Sebatas Teman Ranjang
"Hai, baru pulang?" Sapa Kath dengan nada manja, saat Timmy baru tiba di kost-an. Timmy lalu melihat arloji di tangannya yang kini menunjukkan pukul empat dinihari.
Ya, Timmy memang biasa pulang kerja saat dinihari karena profesinya sebagai bartender yang memang lekat dengan dunia malam.
"Kapan kau datang? Dan kenapa tak mengabari?" Tanya Timmy seraya melepaskan jaketnya, lalu menggantung benda itu di belakang pintu.
"Aku naik penerbangan terakhir dan baru tiba jam sebelas tadi. Aku langsung kesini karena aku masih yakin kalau kau menyembunyikan kunci cadangan di bawah pot bunga," cerita Kath seraya terkekeh yang langsung membuat Timmy berdecak.
Timmy lalu melepaskan kausnya dan lanjut merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, tepat di samping Kath yang masih mengutak-atik ponselnya dengan posisi tengkurap.
"Ngomong-ngomong, aku punya satu kabar gembira," ujar Kath kemudian dengan mata yang sudah tampak berbinar.
"Kabar gembira apa? Aku sudah bisa jadi kekasihmu sekarang?" Tanya Timmy sedikit berseloroh. Kath refleks memukul Timmy dengan guling, hingga membuat Timmy tergelak.
"Dalam mimpimu!"
"Aku sudah punya kekasih baru sekarang!" Tukas Kath kemudian seraya menunjukkan sebuah foto di ponselnya.
Ada Kath yang mengenakan baju renang, tengah berfoto bersama seorang pria berwajah bule dan keduanya saling merangkul dengan mesra.
"Kami resmi berpacaran dua minggu yang lalu," pamer Kath sekali lagi yang mendadak membuat hati Timmy terasa mencelos. Namun Timmy tetap memaksa untuk tersenyum.
"Congrats!" Ucap Timmy akhirnya dengan hati yang serasa diris sembilu.
"Kau sendiri bagaimana? Sudah punya pacar juga?" Tanya Kath yang kini sudah berganti posisi menjadi berbaring miring dan menghadap ke arah Timmy.
"Entahlah!"
"Tadinya aku pikir kau yang akan jadi pacarku," jawab Timmy seraya melirik pada Kath.
"Sudah dibilang untuk tidak baper!" Kath ganti meninju lengan Timmy.
"Kita hanya teman, oke!"
"Sahabat!" Timmy mengoreksi.
"Teman ranjang!" Seloroh Kath seraya tertawa kecil.
"Iya termasuk itu!" Gumam Timmy yang langsung tersenyum kecut.
Teman ranjang?
Julukan yang tepat memang jika menilik dari hubungan mereka selama tiga tahun terakhir.
Tiga tahun sebelumnya....
"Lepas!" Timmy baru tiba di kelab malam tempat ia bekerja saat kedua netranya tak sengaja mendapati pemandangan seirang wanita yang sepertinya sedang bertengkar dengan teman lelakinya.
"Jangan menggangguku lagi!" Gertak wanita itu kemudian dengan nada galak sembari terus menyentak tangan si lelaki yang hendak merangkulnya.
"Kita sudah tak ada hubungan apa-apa!"
"Pergi, kau!" Usir wanita itu sembari terus mendorong si pria.
Timmy biasanya akan mengabaikan hal-hal seperti ini saat melihatnya. Namun entah mengapa, malam ini Timmy seolah tertarik dan merasa akan ada hal buruk.
"Ikut atau kau mau aku bermain kasar?"
Timmy baru selesai membatin, saat pria tadi sudah mengeluarkan pisau jecil dari sakunya sembari mengancam si wanita.
Brengsek! Feeling Timmy benar ternyata.
"Aku tidak mau ikut!"
"Kita sudah putus--"
"Aku tidak mau kita putus dan kau harus--"
"Lepaskan dia!" Timmy sudah bergerak cepat, saat pria pengancam tadi lengah. Pisau di tangan pria itu juga langsung terlempar. Segera Timmy menendang pisau tadi masuk ke selokan.
