Kode 810 : Hilangnya Diatmika
Telepon di meja kerja detektif Keiko berdering saat dia sedang memriksa beberapa berkas kasus yang sudah selesai dia dan rekannya, detektif Egan pecahkan selama beberapa bulan ini.
KRIINGGGG
KRIINGGGG
KRIINGGGG
“Selamat pagi, dengan detektif Keiko di sini. Ada yang bisa saya bantu?“ ujar detektif Keiko saat menjawab panggilan telepon itu
“Keiko?!“ ujarvorang di sebrang telepon dengan ragu.
“Iya betul. Dengan siapa saya bicara?“
“Ini saya, Ibu Alana. Apakah kamu masih kenal saya nak?“ tanya orang di sebrang telepon.
“Oh ibu Alana!? Apa kabar bu? Tentu saja masih ingat ibu. Bagaimana mungkin saya bisa melupakan orang sebai ibu," ujar detektif Keiko penuh suka cita.
“Syukurlah kalau kamu masih ingat saya. Saya menghubungi kamu karena butuh pertolongan kamu.“
“Butuh pertolongan saya? Oh tentu, dengan senang hati saya akan bantu kalau bisa bu. Katakan saja,” jawab detektif Keiko antusias.
“Sungguhkah kamu mau bantu saya nak?“ tanya bu Alana penuh harap.
“Tentu. Kita ini sudah seperti saudara bu. Anda sudah seperti ibu buat saya, begitu pula Diatmika sudah seperti adik saya sendiri.“
“Ini memang tentang Diatmika,” suara bu Alana berubah sendu.
“Ada apa dengan Diatmika?“ suasana hati detektif Keiko ikut berubah menjadi cemas saat mendengar ucapan bu Alana itu.
Bu Alana terdiam selama beberapa menit, tak menjawab pertanyaan detektif Keiko hingga harus detektif Keiko harus memanggil satu kali lagi.
“Diatmika, anak ibu satu-satunya itu sudah sejak beberapa hari lalu tak ada kabarnya sama sekali. Saya sudah berusaha menghubungi ponselnya tapi tak juga tersambung.“
“Sudah berapa hari?“ tanya detektif Keiko.
“Saya tidak yakin pastinya. Namun yang saya ingat dan sadari ketidak hadiran Diatmika sejak saya sadar dari operasi kira-kita sudah satu minggu.“
“Kenapa ibu baru menghubungi aku sekarang? Kenapa tidak dari hari kedua atau ketiga?“
“Awalnya ibu pikir, mungkin Diatmika hanya sedang sibuk bekerja di tempat kerja part-time seperti biasa. Tapi setelah ibu tunggu selama beberapa hari, dia tak kunjung mendatangi ibu ke rumah sakit.“
"Ibu sudah berusaha bertanya dengan perawat di sana?" tanya detektif Keiko.
"Soal kehadiran Diatmika di rumah sakit? Oh tentu saja sudah nak. Mereka bilang, selama saya di rumah sakit Diatmika tak pernah datang menjenguk ibu."
Detektif Keiko terdiam sejenak seraya berpikir namun dengan cepat sia memberi jawaban untuk bu Alana.
“Baiklah bu, saya akan coba bantu mencari Diatmika bu.“
“Benarkah? Apa kamu akan menolong saya?“
“Tentu saja. Sudah saya katakan bukan kalau kita ini keluarga, saya akan bantu semaksimal yang saya bisa,” detektif Keiko terus berusaha meyakinkan.
Kemudian detektif Keiko memberikan nomer ponselnya agar dia dan bu Alana bisa saling terhubung dengan mudah.
Setelah menutup telepon dari bu Alana, detektif Keiko menghampiri rekannya yang sedang merapikan tumpukan map berisi kumpulan file di atas meja kerjanya.
“Ada apa?“ tanya detektif Egan menyadari kehadiran rekannya itu.
“Ehm… “
Detektif Egan menghentikan kegiatannya dan mengarahkan pandangannya kepada rekannya yang masih berdiri di samping mejanya, terlihat dalam keadaan bingung.
