Setelah menyerahkan barang bukti yang mereka temukan di tempat kejadian perkara, penemuan jasad Odel dan Erik, kedua detektif kali ini pergi ke sebuah toko di bagian bawah kota.
Nama sebuah toko tertulis jelas di atas sebuah tisu dan dari sana akhirnya detektif Keiko dan Egan dengan mudah mendapatkan lokasi toko tersebut.
Sesampainya di lokasi, ternyata toko yang mereka datangi adalah sebuah toko kelontong yang menjual segala kebutuhan harian masyarakat.
Namun dilihat dari bentuk dan konsidinya saat ini, terlihat jelas bahwa toko ini sudah lama tak peroperasi dan dibiarkan terbengkalai begitu saja oleh pemiliknya.
Detektif Egan memeriksa ponselnya dan mendapatkan informasi bahwa ternyata toko kelontong itu ternyata atas nama Odel.
“Toko sudah dibuka sejak sekitar tiga tahun lalu dan nama pemiliknya adalah Odel Arian,” ujar detektif Egan membacakan apa yang tertulis d ponselnya.
“Berarti kemungkinan kita menemukan Diatmika akan semakin besar,” wajah detektif Keiko berubah berseri saat mengetahui bahwa mungkin hari ini dia akan menemukan Diatmika.
“Kemungkinan akan selalu ada Kei,” detektof Egan berusaha memberikan dorongan semangat baru untuk rekannya.
Keduanya kini mulwi menyisir segala sudut bahian luar toko itu namun sepertinya kali ini tidak ada satu pun hal yang mencurigakan yang bisa mereka temui.
“Bagaimana kalau kita coba masuk? Toh si pemilik sudah meninggal, kita tak bisa meminta ijin padanya,” ujar detektif Egan.
“Baiklah. Kita bisa periksa bagian dalam toko ini,” balas detektif Keiko menyetujui apa yang rekannya usulnya.
Kedua detektif berjalan kebagian belakang gedung toko tersebut dan mencari pintu masuk untuk bisa masuk.
“Egan!“ panggil deyektif Keiko saat menemukan sebuah pintu.
Detektif Egan segera menghampiri dan dengan sigap berusaha membuka pintu yang berada di hadapannya.
“Keras juga ini,” ujar detektif Egan.
“Bagaimana kalau kita dobrak aja? Suda kepalang tanggung,” usul detektif Keiko.
“Lo mundur deh,”
Detektif Keiko menuruti saran rekannya. Dia mundur beberapa langkah untuk memberi ruang untuk detektif Egan melakukan ancang-ancang untuk mendobrak pintu belakang toko itu.
'BRAAAKK!!“ dan pintu itu terbuka dengan lebar.
Kedua detektif itu masuk bersamaan ke dalam toko itu. Pemandangan di sana tak seperti yang mereka pikirkan sebelumnya. Walau toko itu sudah lama tak beroperasi namun bagian dalam toko itu tidak berantakan sama sekali. Justru semua barang tertata dengan rapi dah apik.
Beebagai jenis makanan baik yang dibungkus dengan plastik atau pun kaleng ditata rapi di rak-rak yang juga tersusun rapi yang akhirnya membentuk beberapa lorong. Begitu pula beberapa jenis minuman dalam kaleng dan botol.
Kedua detektif berpancar guna menyisir toko tersebut berharap menemukan apapun yang bisa membantu mereka kepada Diatmika atau kasus pembunuhan Odel dan Erik
Sekali lagi, semua nampak normal di mata kedua detektif yang sudah berpengalaman itu. Walau pun sudah dua kali bolak balik semua masih tak terlihat mencurigakan.
“Bagaimana?“ tanya detektif Egan ketika keduanya bertemu di depan meja kasir.
“Tak ada yang aneh.“
“Justru ini membuatku semakin curiga.“
“Lantas apa lagi yang perlu kita periksa?“
Detektif Egan masuk ke dalam bagian kasir dan berusaha kembali mencari apapun yang bisa mereka jadikan petunjuk, “Mungkin ada sesuatu di sini.“
Detektif Keiko tak mengikuti rekannya. Dia hanya melihat dari sebrang sisi.
“Bagaimana?“ tanya detektif Keiko.
Detektif Egan yang masih sibuk memeriksa setiap sudut tak menjawab pertanyaan rekannya tersebut.
