Phobia

Bira merasakan ada sesuatu yang mengalir di pelipisnya lantas Bira meraba dan melihat cairan merah ada di tangannya “darah,” monolog Bira. Bira menunduk dan memungut buku tebal yang baru menerjang dirinya dan meletakkan diatas meja melajar Diba. Bira keluar dari kamar Diba dengan melangkah pelan lantaran pusing mulai mendatangi.

Semakin lama, darahnya bukan berkurang malah semakin deras mengalir ditambah lagi Bira seorang yang mengidap hematophobia atau (phobia darah.) Bira yang kebetulan sedang memakai sinlet putih dan juga celana training panjang. Bira mencoba untuk tetap tenang menarik baju yang sedang ia kenakan keatas untuk guna menghentikan darah yang terus keluar.

Bira melangkahkan kaki perlahan sambil memegang erat pembatas tangga takut terjatuh namun Bira tetap terus melangkahkan kakinya menuju ruang tamu mencari keberadaan hp nya yang semenjak tadi ia tinggalkan. Hp sudah berada ditangan Bira dan dengan segera Bira menggeser layar telepon untuk menelpon Syahira Kayla sang pacar “sayang tolong aku, aku terluka.”

“Hah, sayang kamu kenapa? Kamu dimana?” Panik. “Halo, halo, halo sayang.” Kay tidak menunggu lama lagi langsung mengutakatik hp yang masih tersambung dengan sambungan telepon itu guna mencari titik lokasi Bira sang kekasih dimana sekarang. Setelah menemukan titik keberadaan Bira, tanpa menunggu lama Kay mengambil kotak P3K yang selalu ada dalam tas kuliahnya Kay.

Rumah Kay dengan rumah Bira tidak jauh jarak tempuhnya hanya sekitar 20 menit perjalanan, tidak kali ini, Kay menyetir mobil jizz putihnya hanya memakan waktu sekiran 5 menit saja. Dengan langkah tergesa-gesa Kay masuk dalam rumah Bira yang pintu rumahnya tidak tertutup rapat, tanpa pemisi Kay menerobos masuk dalam rumah dan mendapati Bira tidur diatas sofa, baju berlumur darah dalam keadaan tidak sadarkan diri lagi.

Dengan cekatan Kay mengobati luka yang ada di pelipis Bira dan juga mengganti atasan baju Bira dengan baju bersih. Kay melihat Bira dalam dan bermonolog dalam hati “dengan cara apalagi aku harus mengobatimu, hanya luka kecil begini saja kamu pingsan sayangku.”

Usai shalat magrib, Diba baru turun menghampiri sang kakak berniat ingin meminta maaf atas apa yang ia lakukan tadi. Posisi tangga  bertepatan diantara ruang tamu dengan ruang makan jadi Diba melihat jelas diruang makan ada calon kakak iparnya yang sedang menuangkan air dalam gelas sedang diruang tamu ada sang kakak yang sedang tiduran sambilan menonton siaran tv.

“Eh kak, sudah lama sampai,” menyusul menghampiri. Kay tidak bisa menjawab hanya bisa mengangguk sekali lantaran Kay sedang meminum air. Setelah sampai Diba dimeja makan, Diba duduk dikursi dan berteriak pada Bira “kak aku makan duluan ya, lapar.”

Bira tidak menyahuti Diba namun Bira segera beranjak mendekati meja makan untuk makan malam bersama.

Kay melayani Bira dan Diba dengan baik. Dan Kay juga ikut makan bersama dengan adik kakak tersebut.

Diba terlalu fokus pada makanan yang ia santapi, sampai tidak menyadari ulahnya tadi yang melemparkan buku menyabkan luka pada sang kakak. Sampai makanan dalam piring yang ada di hadapan Diba kandas tiada sisa baru Diba mengangkat kepalanya memperhatikan sekitar sambil bersendawa dan mengusap-ngusap perutnya yang terasa kekenyangan.

Bira dan Kay menatap Diba yang bersendawa dengan suara besar itu sambil berkata dan menasehati “tidak baik anak gadis bersendawa sebesar itu.” Diba yang hanya menanggapi dengan senyum lebar yang memperlihatkan dua baris gigi beserta gusi yang menambah sisi cantik Diba semakin terlihat.

