Surat dari Danar

Kehidupan di kota tidak semudah yang orang bayangkan. Danar bekerja dengan melakukan yang terbaik menurutnya, tapi entah mengapa ada saja ujian yang harus ia lalui.

Padahal ini hanya bekerja sebagai pencuci motor dan mobil, tapi beberapa temannya di tempat kerja terlihat tidak menyukainya dan selalu mencari kesalahannya setiap saat.

Dan hari ini ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi tiba-tiba dirinya telah di tuduh mencuri oleh salah satu teman kerjanya.

“Danar, kau mengaku saja, katakan kamu yang mengambil ponsel terbaru ku kan?!” teriak seorang pria yang terlihat marah.

“Maaf, Bang. Saya gak mencuri, benaran bang,” Danar memohon untuk tidak di sudutkan oleh teman-temannya di sana.

Baru satu bulan bekerja, dan minggu kemarin dia baru merasakan eneknya menerima gaji pertama. Dengan adannya masalah ini Danar merasa takut jika dirinya akan di pecat.

“Saya bersumpah bang, saya gak mencuti.”

“Halah! Diam kamu! Selama ini kita bekerja gak ada kehilangan seperti ini, baru kamu masuk aja banyak kejadian mencurigakan. Mencari muka di depan Bos, dan sekarang mencuri... Cek! Dasar anak kampung!”

Danar sangat tersinggung dengan ucapan itu. Tapi mengingat dia sendiri dan mereka lebih banyak, tak memungkinkan rasannya dia menang.

Dia hanya bisa menjelaskan, tapi jika tidak di dengar ia juga memilih diam saja lagi.

Keesokan harinya apa yang ditakutkan benar- benar terjadi. Pagi-paginya ia sudah di panggil oleh bosnya, dengan gugup dan rasa cemas dia mendatangi bosnya itu.

“Pagi, Pak.”

“Mm, pagi...” Pria paruh baya itu diam sebentar, lalu ia mulai berbicara. “Saya sudah mendengar kabar dari teman-temanmu. Apa itu benar Danar?” tentu saja sebagai seorang bos dia harus mendengar dulu masalah kedua belah pihaknya. Meskipun pada akhirnya keputusan tetap sama, ini hanya sebagai bas-basi saja.

“Saya sudah menjelaskannya pada mereka kemarin, pak. Bukan saya yang ambil... Tapi sepetinya masih bersikeras menuduh saya,” ucap Danar menjelaskan.

“Jadi maksud kamu yang lain berbohong? Mereka sengaja menjebakmu begitu?”

Danar sedikit terkejut. Tidak ada sedikit pun pikiran itu terlintas di dalam pikirannya, tapi mengapa bosnya bisa menebak kesana?

“Saya tidak bilang begitu, pak.”

Pria paruh baya itu menarik nafas panjang. Meskipun sepertinya dia mengetahui sesuatu, tapi sepertinya dia malas memperjelasnya.

“Maafkan saya, tapi disini mereka karyawan lama saya, dan mereka semuanya tidak mungkin saya pecat. Danar... Dengan berat hati terpaksa kamu saya pecat...,”

“Tapi Pak, saya kan gak bersalah,”

“Keputusan ini tidak bisa kamu ganggu gugat Danar, sudah untung masalah ini gak di perpanjang, mulai besok kamu gak usah kerja lagi. Dan ambil gaji kamu selama satu minggu ini,”

Danar tidak bisa lagi berkata apa-apa. Dengan lesu terpaksa ia terima gaji terakhir itu, meskipun dalam hati rasannya masih belum rela menjadi pengangguran lagi sekarang.

“Di dalam sana sudah saya tambahkan beberapa puluh ribu. Melihat kerjamu yang cukup bagus dulu, anggap saja itu sebagai bonusmu,”

“Iya, terima kasih pak.”

Siang itu juga Danar pergi dari sana. Tanpa dia sadari di belakang sana teman-temannya tertawa senang.

Sikap Danar yang begitu rajin dan terlalu polos terkadang membuat mereka kesal. Beberapa kali Karyawan disana dimarahi karena terlalu santai sedangkan Danar begitu rajin dan sering di puji oleh bos mereka.

Sikap Danar yang terlalu polos membuat mereka sering dalam masalah, dia tidak tahu istilah tenggang kawan. Ada suatu hari, dimana bosnya bertanya apakah kawan-kawannya yang lain membatunya, dan dengan polos Danar menjawab tidak. Saat itu mereka semua kecuali Danar kena marah.

Dan saat itulah mereka tak menyukai pemuda itu lagi.

****

Sudah dua hari dirinya menjadi pengangguran. Danar menatap lembaran uang di depannya yang tidak seberapa. Rencananya ia ingin menabung, tapi berhubung sekarang ia menjadi pengangguran, ia tak yakin uang ini akan bertahan lama.

“Sebaiknya aku membeli beberapa pakaian yang lebih baik,”

Danar bertekat akan segera mencari kerja lagi. Tapi sebelum itu bukankah lebih baik ia memperbaiki penampilan agar mudah mencari pekerjaan.

Setidaknya sekarang dia punya ijazah SMA, bukankah dia bisa mendapatkan pekerjaan di toko?

Jika dia rapi, pasti orang-orang mau merekrutnya, tapi jika dia masih dekil seperti sekarang ia akan kesulitan lagi. Palingan dia hanya bisa mencari kerja di tempat pencucian mobil lagi.

Tidak apa-apa dia menghabiskan uangnya sedikit, agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Danar segera beranjak. Ia harus cepat-cepat bergerak dan mempersiapkan segalanya untuk hari esok mencari pekerjaan.

“Aku harap tuhan membatuku,” gumamnya sambil berdoa.

***

DI SEKOLAH....

“Tata! Tata...” Seorang guru yang terlihat sudah tua berteriak memanggil siswinya. “Cepat kesini, ada yang ingin ibu katakan.”

Gadis kecil itu segera berlari, “Ada apa Bu?”

“Ikut ibu ke kantor. Ada yang ingin ibu guru katakan,”

Tata dengan patuh mengikuti guru itu. Dalam hati ada rasa cemas, gadis yang sudah duduk di bangku kelas 5 SD itu terlihat takut-takut.

Saat sampai di ruang guru, tata tak berani masuk. Jadi dia hanya menunggu diluar, saat Ibu guru Susan keluar dan memanggilnya barulah dia berani masuk.

“Ada kiriman dari kantor Pos untukmu. Kotak ini atas nama Tata dan Naura, jadi ibu berikan pada kamu saja ya. Jangan dibuka dulu, bawa pulang dan berikan pada orang tuamu” Ucap Ibu Susan menjelaskan.

Tata hanya tertegun. Dia bingung, memangnya siapa uang mengirimkan surat dan kotak ini untuknya.

Di zaman ini belum begitu maju. Orang-orang di kampung masih mengirim surat, uang dan barang lewat pos.

“Biak, Bu.”

Tata membawanya dengan hati-hati. Meskipun kotak itu tidak keci dan juga tidak besar, tapi gadis itu sedikit kesulitan untuk menyembunyikannya di dalam tas.

Untungnya sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi.

.....

Saat sampai di rumah Tata langsung menyerahkan barang kiriman itu pada Ibunya. Untungnya saat itu Hanum ada di rumah, hanya Hasan yang sedang pergi keluar untuk bekerja di ladang orang.

“Apa ini,”

“Aku juga gak tahu Ibu. Guru tadi bilang hanya menyuruhku bawa pulang, dia juga berkata nama pengirimnya akan terlihat setelah surat itu di buka.”

Hanum adalah wanita tua di Desa, bagaimana bisa dia membaca. Saat dia membuka surat dan melihatnya, dia langsung menyodorkan kertas itu pada Sang putri.

“Bacakan, ibu ingin mendengarnya.” Perintah Hanum dengan cepat.

Tidak banyak tulisan di sana, hanya da beberapa kalimat saja.

‘Assalamualaikum Ibu, ayah. Apa kabar? Maaf jika aki pergi tanpa pamit, tapi aku berjanji akan kembali suatu hari nanti.

Bu, aku bekerja disini. Ada beberapa yang ingin aku berikan pada kalian. Aku harap kalian menerimanya. Aku harap ini bisa membatu ibu secukupnya.

Salam sayang dari: Danar’

....

Hanum terisak saat mendengar kata-kata singkat dari putranya yang telah pergi dua bulan ini tanpa kabar sedikit pun.

Hanum membuka kotak itu, dia kembali menangis saat tahu jika putranya mengirimkan beberapa helai baju dan juga satu amplop putih.

Disana ada uang Rp 300.000. Hanum benar-benar terkejut.

“Abang kalian mengirimkan kita Uang... Ya tuhan... Apa putraku di sana baik-baik saja?”

Andaikan Danar ada di depannya kini, ia pasti mengalikan uang ini. Di Tidak ingin menyusahkan anaknya, menerima uang ini membuat Hanum merasa malu.

****

Jangan lupa tingalkan jejak....

