Setelah Era keluar dari ruangannya, wajah Pasha tampak kesal. Kesal bukan karena keinginannya tidak bisa tercapai untuk ganti sekretaris, namun kesal karena sikap Era yang menurutnya sangat menjengkelkan.
Era baru saja mengatakan akan mengundurkan diri jika dirinya tidak suka dengan cara kerjanya. Tentu saja Pasha tidak akan melakukan hal itu. walaupun Era sangat menjengkelkan, sekaligus satu-satunya wanita yang paling berani bersikap seperti itu pada atasannya, Pasha tetap akan mempertahankan Era.
Pasha juga heran dengan dirinya sendiri. Baru beberapa hari menjabat sebagai Ceo, dan mempunyai karyawan yang menjabat sebagai kepala HRD, entah kenapa hatinya aneh dengan wanita yang usianya sudah matang itu. apalagi di awal pertemuannya sudah diwarnai pertengkaran bak Tom and Jerry.
“Dasar perawan tua!” umpat Pasha lalu kembali ke tempat duduknya.
*
Uhuukkkk
Era yang baru sampai ruang kerjanya, ia langsung minum segelas air putih untuk menetralisir emosinya. Namun tiba-tiba saja ia tersedak minuman itu, bahkan sampai menumpahi blezernya.
“Siall! Kenapa akhir-akhir ini hidupku sangat sial sih? Apa itu ada hubungannya dengan Ceo bocah itu?” tanya batin Era sambil melepas blezernya yang basah.
Tak lama kemudian Tatia masuk ke ruangan Era sambil membawa berkas yang diminta oleh Era tadi. wajah Era juga masih tampak kesal setelah dari ruangan Ceo tadi, sekaligus habis tersedak minumannya sendiri sampai blezernya basah.
“Nih, berkas yang kamu minta tadi.” ucap Tatia lalu meletakkan map itu di atas meja Era.
“Astaga Juleha! Kenapa wajah kamu kusut gitu kayak gak pernah disetrika saja.”
Mendapat cibiran dari sahabatnya, Era semakin kesal saja. tapi ia segera mengambil berkas dari Tatia dan mengabaikan Tatia yang masih duduk santai di depannya.
“Kenapa lagi sih Juleha? Kayak perawan lagi putus cinta saja.”
“Kalau nggak ada urusan lagi, lebih baik kamu keluar saja deh Tat!” kesal Era.
“Eh, namaku Tatia jangan dipanggil Tat. Kayak pantat saja.” protes Tatia keluar dari topik pembicaraan.
“Kamu nggak ngaca? Namaku Era, kenapa juga kamu panggil Juleha?” sudah sana pergi! Jangan membuat hariku semkain sial saja. sudah sial sama bocil sialan itu, kini ditamabhi lagi sama bumil nggak tahu diri.”
“Ehh… apa maksudnya nih? Kenapa aku diikutkan? Lalu, siapa hayo bocil yang kamu maksud tadi?”
“Ya elah masak nggak ngerti juga. itu tuh Ceo bocil kebanggaan kamu.”
Akhirnya Era menceritakan semuanya pada Tatia. Namanya juga sahabat. Apalagi sesama perempuan. Meskipun Era sudah sempat dibuat kesal oleh Tatia, tapi dia tetap menceritakan kekesalannya hari ini setelah bertemu dengan Pasha.
Bahkan Era juga menceritakan awal pertemuannya bersama Pasha saat berebut taksi hingga tidak menyangka dipertemukan kembali dalam satu lingkup pekerjaan, di mana dirinya sebagai bawahan Pasha.
Reaksi Tatia tertawa terpingkal-pingkal mendengar semua cerita Era tentang Pasha. Ternyata laki-laki yang sempat ia idolakan dan berharap anaknya kelak lahir memiliki garis wajah seperti Pasha, justru laki-laki itu adalah si pembuat masalah dalam hidup sahabatnya.
“Kamu sengaja ngeledek aku, Tat?” kesal Era melihat reaksi Tatia.
“Tia! Bukan Tat. Sekali lagi kamu panggil aku begitu, aku sumpahin kamu berjodoh sama Ceo bocil itu.” protes Tatia dan kembali tertawa.
“Nggak mempan sumpah serapah kamu itu. sudah sana pergi!”
“Eh, jangan salah! Sumpah serapahnya wanita hamil itu ampuh loh. Kamu tunggu saja. oh iya, apa kamu mau buang sial karena ulah Ceo bocil itu?”