“Eh kak, itu kening kakak kenapa?”

“Kamu lupa atau pura-pura lupa?” menatap Diba.

“Kak, Diba minta maaf, ngak sengaja, tadi Diba panik, takut dimarahin kakak.”

Bira diam tidak merespon.

“Kakak, Diba minta maaf, Diba tidak sengaja tadi, Diba terkejut sama kakak. Lagian tadi kakak tiba-tiba sudah ada disamping Diba, Diba kira tadi hantu,” memelan suara diahkhir kalimat.

Kay yang semenjak tadi memperhatikan drama yang terjadi mengulum senyum menahan tawa. Bira juga ingin tertawa saat mendengar kalimat terakhir Diba tetapi Bira mengurungkan niatnya.

“Kak, Diba minta maaf,” suara serak menahan tangis.

Satu menit, dua menit, tiga menit lebih, Bira masih diam memperhatikan Diba yang sudah bermata embun itu yang siap hendak menangis.

“Kakak Diba minta maaf,” sudah dalam keadaan menangis.

Kay yang duduk berhadapan dengan Bira memelototkan matanya untuk mengakhiri sandiwara marah yang sedang diperankan Bira sambil mulut berkomat kamit, entah apa saja yang dikatakan kay, Bira tidak tahu.

Setelah teguran singkat Bira dapatkan, barulah Bira tertawa keras sambil bangun dan memeluk adik kesayangannya “iya tidak apa-apa adik cengeng kesayangan kakak. Kakak tahu kamu melempar buku tadi sebagai bentuk kecil perlindungan diri yang kamu lakukan. Kakak bangga kamu memiliki reflek baik untuk perlindungan diri kamu. Tetap dipertahankan ya.”

“Ish kakak ini, orang seriusan nangisnya dia malah marahnya bercanda.”

Orang ketiga yang daritadi menyimak dan memperhatikan, kini tidak lagi menahan semburat tawa saat melihat akting yang diperankan Bira bersama Diba malah sekarang Kay tertawa keras sampai merasakan kram di area perutnya. Lantas Kay memegangi perutnya dan berkata “kamu ini sebernarnya pinter dek hanya saja kamu ini bodoh.”

Bira dan Diba yang sedang berpelukan sayang itu melepaskan pelukan mereka dan menatap Kay yang sedang susah payah mengurangi kadar tawanya “itu konsepnya gimanalah sayang.”

Kay menelan ludah susah dan menarik napas panjang setelah sekian menit bisa menetralkan kembali deru napasnya “maksudku pinter tapi bodoh itu, Diba sangat mudah bisa mamahami materi apapun itu yang ia pelajari tetapi ia bodoh memahami praktik bagaimana caranya membedakan hal yang sebenarnya dan yang mana yang dibuat-buat contohnya seperti tadi, kamu Bira,” menunjuk Bira “gerakanmu menunjukan keseriusan tetapi dimatamu menunjukan hal sebenarnya bahwa kamu tidak serius benar-benar marah pada adik kesayangan cengengmu ini.”

"Kakak, aku dikatain cengeng,” mengadu sambil menatap Bira meminta pertolongan.

“Lah memang kamu cengeng," kembali fokus menatap Kay kembali "maksud pinter tapi bodoh itu seperti apasih?"

"Sayang, setiap kita manusia itu ada kekurangan dan kelebihan jadi kelebihan Diba dia sangat pintar dalam bidang akademik pelajaran disekolahnya sedangkan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari dia sangat bodoh contoh kecilnya Diba tidak bisa mempelajari trik manipulasi yang sering ia jumpai sehari-hari."

Diba yang mendengar penjelasan Kay tersenyum bangga lantas berkata "kan aku anak baik kak."

"Yakin," tanya Bira dan Kay serentak.

"Cieee, bersamaan," menaikturunkan alis menggoda.

