“Apa kamu bilang? Kamu jomblo?” tanya Pasha memastikan.
“Bukannya kamu dan Gala pacaran?” sambungnya.
“Hahahaha…. Siapa juga yang mau pacaran sama cowok pelit dan perhitungan kayak Gala. Mending juga sama kamu yang sangat royal. Tapi sayangnya kamu playboy cap kapak, Wil hahahaha”
Era benar-benar tidak tahu kalau laki-laki yang mengantarnya pulang adalah Pasha. dia mengira pria itu adalah Willy, temannya yang sempat menawarkan bantuan pulang tadi. dan Pasha tidak peduli jika dirinya dianggap Willy. Dia ingin memastikan status Era yang sebenarnya.
“Yakin kamu jomblo?” tanya Pasha.
“Iya lah. Eh, kamu sampai bilang kalau aku pacarana dengan Gala? Padahal yang tahu hanya satu orang saja, dan orang itu aku bohongin hahaha….”
“Siapa orang yang kamu bohongi itu?” tanya Pasha tidak sabaran. Bahkan dia sampai mengetatkan rahangnya karena merasa bahwa dirinyalah yang dibohongi oleh Era.
“Itu tuh, Ceo bocil di perusahaan tempat aku bekerja. Dia sangat menyebalkan, dia selalu ingin tahu urusan pribadiku. Jadi aku kerjain saja dia, biar tahu rasa. Biar bukan aku saja yang kesal dengan sikapnya.”
Wajah Pasha memerah. Ternyata selama ini dia dibohongi oleh Era. Dan Era sebenarnya masih jomblo. Meskipun dia semakin kesal dan marah, tapin dari sudut hatinya yang terdalam, Pasha sangat lega dengan status jomblo Era. Itu artinya dia mempunyai peluang besar untuk bisa mendapatkan hati wanita dewasa itu.
“Ayo cepat, Wil! Kepalaku sudah sangat pusing nih.” Racau Era dengan tangan menepuk-nepuk lengan Pasha.
Pasha menatap lekat wajah Era yang sangat cantik dan matanya hampir terpejam. Lalu tatapan Pasha tiba-tiba tertuju pada bibir ranum Era yang sangat menggodanya. Tanpa aba-aba, Pasha mendaratkan bibirnya tepat di bibir Era.
Hmmppp…
Era yang hendak bicara lagi tidak bisa karena ada yang membungkam mulutnya dengan ciuman. Sedangkan Pasha yang awalnya hanya ingin menempelkan bibirnya saja, kini hatinya tergelitik untuk menikmati lebih dalam rasa bibir Era. Walaupun bau alkohol dapat ia rasakan, tapi Pasha tidak peduli. Biarlah dia dicap sebagai pecundang, asal dia bisa merasakan bibir Era.
Pasha mulai menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Era. Dia juga mengu lum lidah Era yang masih terasa kaku dalam hal berciuman.
Klek
Pasha melepas sabuk pengamannya agar bisa lebih leluasa memperdalam ciumannya. Era juga terlihat menikmatinya walau dia sama sekali tidak pandai membalas ciuman itu.
Nafas Pasha tersengal saat ia mengakhiri ciumannya itu. jujur saja dia masih ingin melakukannya, namun dia takut jika menginginkan lebih dari sekadar ciuman.
Sedangkan Era yang baru saja mendapat ciuman dari Pasha, perempuan itu tampak memejakmkan matanya. bahkan tidur dengan nyenyak. Pasha hanya senyum sendiri melihatnya. Kini dia sudah tahu bagaimana rasa bibir Era yang sudah mulai membuatnya candu.
“Lain kali aku minta lagi. tapi dalam keadaan kamu sadar. Tidak mabuk seperti ini.” gumam Pasha lalu kembali melajukan mobilnya.
Pasha kini sudah sampai rumah Era. Dia tidak tega membangunkan perempuan itu yang sedang terlelap. Apalagi sejak tadi Era mengeluhkan pusing. mungkin ini pertama kalinya Era minum minuman beralkohol, jadi dia tidak tahan dengan rasa pusing efek dari minuman itu.
Pasha mencari kunci rumah Era terlebih dulu, dan membukanya. Setelah itu barulah ia menggendong Era dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.