Era yang hendak melanjutkan pekerjaannya, kini tertarik dengan kalimat terakhir yang dikatakan oleh Tatia. Sungguh dia masih kesal setelah bertemu dengan Pasha beberapa saat yang lalu. Kesal bukan hanya karena permintaan Pasha yang menyalahi prosedur dengan meminta ganti sekretaris, namun kesal karena hatinya sendiri yang agak aneh di saat posisi sedikit intim tadi bersama Pasha. Kebanyakan orang bilang kalau detak jantung tak beraturan itu selian tanda belum makan, juga tanda orang sedang jatuh cinta. Nah, dirinya tadi sudah makan tapi kenapa jantungnya berdetak tak karuan saat bersama Pasha. Dan hal itu terjadi sudah beberapa kali.
Era menggelengkan kepalanya menyangkal kalau tidak mungkin dia jatuh cinta pada brondong menyebalkan seperti Pasha. Meskipun dirinya kerap kali mendapat julukan perawan tua, Era sendiri tidak mungkin sampai harus jatuh cinta dengan brondong. Mungkin lebih baik menjadi perawan tua seumur hidup daripada memiliki pasangan brondong.
“Ya elah, malah ngelamun. Ya sudah, aku lanjut kerja dulu kalau gitu.” Kini Tatia yang dibuat kesal oleh Era yang justru asyik melamun.
“Tunggu dulu, Tat! Eh maksudku Tia.” Era meralat ucapannya.
“Apa sih?” tanya Tatia menahan tawa saat menyadari kalau Era takut dengan ancamannya yang memanggil namanya dengan panggilan “Tat”.
“Bagaimana caranya buang sial seperti yang kamu katakan tadi?” tanya Era penasaran.
“Ada dua cara sebenarnya. terserah kamu mau pilih yang mana. Pertama, kamu harus resign dari pekerjaan ini. sudah bisa dipastikan kalau kamu tidak akan berurusan lagi dengan Ceo bocil itu, karena kamu tidak akan bertemu lagi dengannya.”
“Gila kamu! Sampai segitunya. Kamu pikir cari kerjaan sekarang gampang apa? Apalagi untuk bisa di posisi ini sangat tidak mudah.”
“Tenang! Masih ada satu cara lagi kalau kamu tidak setuju dengan cara yang pertama tadi.”
“Ya sudah, apa? Cepat katakan!”
“Kata orang tua jaman dulu, untuk buang sial itu kita harus tasyakuran.” Jawab Tatia dengan penuh percaya diri.
Era terdiam. Dia juga memang pernah mendengar kabar itu. tapi entah hanya mitos atau fakta. Bahkan beberapa hari yang lalu dia juga sempat ingin tasyakuran untuk buang sial. Lantas sekarang sahabatnya juga mengatakan hal yang sama.
“Kamu bilang seperti ini karena cara itu yang benar-benar ampuh atau kamu sengaja ingin memanfaatkan aku?” tanya Era dengan tatapan penuh selidik.
“Dua-duanya, hahahaha….” Dengan tidak tahu malunya Tatia mengakui maksudnya.
“Dasar bumil rakus! Ya sudah, aku pakai cara yang kedua saja. tak apalah itung-itung sedekah sama kaum dhuafa.”
“Eh, sialan kamu Juleha! Ya sudah kapan tasyakurannya?”
Era hanya geleng-geleng kepala melihat sikap sahabatnya yang satu ini. bagaimana bisa dia mempunyai sahabat yang tidak tahu malu seperti Tatia.
“Nanti jam pulang kantor. di tempat biasa. Sekalian kamu ajak teman-teman divisi kita.”
Tatia pun sangat senang. dia segera keluar dari ruangan Era lalu memberitahu kabar bahagia itu kepada teman-temannya.
Sedangkan Era masih diam di tempatnya. Dia menarik nafasnya dalam sebelum melanjutkan aktivitasnya.
“Mudah-mudahan cara ini ampuh untuk membuang sialku gara-gara Ceo bocah itu. awas saja kalau kamu masih membuat hariku sial. Akan aku balas sampai titik darah penghabisan.” Gumam Era sambil mengepalkan tangannya.
**
Uhhuukkkkk….
“Kamu ini kayak anak kecil, King! Minum saja sampai tumpah begitu.” Ujar Papa Nabil pada Pasha yang sedang minum.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Nayla Ujji ...
uhhuukk lagi ah.. di sini the reader nya.
masih menyimak... thor
2023-06-18
2
Saras Wati
era memang menjengkelkan...kok lebay banget menurutku...mosok sama pimpinan begitu ..di luar perusahaan maupun di dalam perusahaan tetap pimpinan selama belum resign tetap harus hormat
2023-05-18
1
Cahyani Sutopo
kayaknya udah sehati nih, sama2 kesedak kalo LG di umpat😂😂
2023-05-14
1