"Brengsek! Jangan ikut campur!' Gertak pria itu galak sembari menghampiri dan mendelik pada Timmy.
"Tentu saja aku akan ikut campur jika kau mengancam seorang wanita dengan benda tajam!" Timmy sudah pasang ancang-ancang untuk melawan pria yang terlihat setengah mabuk tersebut.
"Pergi, kau!" Usir Timmy masih terus memasang ancang-ancang.
"Kau pikir aku takut dengan gertakanmu, hah?"
"Rasakan ini!" Pria itu langsung melayangkan sebuah tinju ke arah Timmy yang sudah langsung menghindar dengan cepat. Teeang saja, si pria sedikit kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terhuyung ke depan.
"Kita tidak perlu main fisik dan kau bisa pergi secara baik-baik, Bung!" Ucap Timmy dengan nada setenang mungkin.
"Tidak usah sok jago dan mengaturku!" Pria itu kembali melancarkan tinjuan dan tendangan ke arah Timmy. Beberapa meleset namun ada juga yang sedikit mengenai tubuh Timmy.
"Rasakan ini!"
Bugh!
Pria tadi berhasil menjegal kaki kiri Timmy yang sedikit lengah. Timmy langsung terjatuh ke atas aspal dan di saat bersamaan si pria juga terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya.
"Aku akan menghabisimu malam ini!" Ucap pria itu seraya mebatap sengit pada Timmy yang masih terduduk sembari matanya awas menunggu benda apa yang akan dikeluarkan oleh peia setengah mabuk tersebut.
"Rasakan--"
Kedua mata Timmy sudah membelalak tatkala melihat pistol yang nyaris diarahkan ke kepalanya. Namun hanya beberapa detik karena mendadak tangan pria tadi sudah langsung dicekal oleh petugas kepolisian yang entah darimana datangnya. Pistol yang terjatuh juga langsung diamankan oleh pihak kepolisian.
"Lepaskan aku!" Pria tadi meronta dan berteriak-teriak, saat digelandang ke dalam mobil polisi.
Sementara Timmy sudah bangkit berdiri, saat gadus yang tadi ia tolong datang menghampirinya.
"Kau terluka?" Tanya gadis itu memastikan.
"Tidak!" Jawab Timmy bersungguh-sungguh.
"Kath! Semuanya sudah terkendali? Apa dia--"
"Dia yang menyelamatkan Kath, Om!" Jawab si gadis yang rupanya bernama Kath tersebut pada seorang anggota polisi.
"Oh. Terima kasih karena sudah menyelamatkan putri temanku," ucap anggota polisi itu selanjutnya pada Timmy seraya mengajak berjabat tangan.
"Om akan menghubungi--"
"Jangan, Om!" Cegah Kath cepat.
"Papi sedang kurang sehat dan Kath tidak mau membuatnya khawatir. Kath benar-benar berterima kasih atas bantuan om tadi," ucap Kath yang wajahnya terlihat memohon.
"Baiklah kalau memang begitu!"
"Tapi lain kali hati-hati dan jangan keluar malam!" Pesan anggota polisi tersebut yang langsung membuat Kath mengangguk.
"Mau om antar ke hotelmu sekalian?" Tawar anggita polisi itu lagi.
"Mmmm--"
"Sebaiknya kau setuju, Kath! Ini juga sudah malam dan berbahaya jika kau pergi sendiri malam-malam begini," ucap Timmy menyela sekaligus memberikan saran pada Kath.
"Pemuda--"
"Timmy, Pak!" Ucap Timmy yang langsung dengan cepat memperkenalkan diri.
"Timmy benar, Kath! Ayo Om antar pulang!" Ajak anggota polisi itu sekali lagi pada Kath.
"Iya, Om! Kath bicara sebentar pada Timmy," izin Kath yang langsung membuat sang Om polisi mengangguk dan kemudian meninggalkan Kath bersama Timmy.
"Terima kasih sekali lagi," ucap Kath pada Timmy.
"Sama-sama!"
"Namamu Kath?" Tanya Timmy to the point.
"Astaga! Kita belum kenalan!" Kath tertawa kecil dan langsung mengulurkan tangannya pada Timmy.