Ini adalah pertama kalinya Pasha masuk ke rumah Era yang berukuran sedang itu. rumah yang terlihat sangat bersih dan terawat. Bahkan saat masuk ke kamar Era, Pasha juga disuguhi pemandangan kamar yang cukup membuatnya betah berlama-lama di sana.
Pasha sudah merebahkan Era di atas ranjangnya, lalu menutup tubuhnya dengan selimut. Tak lupa ia mengambilkan segelas air putih jika nanti malam Era terjaga dan kehausan. Setelah itu Pasha pulang.
***
Keesokan harinya Era terbangun dari tidurnya dengan rasa pusing yang masih membekas. Kemudian Era menatap tubuhnya yang masih menggunakan pakaian lengkap seperti yang dia pakai saat acara pesta semalam.
“Kenapa aku bisa ada di kamarku, ya?” batin Era sambil mengingat-ingat kejadian semalam.
Rasanya percuma ia mengingat kejadian semalam. Dia tidak ingat sama sekali. Hanya saja yang ia ingat saat hendak pulang, Willy menawarkan bantuan untuk mengantarnya. Setelah itu ia tolak, dan selanjutnya Era tidak ingat apa-apa.
Tiba-tiba saja Era memegangi bibirnya. dia ingat kalau semalam ia mimpi sedang berciuman dengan seorang pria yang tidak bisa ia kenali wajahnya. Ciuman itu rasanya seperti nyata. Bahkan saat bangun pun dia masih merasakannya.
“Gila! Mimpi ciuman tapi seperti nyata.”
Era hendak turun dari ranjangnya, namun ia melihat ada segelas air putih di atas nakas. Dia benar-benar heran. Siapa yang telah mengambil air itu dan meletakkannya di sana. Seumur-umur Era tidak pernah menyiapkan air minum di atas nakas samping tempat tidurnya. Kalaupun ia terbangun dan kehausan, ia langsung mengambil air dingin dari kulkas.
“Nggak apa-apa lah aku minum saja.” gumamnya lalu mengambil gelas itu.
Era menganggap kalau dirinya sendiri yang mengambil minuman itu. mungkin karena semalam mabuk, jadi waktu pulang ia mengambil minum dan tidak sempat meminumnya sudah keburu tepar duluan.
Tok tok tok
Era segera keluar rumah saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia segera membukanya. Ternyata yang datang adalah seorang kurir berbaju oranye sedang mengantar makanan yang sedang ia pesan.
“Atas nama Bu Era?” tanya kurir itu dan diangguki oleh Era.
“Ini pesanan makanannya.”
“Tapi saya tidak memesannya, Pak. jangan-jangan ini makanan ada racunnya? Saya laporkan bapak ke kantor polisi ya?”
“Tidak, Bu! Saya berani jamin kalau makanan ini tidak mengandung racun atau zat berbahaya lainnya. Saya tadi hanya disuru seseorang mengantar makanan ini. katanya, anda suruh cepat makan agar pusingnya cepat reda. Permisi!”
Era menerima begitu saja makanan itu. mau bertanya siapa yang menyuruh kurir itu, tapi sayang orangnya sudah keburu pergi. Akhirnya Era masuk saja membawa makanan yang masih hangat itu.
Rejeki tidak boleh ditolak. Apalagi saat membuka bungkusan itu yang ternyata isinya sup ayam yang baunya sangat enak, membuat perut Era keroncongan. Dia tidak peduli lagi siapa yang mengirim sup itu. entah ada racunnya atau tidak, kalau sudah waktunya mati ya mati saja.
“Eh, jangan mati dulu dong! Kan aku belum kawin.” Ucapnya setelah menyadari kesalahannya.
Tapi Era sangat yakin kalau makanan itu sangat aman dikonsumsi. Jadi dia makan saja.
Sementara itu Pasha yang sejak tadi berada di dalam mobil tak jauh dari rumah Era tampak tersenyum senang saat Era menerima makanan yang ia bawakan melalui kurir. Pasha sangat yakin kalau Era pasti memakan sup pemberiannya itu. apalagi sup buatan Mamanya rasanya sangat enak.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Jana
bocil nackal 😁
2023-06-28
2
Cahyani Sutopo
waduuhh si bocil udah nyuri ciuman pertama nya si Tante tu, kesempatan dalam kesempitan Lo bocil
2023-05-14
3
DiNa Yuliana
pashaa mulai buciiiiinn 😅
2023-05-09
1