“Katakan saja Kei, ada apa?“
“Kalau kita cari orang hilang, bisa ngga sih?“
“Bisa saja sebenernya. Kita bisa coba tanya ke divisi orang hilang, kebetulan gue ada kenalan di sana.“
“Kalau kita sendiri yang cari, bisa ngga?“
Detektif Egan mengerutkan dahinya dan bertanya, “ Siapa yang hilang sih?“
Detektif Keiko menyeret kursinya mendekat ke meja kerja detektif Egan, duduk lalu mulai bercerita.
“Seorang anak perempuan yang dulu tinggal bersebelahan dengan rumah orang tua gue saat kami berdua sama-sama masih kecil. Tadi itu ibunya, yang sudah gue anggap seperti ibu sendiri menghubungi gue, khusus mencari gue minta tolong untuk bisa bantu cari anaknya yang hilang.“
“Sedekat itukah kalian?“
“Iya, sedekat itu gue dan Diatmika. Makanya gue mau untuk bisa ikut terlibat dalam pencarian Diatmika.“
“Coba lo tanya ke pak Brox, gue bantu ngomong,“ detektif Egan menawarkan diri untuk membantu rekannya.
“Bener nih, gan? Lo bener mau bantu?“
“Ayo cepet kita ke ruangan pak Brox sekarang,“ detektif Egan tak ingin mengulur waktu dan membuat rekannya berubah pikiran dan mundur untuk berbicara dengan pak Brox.
Kemudian kedua detektif itu pun melangkah menuju ruangan khusus milik pak Brox secara bersama-sama.
TOKK
TOKK
TOKK
Detektif Egan mengetuk pintu dan langsung dipersilahkan masuk oleh pak Brox dari dalam ruangannya.
“Ada apa, apakah kita memiliki kasus?“ tanya pak Brox saat kedua detektif itu berdiri di hadapannya.
“Sebenarnya memang ada kasus pak tapi …” ujar detektif Keiko.
“Tapi apa? Lanjutkan.“
“Kasus ini sebenarnya bukan milik divisi kita, pak tapi kebetulan menyangkut keluarga bagi detektif Keiko,” detektif Egan meneruskan, membantu detektif Keiko yang tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Kasus apa sebenarnya?“ tanya pak Brox lagi.
“Kasus orang hilang pak.“
“Siapa yang hilang detektif Keiko? Adikmu? Kakakmu? Sepupumu?“ terdengar juga kekhawatiran di nada bicara pak Brox.
“A— Adik saya pak. Bisa dikatakan seperti itu,” jawab detektif Keiko ragu.
“Lantas apa yang kalian akan lakukan sekarang?“ tanya pak Brox.
“Rencananya kami ingin meminta izin anda agar saya dan detektif Keiko bisa ikut terjun langsung dalam proses penyelidikan ini, membantu para detektif dari divisi pencarian orang hilang,“ jawab detektif Egan.
Pak Brox tertegun sejenak berusaha menimbang-nimbang keputusan apa yang akan dia berikan untuk kedua detektif dihadapannya itu.
“Kasus ini belum ditangani oleh divisi orang hilang, pak. Ibu dari adik saya yang hilang ini menghubungi saya barusan pak,” ujar detektif Keiko.
“Oh seperti itu. Baik, saya akan bantu kamu membuat laporan saudara kamu yang hilang itu sekaligus meminta kalian untuk bisa juga dilibatkan dalam proses penyeledikan dan pencarian.“
Air muka detektif Keiko berubah berseri saat mendengar pernyataan dari pak Brox itu. Berkali-kali deyektif Keiko mengucapkan terima kasih kepada pak Brox.
Pak Brox langsung menghubungi divisi terkait saat itu juga, saat kedua detektif masih ada di dalam ruangannya.
Divisi orang hilang adalah sebuah divisi yang membantu dalam proses pencarian orang hilang.
“Terima kasih banyak letnan. Saya sangat menghargai bantuan anda,” ujar pak Brox sebelum akhirnya menutup sambungan telepon yang dia lakukan di hadapan dua detektif di divisinya.
“Jadi bagaimana pak?“ tanya detektif Egan.
“Seperti yang kalian barusan dengar. Letnan Arjuna memberikan izin untuk kalian terlibat langsung dalam kasus kali ini.“
Sekali lagi, detektif Keiko mengucapkan terima kasih kepada atasannya itu.
“Bekerjalah sebaik biasanya. Saya harap kamu segera bisa menemukan adik kamu itu,” ujar pak Brox.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ismi Kawai
lanjuuuutt...
2023-05-07
1