"Kathlyne," ucap Kath kemudian.
"Timothy, tapi biasa dipanggil Timmy," balas Timmy yang malah membuat Kath tertawa kecil.
Apa yang lucu.
"Ada apa?" Tanya Timmy bingung.
"Namamu mengingatkan aku pada..." Kath kembali tertawa kecil.
"Pada apa?" Timmy masih bingung.
"Pada domba kecil yang dulu sering aku tonton filmnya sewaktu masih kecil," ujar Kath akhirnya dengan tawa yang tak lagi bisa ia tahan.
Timmy yang langsung tahu maksud Kath sontak ikut tertawa.
"Maaf, aku tak bermaksud!" Kath masih saja tertawa.
"Tidak apa! Aku juga dulu sering menonton film itu!"
"Timmy.... mbeeek!"
"Timmy.....mbeeek!" Tummy menirukan suara domba yang terang saja langsung membuat Kath semakin tergelak.
"Kau lucu sekali!" Ucap Kath kemudian setelah gadis itu berhenti tertawa.
"Hanya kadang-kadang," jawab Timmy merendah.
"Kath!" Panggil Om Pilosi dari dalam mobil.
"Aku harus pergi," pamit Kath kemudian.
"Ya, hati-hati!"
"Kau menginap di--"
"Di hotel karena rumahku di luar kota. Aku kesini untuk berlibur saja," ujar Kath cepat yang langsung membuat Timmy mengangguk.
"Ngomong-ngomong, kau mau sekalian diantar oleh Omku?" Tawar Kath berbasa-basi.
"Tidak usah! Aku harus bekerja," tolak Timmy sembari mengendikkan dagunya ke arah kelab malam.
"Kau bekerja disana?" Raut wajah Kath langsung berubah.
"Jangan berpikir buruk! Aku seorang bartender dan sudah lumayan lama juga bekerja. Aku hanya membuat dan meracik minuman tanpa meminumnya." Jelas Timmy yang langsung membuat Kath membulatkan bibirnya.
"Kapan-kapan aku akan mampir," ujar Kath kemudian.
"Jangan--"
"Kenapa? Aku akan memesan minuman yang tak membuat mabuk dan bukankah nanti ada kau di dalam yang menjagaku?" Ujar Kath yang langsung membuat Timmy sedikit salah tingkah hingga pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Baiklah terserah saja!"
"Berarti kau nanti harus menghubungiku dulu kalau mau mampir," tukas Timmy kemudian.
"Kau benar! Aku minta nomor ponselmu." Kath langsung mengeluarkan ponselnya dan meminta Timmy mengetikkan nomornya di sana.
"Sudah!" Ujar Timmy sembari mengembalikan ponsel Kath.
"Aku pulang dulu, dan nanti aku telepon!" Janji Kath seraya melambaikan tangan pada Timmy yang balik melambaikan tangan juga.
Kath kemudian masuk ke dalam mobil om polisi tadi, dan mobilpun langsung melaju meninggalkan Timmy yang masih berdiri di luar kelab malam.
Kenapa degup jantung Timmy jadi tak karuan begini?
.
.
.
Hai!
Kita bertemu di karya ke-47 🥳🥳
Aku jelasin dikit asal-usul Timmy dan Kath, ya!
Timmy abangnya Beth di "Beth Ter-Sweet". Udah pada tahu, oke!
Kalau Kathlyne ini anak sulungnya Dyrtha, sepupu Robert sekaligus adik satu ayahnya Sita di "Aku Janda Kamu Duda"
Dyrtha ini yang dulu suka ngomong pedes sama Sita 🤭.
Kalau masih lupa, bisa dibaca lagi "Aku Janda Kamu Duda" nya.
Oke, sekian perkenalannya.
Terima kasih yang sudah mampir dan tetap setia mengikuti cerita-cerita receh aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
@Tie
ini settingnya org luar y thor
2023-12-09
0
Dwi Winarni Wina
baru mampit thornya saya suka bacanya sangat bagus......
2023-09-10
1
Halima Ma
mampir dulu ni ke timmy nya keth, beth nya lel masih ngambek 🙏🏼
2023-06-03
1