Lalu karena itu, detektif Keiko memilih untuk memeriksa tempat lain untuk menghilangkan rasa penasarannya terhadap tgedung toko tersebut.
Detektif Keiko terus berjalan menuju bagian belakang gedung itu dan berinisitif memanggila nama teman masa kecilnya, “Diatmika!?“
Namun ternyata dia tak mendapatkan jawaban sama sekali walau beberapa kali memanggil.
Langkah detektif Keiko terus berlanjut hingga dia sampai di sebuah ruangan penimpanan barang-barang dagangan di toko itu. Banyak sekali kardus-kardus yang juga tersusun rapi sama seperti barang yang berada di ruang penjualan di depan sana.
Sempat juga detektif Keiko memperhatikan kardus-kardus itu dan hampir di setiap kardus tertera masa kadaluarsa produk dan sebagian besar dari mereka memiliki masa kadaluarsa yang masih jauh.
Detektif Keiko kembali melanjutkan langkahnya, masih berusaha mencari petunjuk hingga akhirnya sebuah pintu yang terbuat dari besi menghentikan langkahnya.
“Egan! Egan!“ Teriaknya memanggil rekannya yang masih sibuk menggeledah meja kasir di depan.
“Aku segera ke sana!“ teriak detektif Egan dari arah depan sambil berjalan menuju bahian belakang degung toko itu, menghampiri rekannya yang masih berdiri kaku melihat ke arah pintu besi itu.
“Coba lihat ini,” ujar detektif Keiko.
“Wooowww!“ ujar detektif Egan kagum melihat pintu di hadapannya.
“Apa kira-kira yang ada di nelakang pintu ini?“ tanya detektif Keiko.
“Bisa apa saja tentunya. Tapi aku rasa ini pintu dari lemari pendingin raksasa.“
“Maksud lo?“
“Macam tempat penyimpanan daging-dagingan agar selalu fresh.“
“Tapi gue ngga lihat toko ini menjual daging, ikan, ayam atau sebagainya,” ujar detektif Keiko dengan yakin.
“Mungkin mereka ngga sempet mengeluarkan stok mereka atau mungkin memang mereka tidak memiliki stok daging di sini.“
“Kalau memang mereka ngga memiliki stok daging, kenapa ruangan itu tetap menyala,” ujar detektif Keiko yang menyadari bahwa asusmsi rekannya bahwa intu adalah ruangan pembeku ternyata benar ketika dia melihat sebuah layar sentuh yang sepertinya mengatur temperatur di dalam ruangan.
Detektif Egan menghampiri layar tersebut dan memperhatikan dengan teliti lalu berkata, “Di sini hanya ada pengaturan suhu. Taka da daftar isi dan cara membukanya.“
Detektif Keiko lalu berusaha memperhatikan pintu besi itu baik-baik. Dia memang melihat sebuah gagang pintu dan berusaha membukanya namun ternyata terkunci. Detektif Keiko kembali memeriksa pintu itu berusaha menemukan bagaimana cara membukanya atau paling tidak lubang kunci.
“Bagaimana?“ tanya detektif Egan.
“Gue ngga bisa menemukan apapun di sini,” jawab detektif Keiko tanpa menghentikan usahanya mencari.
Detektif Egan yang penasaran itu memeriksanpintu besi itu dan kini kedua tangannya mulai merabai pintu besi itu hingga akhirnya di sebuah bagian pintu itu terdorong ke dalam sedikit dan menunjukan sebuah sebuah lubanb kunci.
“Apa itu?“ tanya detektif Keiko kaget.
“Entahlah. Mungkin ini lubang kunci yang kita cari,” jawab detektif Egan.
Detektif Keiko dan Egan sedikit berjongkok memperhatikan lubang kunci yang baru mereka temukan itu dengan seksama.
“Dimana kita bisa menemukan kuncinya? Gue ngga lihat ada kunci apapun di gedung toko ini,“ ujar detektif Egan
“Jangan-jangan…”
“Jangan-jangan kenapa?“
“Apa mungkin kunci pintu ini adalah kunci yahg biasa dibawa oleh Odel kemana-mana selama ini?!“
“Maksud lo, kunci yang ada di ruangan Aris dan sedang dia teliti?“
“Mungkin aja kan!? Apa gue bilang, harusnya gue bawa kunci itu tadi,” gumam detektif Keiko merasa kesal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments