Teman dan Bos Yang Baik

Keluarga Zinad ini adalah keluarga yang berpengaruh juga. Namun Zinad sendiri tak pernah menunjukkan sisi kuat dari keluarganya. Ia hanya ingin hidup sederhana seperti kehidupan sehari-hari Cherry yang sedang dijalani.

Usai membeli karangan bunga dari toko bunga, Zinad meminta Cherry untuk mengulurkan tangannya dan memberikan kunci rumahnya. "Tinggallah bersamaku," pintanya.

"Apa? Kakak mau aku tinggal di rumah Kakak yang besar itu?" tanya Cherry terkejut. Seolah tak percaya jika dirinya akan tinggal di rumah mewah.

"Saat ini kamu adalah Putri kedua dari keluarga ternama. Jadi—kamu harus tinggal di rumah yang sama denganku, dimana aku ini adalah Kakakmu sekarang!" tegas Zinad.

Cherry masih berusaha menolak.

"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mulutmu. Berikan kunci rumahmu, aku akan membawa semua barang-barang pribadimu dan pulanglah ke rumahku, okay?" Zinad merebut tas kecil milik Cherry.

Setelah mencari-cari, akhirnya Zinad mampu menemukan kunci rumah milik adik angkatnya. Sesegera mungkin, ia pulang dan menyuruh beberapa orangnya untuk mengosongkan rumah Cherry saat itu juga.

"Iya, alamatnya sudah aku kirim. Jika kalian tidak enak hati mengeluarkan barang pribadinya, angkut saja lemari pakaiannya sekalian. Semua barang berharga miliknya ada disana,"

'Baik, Nona.'

Cherry tak bisa berkata apapun lagi. 'Kak, aku sungguh berterima kasih kepadamu.' gumamnya dalam hati.

Sebelum memberikan tas kecil Cherry kembali, Zinad memeriksa keseluruhan tas tersebut. "Kenangan apa yang ada dalam tas ini?" tanyanya.

Cherry menggelengkan kepala. "Tidak ada. Tas itu dibeli oleh mantan pacar. Jadi—"

"Kamu masih menggunakan pemberian dari mantan pacar? Ck, apa dia sangat berharga bagimu?" ketus Zinad.

"Bukan seperti itu, Kak!" seru Cherry. "Aku masih memakainya karena memang hanya tas itu yang aku miliki," jelasnya lirih.

"Buang!" Zinad membuang tas tersebut ke tong sampah. "Aku akan membelikan banyak tas untukmu. Aku pergi dulu."

Cherry hanya bisa mengucapkan rasa terima kasihnya pada Zinad dalam hati saja. Ia tak tahu harus berkata apa lagi.

***

Ketika Cherry asik bekerja, datanglah Lui dengan kekasihnya dan mempertanyakan soal mengapa dirinya tidak memberitahu jika dirinya juga belajar di kampus yang sama dengannya.

"Cher, kamu kenapa jahat sekali padaku?" ketus Lui mendorong kecil bahu Cherry.

"Loh, Lui, maksud kamu apa? Aku tidak mengerti kenapa kamu ngejudge aku sebagai orang yang jahat?" tanya Cherry heran.

"Kemarin disini kamu bilang kamu tidak ingin kuliah. Tapi ternyata? Hmm, hari ini aku melihatmu berjalan melewatiku begitu saja di kampus yang sama denganku," ketus Lui.

"Oh, itu … sebenarnya aku ingin banget menceritakan semua ini kepadamu, tapi nanti, karena tiba-tiba aja Kak Zinad memberikan aku beasiswa untuk bisa kuliah di sana," jelas Cherry dengan lirih.

"Bodoh! Pokoknya aku tidak suka padamu, bye!" dengan cepat Lui pergi meninggalkan Cherry bersama dengan kekasihnya. Ia juga memanggil taksi untuk dirinya sendiri.

"Kau tetaplah di sini!" Lui sampai mendorong Frans.

