"Kita lapor polisi," ide Marta, sahabat terdekat Dinia. Gadis itu tak punya banyak kenalan, hanya Marta yang bisa dia percayai sejak mereka masih SMA.
Dinia masih berpikir. Dia tatap wajah bayi dalam gendongan. "Kalau ayahnya tidak ketemu, anak ini akan dibawa ke mana?"
"Mungkin panti asuhan. Bukannya di sana banyak anak-anak yang dibuang atau malah kehilangan orang tuanya?"
Jawaban Marta malah membuat jantung Dinia mencelat. "Malam tadi gerimis. Dia di dalam dus sendiri. Tempat sampah itu bau. Dia menangis, tidak ada yang mendengar. Entah pura-pura tidak mendengar." Tatapan mata Dinia terlihat dalam.
"Dinia, manusia di dunia saat ini kesusahan. Kamu tahu, anak muda sekarang banyak yang tidak ingin menikah dan punya anak. Kamu contohnya. Apalagi ambil anak orang." Marta meraih tissue untuk mengelap mulutnya setelah memakan biskuit. Hanya sepotong, dia sedang diet karena berat badannya sudah mencapai berat enam puluh kilo.
Masih duduk di sofa apartemennya, Dinia menepuk pelan tubuh bayi itu hingga berhenti menangis. Sudah dia berikan susu satu botol. Apa yang tidak paham tentang cara mengasuh bayi, Dinia cari di internet.
"Jangan lama-lama, kita telepon saja sekarang." Tangan Marta sudah mengulur. Dia hendak mengambil gagang telepon.
"Tidak! Aku akan berpikir. Berikan aku waktu," tolak Dinia.
"Memikirkan apa?" Marta heran dengan isi otak sahabatnya itu. Dalam satu tahun ini Dinia menciptakan banyak kejutan. Dia mengalami depresi hingga minum obat penenang, menolak saat dilamar cinta pertamanya, berikrak tidak akan menikah dan kini membawa bayi entah dari mana.
Sedang Dinia memeluk bayi itu. "Aku bilang tidak ingin menikah, bukan tidak ingin punya anak."
"Dinia, please! Jangan mulai lagi!" Marta sudah malah mendapatkan pertanyaan dari kedua orang tua Dinia. Sungguh, dia tidak tahu. Tak segala hal Dinia akan terbuka padanya.
"Aku ingin anak ini."
"Kalau ayahnya nanti mengambil?"
"Itu salah dia! Lagipula orang bodoh mana yang buang anak sembarangan dan bilang akan jemput saat sudah sukses? Memang dia bisa tahu siapa orang yang ambil?" Dinia menggunakan logikanya.
"Kalau saat itu dia lihat kamu ambil bayi ini diam-diam?"
"Gak ada siapa pun di sana. Hanya aku dan bayi ini!" tegas Dinia.
"Terus? Orang tua kamu gimana? Anak ini pasti akan sakit hati kalau orang terus menyebutnya anak angkat. Undang-undang negara kita?" Marta berusaha untuk membujuk Dinia.
"Anak ini tak perlu tahu?"
"Keluargamu bukan orang biasa. Keluarga Kenan hampir memiliki setengah negera ini. Ayahmu dulu artis populer. Nenekku saja kenal dia. Mana mungkin orang tidak akan tahu? Dinia, kamu itu siswa terpintar di kampus? Kenapa selalu ambil keputusan bodoh?" Marta rasanya ingin menapar Dinia bolak-balik. Lebih baik posisi mereka ditukar saja, kasihan Dira Kenan punya anak gadis seperti ini.
"Aku akan kacaukan pemikiran publik. Aku akan ke luar negeri minggu ini selama setahun. Kemudian aku akan pulang dan kenalkan anak ini ke publik sebagai anakku."
Marta memutar bola matanya. "Lakukan saja apa yang kamu mau, Dinia. Percuma aku bicara pun, didengar saja tidak."
Namun, Dinia sudah terlanjur jatuh hati. Apalagi saat bayi itu memegang jarinya dengan kuat. Matanya mencoba terbuka dan mengenali wajah Dinia. "Kata siapa aku akan sendiri seumur hidup? Kamu akan temani aku. Iya, kan?" Dinia bicara pada bayi itu.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Noy Fendi
apa kena kasus pelecehan kah atau apa dinia, sampe trauma ga ada sebab
2023-12-07
0
nengkirana
ya ampuunnn trauma knpa ya mpe minum obat penenang sgala?? dira n bia apa tau slma ini? knpa gak jujur ma kris?
2023-07-04
0
A - 𝐙⃝🦜
dalam sekali 🤕
2023-06-24
0