Episodes
1 Dihina keluarga sendiri
2 Padi yang dimakan burung
3 Mau ujian
4 Tertekan
5 Siapa pencurinya?
6 Haruskah pergi?
7 Kepergian Danar
8 Karena dia miskin
9 Penyesalan
10 Perjuangan yang panjang
11 Surat dari Danar
12 Kisah masa lalu
13 Rasa yang berbeda
14 menyakitkan
15 Petaka 1
16 Tak ingin dilahirkan
17 Rasa sakit yang sebenarnya
18 Ingin pergi 1
19 Ingin pergi 2
20 Menunggu masa depan
21 Kembali untuk membuktikan
22 Ada batasannya
23 Kenangan atau dendam?
24 Alasan menjadi pencuri
25 Kenapa bertemu sekarang?
26 Bertengkar dan ingin balas Dendam
27 Danar yang tersipu
28 Tante yang cerewet 1
29 Ruang sunyi membuat bahagia
30 Kekesalan Naura
31 Pembalasan Naura
32 kepergian Danar ke kota
33 Mulai berbisnis
34 Aku di didik dan Kamu tidak!
35 Hengki dan Ema yang mencurigakan
36 Kebaikkan untuk berbagi
37 Takut untuk menyerah
38 Tata kembali
39 Tata kembali 2
40 Kabar yang membuat heboh
41 Penyesalan yang tidak berarti
42 Bibi Rosi yang jahat
43 Solusi yang sulit
44 Penolakan yang menyakitkan
45 Tata kembali kerumah
46 Tidak disangka akan begini
47 Tak boleh asal pilih
48 Andai dari dulu
49 Dimasa depan
50 Hati yang busuk akan tetap busuk
51 Mantan berulah
52 Kelahiran jagoan
53 Bertemu dengan Om Sandi
54 Pilih kasih
55 Apa kamu sudah bertanya padanya?
56 Biarkan karma yang berjalan
57 Balasan seperti apa yang inginku beri?
58 Akankah membawa adik?
59 Om Sandi datang
60 Melamarmu
61 Luar biasa mengejutkan
62 Tertunda karena Masalah
63 Calon menantu?
64 Hampir selesai
65 terbongkar
66 Om Jijik gak?
67 Bagaimana balasannya?
68 Naura menerima
69 Doa terakhir (Tamat)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Dihina keluarga sendiri
2
Padi yang dimakan burung
3
Mau ujian
4
Tertekan
5
Siapa pencurinya?
6
Haruskah pergi?
7
Kepergian Danar
8
Karena dia miskin
9
Penyesalan
10
Perjuangan yang panjang
11
Surat dari Danar
12
Kisah masa lalu
13
Rasa yang berbeda
14
menyakitkan
15
Petaka 1
16
Tak ingin dilahirkan
17
Rasa sakit yang sebenarnya
18
Ingin pergi 1
19
Ingin pergi 2
20
Menunggu masa depan
21
Kembali untuk membuktikan
22
Ada batasannya
23
Kenangan atau dendam?
24
Alasan menjadi pencuri
25
Kenapa bertemu sekarang?
26
Bertengkar dan ingin balas Dendam
27
Danar yang tersipu
28
Tante yang cerewet 1
29
Ruang sunyi membuat bahagia
30
Kekesalan Naura
31
Pembalasan Naura
32
kepergian Danar ke kota
33
Mulai berbisnis
34
Aku di didik dan Kamu tidak!
35
Hengki dan Ema yang mencurigakan
36
Kebaikkan untuk berbagi
37
Takut untuk menyerah
38
Tata kembali
39
Tata kembali 2
40
Kabar yang membuat heboh
41
Penyesalan yang tidak berarti
42
Bibi Rosi yang jahat
43
Solusi yang sulit
44
Penolakan yang menyakitkan
45
Tata kembali kerumah
46
Tidak disangka akan begini
47
Tak boleh asal pilih
48
Andai dari dulu
49
Dimasa depan
50
Hati yang busuk akan tetap busuk
51
Mantan berulah
52
Kelahiran jagoan
53
Bertemu dengan Om Sandi
54
Pilih kasih
55
Apa kamu sudah bertanya padanya?
56
Biarkan karma yang berjalan
57
Balasan seperti apa yang inginku beri?
58
Akankah membawa adik?
59
Om Sandi datang
60
Melamarmu
61
Luar biasa mengejutkan
62
Tertunda karena Masalah
63
Calon menantu?
64
Hampir selesai
65
terbongkar
66
Om Jijik gak?
67
Bagaimana balasannya?
68
Naura menerima
69
Doa terakhir (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!