Bram Kembali Mengamuk

Sudah hampir jam 12 malam, tapi Bram tidak kunjung pulang. Dea sudah begitu lelah untuk menunggu kepulangan dari suaminya tersebut. Dia bimbang untuk mengunci pintu. Jika dia kunci, Dea khawatir ketiduran. Sehingga saat Bram pulang nanti, mungkin saja Bram akan marah pada dirinya. Dea dalam dilema yang cukup besar. Namun jika Dea lupa untuk mengunci pintu rumah, Dea khawatir akan ada orang jahat yang dengan mudah masuk ke dalam rumah Dea. Dia benar-benar dalam kebingungan yang begitu berat.

Dea terus berjalan di sekitaran pintu rumahnya. Sesekali melirik ke arah jarum jam yang terus berputar dengan begitu cepatnya. Dea terlihat cukup bingung untuk menentukan semuanya. Apakah dia akan mengunci pintu rumahnya tersebut, atau masih akan membiarkan pintu rumahnya itu tidak terkunci.

Dea yang sudah mengantuk berat, akhirnya memutuskan untuk mengunci pintu rumahnya tersebut. Mungkin untuk membuat dirinya bisa mendengar apa ketukan pintu yang di lakukan oleh Bram, dia bisa tidur di atas sofa di ruang tamu. Sehingga suara ketukan pintu yang di lakukan oleh Bram akan terdengar oleh Dea.

Perlahan Dea mulai memejamkan kedua matanya. Dia Deng segera tertidur di atas sofa dengan begitu lelapnya. Tidak sedikit pun Dea mendengar suara apapun lagi. Dea tertidur dengan begitu lelapnya. Tidak terdeteksi sedikit pun suara yang masuk ke telinga Dea, sehingga dia tidur dengan begitu lelapnya.

Waktu berjalan cukup cepat, satu jam sudah Dea lewati dengan tertidur. Kini Dea tidur semakin pulas lagi. Gigitan nyamuk yang bersarang di tubuhnya pun sudah tidak dia rasakan. Dea menikmati tidur malamnya tersebut. Walaupun hanya tertidur di atas sofa, tanpa berselimutkan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Namun Dea begitu menikmati tidurnya tersebut.

Dea yang tidur dengan begitu terlelap, tidak mendengar saat Bram mulai memukul pintu rumah dengan begitu kerasnya. Dia yang baru pulang mabuk di klub malam. Terus memukul pintu rumahnya dengan begitu kerasnya. Hingga suara itu terdengar oleh bi Amira yang berada di kamar belakang.

Namun Dea yang tertidur dengan begitu lelapnya, sama sekali tidak mendengar suara ketukan pintu yang di lakukan oleh Bram. Dea tetap tertidur dengan begitu nyenyak di atas sofanya. Dea sama sekali tidak mendengar Bram mengetuk pintu rumah dengan begitu kerasnya.

Bi Amira yang hendak membuka pintu rumah, melihat Dea yang sedang tertidur dengan begitu pulasnya di atas sofa. Mungkin ini akan jadi masalah besar bagi Dea, sebab Bram akan marah besar saat melihat Dea yang tidak kunjung membuka pintu rumah untuk dirinya.

Bi Amira menyempatkan diri untuk membangunkan Dea. Dia terus memanggil nama Dea berulang kali. Namun Dea yang tertidur begitu pulas, tidak kunjung bangun dengan apa yang di lakukan oleh bi Amira. Dea tetap tertidur dengan pulas, bahkan dia malah semakin nyenyak tertidur.

Mendengar Bram yang terus mengetuk pintu rumah. Pada akhirnya bi Amira pun memilih untuk membuka pintu rumah. Dia tahu mungkin ini akan jadi malam yang akan membuat Dea merasakan lagi betapa kejamnya seorang Bram. Bi Amira sampai tidak bisa membayangkan dengan apa yang mungkin di terima oleh Dea dari bi Amira.

Cekrek.... Kunci rumah itu di buka oleh bi Amira. Dia langsung membuka pintu rumah itu dari dalam. Bi Amira menyaksikan bagaimana Bram yang mabuk berat terlihat begitu marah. Wajah Bram seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya. Dia terlihat begitu marah menunggu terlalu lama di luar rumahnya. Apalagi Bram sudah mengetuk pintu rumah dengan begitu kerasnya. Namun tidak ada satu pun orang rumah yang membuka pintu rumah.

Bi Amira menunduk menatap wajah Bram yang terlihat begitu marah pada dirinya. Tubuh bi Amira itu langsung di dorong oleh Bram dengan begitu kuatnya. Hingga bi Amira hampir terjatuh dengan dorongan yang di lakukan oleh bi Amira.

Bram berjalan dengan tubuh sempoyongan. Dia melihat Dea yang tertidur pulas di atas sofa. Sementara dari tadi Bram sudah mengetuk pintu depan begitu kerasnya. Tentu itu menjadi sebuah hal yang membuat Bram marah besar pada Dea.

Bram berjalan menuju Dea, dia melepaskan ikat pinggang yang mengikat celananya. Beberapa kali pukulan langsung di layangkan oleh Bram ke tubuh Dea. Cambukan yang membuat Dea langsung terbangun.

Dea meringis kesakitan dengan cambukan yang di lakukan oleh Bram ke tubuhnya. Dia memohon pada Bram untuk tidak mencambuk dirinya lagi. Namun Bram yang kesal pada Dea, tetap melakukan itu. Sampai tubuh Dea di seret dengan begitu kasarnya oleh Irpan menuju kamar.

Irpan mendorong tubuh Dea itu sambil berujar.

"Tidur tuh di kamar, bukan di sofa. Kamu ngotorin sofa saja."

Dea semakin tidak kuat dengan apa yang di lakukan oleh Bram. Dia melawan pada Bram, namun Bram justru malah melakukan tindakan yang semakin kasar lagi pada dirinya. Hingga Bram langsung merudapaksa Dea, sambil sedikit menyakiti Dea.

Ini bukan cinta tentu, melainkan sebuah siksaan yang di dapat oleh Dea. Dia merasakan bagaimana hidupnya yang malang. Hidup bersama dengan pria seperti Bram yang kasar. Dea hanya bisa menjadi korban kekejaman Bram yang tidak memiliki hati nurani. Bram adalah monster yang berwujud manusia. Dia tidak memiliki hati sama sekali, sehingga Bram layak untuk mendapatkan sebuah titel sebagai suami yang kejam. Suami.yanh tidak memiliki hati nurani sama sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!