Kay yang digoda seperti itu menjadi salah tingkah sendiri sedangkan Bira tidak menyahut apa-apa malah wajah datarnya yang biasa menjadi kebiasaannya saat diluar rumah yang ia pakai kembali kini.

BERSAMBUNG ...

Episodes
1 Lamaran Pertama
2 Phobia
3 Lamaran lagi
4 Semburan Susu
5 Terima
6 Nikah
7 Peri Kecil
8 Bayi Kecil
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41_Jijik
42 42_Ngintai
43 43_Daun
44 44_Siapa Dia
45 45_Acara
46 46_Risih
47 47_Peredam
48 48_Izin Pikiran
49 49_Tangis masa
50 50_Puisi
51 51_Medali
52 52_Awas
53 53_Menangis
54 54-Cerita Albi
55 55-Apa Ini?
56 56_Tidak mau
57 57_Ingin Bertemu
58 58_Sakit
59 59_CT-SCAN
60 60-Obat
61 61_Lemah
62 62_Malam Horor
63 63_Demam
64 64_Pingsan
65 65_Pegunungan
66 66_Lutut Goyang
67 67_ Deras
68 68_Kecelakaan
69 69_Jasad
70 70_Pemakaman
71 71_Mana Janjimu
72 72_Ikhlaskanlah
73 73_Albi Kakakku
74 74_Tinggal Aku Sendiri
75 75_Hampir
76 76_Jahat
77 77_Pindah
78 78_Rumah Mama
79 79_Gadis Kecilmu
80 80_Malam
81 81_Kendaraan
82 82_Anak Berandalan
83 83_Bangun Kak
84 84_Saling Menyalahkan
85 85_Gelap
86 86__Jatuh
87 87_Menangis
88 88_Luapan
89 89_Maaf Mama
90 90_Bayangan
91 91_Jual
92 92_Biarkan Dia Dulu
93 93_Pertandingan
94 94_Bodoh
95 95_Banyak Omong
96 96_Muntah
97 97_ Lelah
98 98_Penjara Dimensi Lain
99 99_Kedatangan Doni
100 100_Aneh
101 101_Yasin
102 102_Merinding
103 103_RS
104 104_RS yang Sama
105 105_Pulang
106 106_Terimakasih
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Lamaran Pertama
2
Phobia
3
Lamaran lagi
4
Semburan Susu
5
Terima
6
Nikah
7
Peri Kecil
8
Bayi Kecil
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41_Jijik
42
42_Ngintai
43
43_Daun
44
44_Siapa Dia
45
45_Acara
46
46_Risih
47
47_Peredam
48
48_Izin Pikiran
49
49_Tangis masa
50
50_Puisi
51
51_Medali
52
52_Awas
53
53_Menangis
54
54-Cerita Albi
55
55-Apa Ini?
56
56_Tidak mau
57
57_Ingin Bertemu
58
58_Sakit
59
59_CT-SCAN
60
60-Obat
61
61_Lemah
62
62_Malam Horor
63
63_Demam
64
64_Pingsan
65
65_Pegunungan
66
66_Lutut Goyang
67
67_ Deras
68
68_Kecelakaan
69
69_Jasad
70
70_Pemakaman
71
71_Mana Janjimu
72
72_Ikhlaskanlah
73
73_Albi Kakakku
74
74_Tinggal Aku Sendiri
75
75_Hampir
76
76_Jahat
77
77_Pindah
78
78_Rumah Mama
79
79_Gadis Kecilmu
80
80_Malam
81
81_Kendaraan
82
82_Anak Berandalan
83
83_Bangun Kak
84
84_Saling Menyalahkan
85
85_Gelap
86
86__Jatuh
87
87_Menangis
88
88_Luapan
89
89_Maaf Mama
90
90_Bayangan
91
91_Jual
92
92_Biarkan Dia Dulu
93
93_Pertandingan
94
94_Bodoh
95
95_Banyak Omong
96
96_Muntah
97
97_ Lelah
98
98_Penjara Dimensi Lain
99
99_Kedatangan Doni
100
100_Aneh
101
101_Yasin
102
102_Merinding
103
103_RS
104
104_RS yang Sama
105
105_Pulang
106
106_Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!