok, bisa jatuh sih." ucap Fuji.

Saat itu dua orang perawat membantu Arjuna , untuk duduk di atas kursi roda. Arjuna terus berpura - pura kesakitan, padahal kaki yang sakit berhasil dia selamatkan.

"Aduh, tolong saya bawa ke dalam." teriak Arjuna.

"Baik Pak, nanti dokter akan periksa kondisi Bapak di dalam." ucap perawat.

Arjuna langsung di baringkan di atas tempat tidur, Arjuna menatap kecewa ternyata yang menangani bukan dokter Davina.

"Dokter siapa?" tanya Arjuna.

"Saya dokter jaga di IGD." jawab dokter perempuan, sambil memeriksa kaki Arjuna.

"Dokter Davina mana?" tanya Arjuna.

"Oh dokter Davina sedang rapat, dengan Pak Direktur rumah sakit." jawabnya.

Fuji menatap kesal ke arah Arjuna, seakan sakit nya di pakai untuk mainan. Saat dokter meninggalkan Arjuna, Fuji langsung memukul kaki Arjuna yang sakit.

Plaaakkk

Awwwww

"Linu Kampret." ucap Arjuna.

"Kamu itu, nggak kasih tahu tujuan masuk kesini? kamu kenapa sih, sakit di jadikan mainan." tegur Fuji.

"Saya itu sedang naksir, dokter Davina. Dia itu bagian dokter sini, makannya biar ketemu sama dia, saya harus buat cedera dulu. Eh ternyata, dokter Davina kagak ada."

"Rasain, makannya jadi cowok jangan ganjen."

"Namanya juga usaha, saya harus dapatkan tuh dokter."

****

"Davina." panggil Rizal.

"Ada apa?" tanya Davina.

"Nanti malam, kamu tidak jaga kan?".

" Kenapa memangnya?"

"Saya ingin ajak kamu makan malam."

"Saya tidak bisa."

"Kenapa, kamu sudah ada acara ya?"

"Nggak juga, saya malas saja keluar."

"Kamu kenapa sih, setiap di ajak sama saya tidak mau. Padahal saya itu, niat nya baik." ucap Rizal, dokter spesialis kandungan.

"Malas saja, maaf ya kalau tidak ada hal penting saya pergi." ucap Davina.

"Susah mendapatkan hati dia, cantik tapi angkuh." ucap dokter Pram.

"Betul kata Pak dokter, saya sudah lama suka sama dia. Tapi dia selalu menghindar."

"Jangan patah semangat, kamu dekati dia terus."

"Siap dok."

****

Davina menatap Arjuna saat masuk ke dalam IGD, terlihat Arjuna sedang di tangani dokter Kiki.

"Kenapa dia?" tanya dokter Davina.

"Habis di rontgen lagi, tadi dia jatuh dari kursi roda di depan pintu IGD." jawab dokter Kiki.

"Terus?" ucap Davina.

"Tidak ada masalah." ucap dokter Kiki.

Arjuna tersenyum, saat melihat Davina. Fuji menatap mata Arjuna, yang sedang menatap dokter wanita itu.

"Kenapa bisa jatuh?" tanya Davina.

"Karena saya jatuh cinta sama kamu." jawab Arjuna, dan terdengar gelak tawa dokter Kiki namun segera berhenti saat Davina menatapnya.

"Mau betah di IGD?" tanya Davina.

"Iya mau." jawab Arjuna.

"Suster Lia, tolong ambilkan pisau bedah dan jarum jahit." ucap Davina.

"Buat apa?" tanya Arjuna.

"Buat mengambil otak kamu, dan menjahit nya agar tetap di dalam IGD terus."

"Jangan, saya masih ingin hidup" ucap Arjuna.

"Cepat bawa pasien satu ini kembali ke kamarnya." perintah dokter Davina.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Arjuna kebanyakan drama..🤣🤣

2024-07-11

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣🤣 Di gantungin dong salamnya kering kayak jemuran..😂😂

2024-07-11

0

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

arjunanya lagi Caper

2023-05-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!