Ejekan dan kata godaan niatan candaan terus Diba lontarkan namun suara ketukan pintu rumah membuat Diba menghentikan aksinya. "Ish, ganggu, siapasih yang bertamu malam-malam begini." Beranjak berdiri melangkahkan kaki menuju pintu utama dan membuka pintu yang juga diikuti oleh Kay yang turut serta melihat tetamu yang datang menghampiri.
Diba diam terpaku bagaikan patung melihat tamu yang datang menghampiri rumahnya "Anda" menunjuk salah satu tamu yang hadir.
"Sesuai janji saya tempo hari dulu nona Maisara Adiba."
"Saya sedang tidak menerima tamu," jawab ketus Diba.
"Diba," tekan panggilan yang dilakukan Kay dan Kay berjalan menghampiri lebih dekat pada tetamu yang datang tiga orang. "Jangan seperti itu, tidak sopan."
"Diba tidak mau kakak," berlalu pergi meninggalkan tamu dan kedua kakaknya menuju kamar pribadinya.
Kay melihat Diba berlalu begitu saja dan kembali beralih pandangannya pada tamu yang masih berada di hadapannya. "Maaf pak, mau cari siapa ya?"
"Marzuki Aldibira kakak dari Maisara Adiba."
"Ada pak didalam, mari silahkan masuk dulu."
Bira yang kembali duduk di ruang tamu sambil menonton serial televisi sedikit kebingungan melihat tingkah Diba yang tampak sedang kesal, berjalan melewatinya dan menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak lama kemudian Kay kembali bersama tiga orang asing menghampiri.
Dia yang melamar Diba sepekan yang lalu monolog batin Bira setelah melihat salah satu tamu yang datang menghampiri.
"Silahkan duduk, pak, bu," tersenyum dan kemudian Kay melangkahkan kakinya menuju dapur dengan meninggalkan para tamu bersama dengan tuan rumah.
Bira menatap datar para tamu yang datang, tanpa ada sepatah kata yang terlontar dari mulutnya.
"Heum," ayah dari Doni berdehem sebagai pembuka acara mengungkapkan maksud kedatangan mereka. "Maaf menganggu waktunya. Saya Albert Nios Khalil dan ini istri saya Selina Marton Khalil," menunjuk dan tersenyum pada Bira.
Bira masih diam menyimak menatap datar pada lawan bicaranya.
"Dan ini yang terakhir adalah anak sulung saya Andonios Khairaz Khalil."
"Senang bertemu dengan Anda tuan Andonios," Bira tersenyum dan menatap dalam pada Doni.
"Saya juga senang bisa bertemu dengan Anda tuan Marzuki Aldibira."
Saling tatap menatap tajam terjadi diruang tamu tersebut yang bermula suasana tenang aman dan nyaman kini terasa suram dan sedikit mencekam.
Kay datang bersama nampan yang berisi cemilan dan juga minuman sebagai hidangan yang ia berikan pada tamu yang datang menghampiri.
Kay sedikit merasa merinding melihat tiga pasang mata yang dihadapan matanya saling menatap tajam bahkan kekasihnya yang biasanya terlihat ramah dan hangat terlihat seram kali ini.
Kay bergegas menyimpan nampan yang ia bawa pada meja yang terletak tepat didepan tamu, yang kemudian Kay juga ikut bergbung duduk bersama tamu, Kay duduk disamping Bira.
"Mari, silahkan diminum," mengangguk dan tersenyum sambil membuka tutup toples cemilan.
Sambil tersenyum sopan dan ramah, Albert menjawab "baik," meminum air sedikit dan menaruhkan cawan gelas kembali pada tempat semula.
Tidak dengan reaksi anak dan istrinya yang terlihat arogan. Albert mengisyaratkan pada istrinya untuk tidak membuat ulah dengan sifatnya itu. Yang kemudian Seli juga ikut meminum airnya sedikit.
Albert, Seli dan Doni meletakkan gelas yang berisi air yang baru saja mereka minum dalam jangka waktu hampir bersamaan. Albert berdehem sekali tanda ingin memulai percakapan kembali.
"Bunga yang ada dalam rumah ini cukup harum dan indah. Maksud kedatangan kami kesini ingin ingin meminta bunga tersebut untuk kami jaga dan kami rawat dengan semampunya kami."
"Kami tidak punya bunga, yang ada dibelakang rumah cuma pohon cabe, tomat dan sop," Bira menjawab sekenanya.
"Bang, bukan itu," bisik Kay sambil mencubit pinggang Bira keras.
Albert mengulum senyum melihat reaksi anak muda milineal sekarang yang tidak tahu istilah yang ia digunakan barusan. Sedangkan Doni juga ikut tertawa tetapi dalam hati, mukanya tetap tidak menunjukan reaksi alias datar.
"Apaansih sayang, cubit-cubit sakit tahu,dasar kepiting," ikutan berbisik.
"Makanya kalau tidak tahu, tidak usah sok tahu kamu bang."
"Dia tanya bunga, mana ada tanaman bunga dirumah ini, yang ada tuh tanaman untuk bahan aku buat mie."
"Bunga yang dimaksud Diba sayangku. D I B A, " menekan setiap ejaan huruf yang dilontarkan Kay.
"Diba kan manusia bukan bunga."
"Terserahmulah bang."
"Dengan alasan apa gerangan tuan-tuan dan nyonya menyukai dan ingin merawat bunga yang kami punya."
"Bunga dirumah ini begitu terjaga dan terawat sempurna."
Kay tersenyum menanggapi sedangkan Bira masih sibuk dengan pikirannya sendiri mengenai hubungan Diba sang adiknya dengan tumbuhan bunga. Aneh pikirnnya.
"Baiklah jika itu alasan dan tujuan Anda tuan Albert. Sebelum itu, kami ingin bertanya siapa nanti yang akan menjadi tuan bagi bunga harum kami."
"Bunganya nanti akan dirawat oleh anak sulung kami yaitu Andonios khairaz Khalil putra sulung saya."
Percakapan manis terus tercipta sebagai perkenalan antara kedua keluarga sampai pada akhir cerita Bira sedikitnya sudah paham mencoba untuk menyesuaikan percakapan dan meminta waktu beberapa hari untuk Diba adiknya memikirkan dan memustuskan untuk menerima atau tidak akan pinangan yang baru saja datang menghampirinya lagi.
"Bang, sepertinya Diba tidak suka sama calonnya yang datang tadi," ucap Kay sudah tiduran merebahkan kepalanya dipangkuan Bira.
"Aku tahu sayangku."
Kay mengernyitkan dahinya pertanda bingung.
"Sepekan yang lalu dia sudah datang menghampiri dan melamar Diba secara langsung dihari perpisahannya di sekolah."
Lantas terkejut Kay segera bangun dan duduk bersila sambil menatap Bira penuh tanya. "Kenapa heum. Apakah kamu cemburu adikku mendahului pernikahan kita."
"Buu kannnn begitu. Aku belum siap, pendidikanku belum selesai."
Satu kecupan hangat mendarat di kening Kay "Iya. Aku siap menunggu. Ingat jangan terlalu lama, selesaikanlah kuliahmu itu secepatnya.
"Ish abang. Janganlah," berusaha mendorong Bira yang hendak menciumnya lagi. "Jadi bagaimana dengan Diba, kapan abang akan memberitahukannya."
"Besok."
"Kenapa tidak dengan malam ini. Bukankah lebih cepat lebih baik."
"Benaran sayang."
"Apanya yang benar."
"Kita nikah bulan depan ya yang." Mendaratkan ciuman bertubi-tubi.
"Ish abang, kapan aku bilang setuju."
"Bukannya kamu sendiri tadi yang bilang, lebih cepat lebih baik."
"Tapiii."
"Tidak ada tapi tapi. Pokoknya kita nikah bulan depan. Abang khawatir kamu ini terlalu mandiri, tinggal juga sendiri. Masalah kuliah jangan khawatir, kamu tetap bisa melanjutkan cita-citamu sayangku."
"Yang benar sayang," menatap dengan mata penuh kegirangan "terimakasih sayangku." Kini bergantian Kay lah yang mencium Bira tiada henti sampai wajah tampan Bira dipenuhi lipstik Kay.
Diba turun menuruni anak tangga dan berhenti di pertengahan tangga menatap kaku bagaikan patung pada sepasang kekasih yang sedang bermesraan disana.
Dasar pasangan gila, bermesraan tidak tahu tempat, monolog dongkol Diba dan kembali masuk kekamarnya lagi.
Keesokan paginya Diba yang sudah libur sekolah, semenjak bangun pagi tiada aktivitas yang menemani hanya duduk termenung di balkon teras kamarnya sambil menatap kebawah pada kebun kecil sang kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments