"ma, titip maura ya? barra ada kerjaan penting diluar kota dan mungkin agak lama" barra mengantarkan maura kerumah orang tuanya dan berpamitan untuk mengurus bisnisnya
"ngga mau, maura mau ikut papa!" maura berlari membawa tas yang berisi baju ke dalam mobil barra di dalamnya ada tama yang tak ikut masuk kerumah orang tua barra karena hanya sebentar saja
"sayang, ngga boleh gitu nak. disini ada oma, opa dan om brian juga. ayo sama oma" rayu bu sarah dengan penuh kasih sayang
"engga oma, kalau papa ngga ajak maura, maura mau dirumah aja sendirian" ancam maura entah apa yang membuatnya sulit ditinggal kali ini
biasanya maura dengan mudahnya memilih oma dan opanya dibandingkan papanya sendiri
"ya sudah bawa saja maura bar, tidak terlalu jauh ini kan?" ucap tama yang sudah terbiasa dengan panggilan nama jika bukan dikantor
"tapi kan!! ya sudah ayo sayang naik tapi janji jangan rewel ya?" ucap barra
"maura sama oma saja sayang" bu sarah masih mencoba merayu namun keadaan darurat membuat barra tak lagi bisa menunggu
"ngga apa-apa ma, nanti barra kabarin kalau sudah tiba disana" barra masuk kedalam mobil dan tama melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang mengingat ada anak bos yang ikut didalamnya
"maura duduk yang tenang dibelakang ya sayang, pakai sabuk pengamannya" ucap barra sambil menggunakan ponselnya
"iya pa, papa tenang saja" jawab anak kecil yang tadi merengek
"kamu sudah hubungi kepala perkebunan disana?" tannya barra pada tama
"sudah, dan beliau bilang warga sangat banyak jadi tak mampu menghadapi kita kalah jumlah. dan tak tahu apa masalahnya warga membakar perkebunan kita" jawab tama yang sudah mencari tahu tentang masalah diperkebunanan milik barra
dalam perjalanan barra menghubungi beberapa orang yang dipercayanya untuk mengawasi perkebunan yang jauh dari pabrik dimana produksi coklat milik barra
******
"ayo bakar semua!!!"
"usir penjajah kampung kita"
suara gemuruh ricuh para warga berteriak didepan rumah kepala perkebunan milik barra
"tenang bapak-bapak, tenang!" bara turun dari mobil setelah perjalanan panjang yang dilaluinya kini ia melihat kepulan asap menjulang kelangit
rasa marah tentu saja ada, namun ia yakin bahwa ada kesalah pahaman yang membuat warga mengamuk
pasalnya selama ini perkebunannya aman-aman saja
"anda siapa! berani menyuruh kami tenang!" ucap salah seorang warga
"kita bicarakan baik-baik pak, saya juga tidak tahu akar permasalahannya." barra masih bersikap tenang
tama sudah meminta bantuan agar api tak menjalar terlalu jauh
"dia penjajahnya, dia adalah pemilik perkebunan ini" seorang warga meneriaki barra dan melempar obor yang menyala dan hampir saja mengenai wajah barra
"apa yang bapak-bapak lakukan" ucap seorang wanita yang datang entah dari mana menangkis obor dengan kayu, yang akan dilemparkan oleh seorang warga pada barra
hingga obor itu terjatuh ketanah
"kalian mau jadi kriminal, dengan membakar orang!!" teriak maura salah satu gadis desa yang cantik jelita
barra terdiam sejenak tanpa berkedip menatap bidadari dihadapannya
"jangan karena ayahmu punya perkebunan banyak disini kamu membela penjajah desa kita" jawab warga yang ikut berdemo
"cukup! cukup. kita bicarakan ini baik-baik tolong kasih saya kesempatan untuk mendengarkan dan menyampaikanjuga pendapat saya" ucap barra dengan suara bass yang membuat maura membalikan badannya
tak disangka dibelakangnya. lelaki yang ditolongnya tadi adalah pria tampan
"itu ada pak kades bagaimana kalau kita bicarakan dulu semuanya" ajak barra menenangkan masa dan melupakan maura yang sedang tidur dimobil sementara tama sibuk membantu memadamkan api
****
dirumah pak kades
"jadi begini bapak-bapak, saya adalah pemilik perkebunan kakao tersebut, lalu ada masalah apa yang membuat para warga membakar perkebunan saya?" tanya barra dengan wajah tegas namun tak menunjukan kemarahannya
barra melihat sekeliling tak lagi melihat gadis cantik penolongnya. yang tiba-tiba datang dan pergi begitu saja
"siapa yang tak marah pak, jangan mentang-mentang anda orang kaya semau-maunya sendiri" kesal warga yang menyampaikan apa yang dirasakannya
"tunggu sebentar, maaf kalau saya boleh tahu apa yang sudah saya lakukan hingga membuat para warga merasa saya curangi" barra masih belum mengerti
"bapak dulu janji akan membeli buah kakao kami dengan harga yang bagus, dan juga tidak akan menggusur tanah warga" jawab pak kades yang mewakilkan keresahan warganya
"bukankah harga yang saya tetapkan untuk petani desa ini sama dengan harga ditempat lain? bahkan lebih mahal jika dibandingkan saya impor dari luar negeri. dan saya tidak paham dengan maksud bapak penggusuran tanah warga" barra merasa ada yang menghianatinya
"tidak usah berbohong pak, kami bukan orang bodoh" teriak warga lagi
"tenang, sekarang tunjukan pada saya berapa harga yang warga terima dari hasil penjualan?" barra meminta bukti agar tak semakin ricuh sore pun menjelaang
"astaga maura!!" barra teringat maura masih dimobil
barra berlari cepat meninggalkan para warga yang kebingungan
**
"tenang ya sayang, ada kakak disini jangan menangis lagi ya. kamu hafal nomer ponsel ayahmu?" tanya maura pada gadis kecil yang masih menangis mencari ayahnya
"engga! papa aku takut pa" maura kecil terus menangis ia ketakutakan didalam mobil yang terkunci dan ditinggalkan oleh papanya begitu saja
untung saja maura segera mendengar suara tangisan dan terpaksa memecahkan kaca mobil mewah yang terparkir demi menyelamatkan anak kecil didalamnya
"maura!!!! maura" suara teriakan memanggil nama maura berkali-kali
"ya"
"papa"
kedua maura menjawab bersamaan saat namanya keduanya dipanggil
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ovi
lnjut kk
2023-07-21
1
itanungcik
oooooo sama sama maura namanya..
2023-05-11
1