Bahkan Frans saja tidak keberatan jika dirinya ditinggalkan begitu saja. Antara bodoh dan cinta buta dengan Lui, sehingga membuat Frans mengalah dalam segala apapun pada Lui—kekasihnya itu.

"Dia meninggalkanmu. Apa kamu tidak menyusulnya?" tanya Cherry melanjutkan pekerjaannya.

Frans tidak menjawab.

Akan tetapi, tidak lama kemudian ...

"Cher, hari ini aku teringin mengajakmu ke rumah. Apakah kamu mau? Atau sebaiknya kita jalan-jalan saja, aku ingin sekali memberimu sesuatu," ajak Frans pada Cherry.

"Hmm, Frans, kita kenal kan sudah lama. Tapi membawaku ke rumah, apakah itu … Tidak akan menimbulkan masalah?" tanya Cherry ragu-ragu.

Kebenarannya Cherry hanya tidak ingin ada kesalahpahaman di antara dirinya dengan Lui.

"Aku sudah bicara sebelumnya dengan pemilik toko ini. Jadi, beliau mengizinkan kamu untuk libur setengah hari ini. Bukankah, nanti juga ada pesta ulang tahun anaknya?"

Hubungan keduanya sebenarnya jauh lebih baik daripada hubungan Frans sendiri dengan Lui. Bahkan hubungan Cherry dengan Lui saja juga tidak sebaik hubungan Cherry dengan Frans.

Setelah berpikir panjang, Cherry yang sedikit polos itu menyetujui ajakan Frans tanpa memikirkan resikonya. Pikirnya, jika ia pergi bersama dengan Frans hari itu, maka dia bisa sekalian membeli hadiah untuk anak bosnya yang ulang tahun nanti malam.

"Baiklah, aku akan bersiap. Tunggu sebentar, ya …." Cherry menyetujui hal itu.

Tak lama kemudian, Cherry pun kembali. Mereka segera pergi menuju rumah Frans dulu untuk mengambil beberapa uang. Sebab, akhir-akhir itu Frans jarang sekali pergi ke kampus atau ketika bersama Lui membawa kartu debit. Semua tak ingin sang kekasih hanya fokus berbelanja dan menganggap dirinya tidak ada.

Setelah beberapa kilometer, sampailah mereka di rumah Frans yang sederhana. Meski terlihat sederhana dari luar, ternyata di dalam rumah itu dipenuhi dengan koleksi barang antik yang bernilai jutaan hingga ratusan juta.

'Mengenal Frans cukup lama, tapi baru kali ini aku diajak masuk ke rumahnya,' batin Cherry.

Cherry masih tertuju dengan setiap sudut. "Ternyata dalam rumah kamu bagus sekali. Rapi dan indah meski sederhana. Seperti ini, kamu tinggal sendirian, kah? Yakin?" tanya Cherry.

"Iya sendirian, sama siapa lagi. Orang tuaku tinggal di luar negri," jawab Frans, mempersilahkan Cherry duduk.

Cherry mengelilingi setiap ruangan di rumah tersebut. Di sana, terdapat album kecil yang isinya adalah foto-foto Frans ketika masih bayi sampai usia 14 tahun. Setelah melihat album yang tertumpuk di bawah meja ruang tamu, tak lupa Cherry meminta izin untuk membuka album tersebut.

"Bolehkah aku membuka yang ini?" tanya Cherry.

"Tentu saja boleh, kenapa masih bertanya. Aku akan masuk dulu mengambil uangku," kata Frans.

Foto saat Frans dilahirkan di salah satu rumah sakit ternama di Amsterdam membuatnya tertegun. Ibunya begitu cantik saat itu. Sang ibu masih terlihat imut karena berusia 18 tahun. Frans mengatakan bahwa foto itu diambil oleh ayahnya.

'Ibunya cantik sekali,' batin Cherry.

"Belum puas juga kamu melihat album itu?" tanya Frans keluar dari kamar, dan selesai mengganti bajunya.

"Eh, Frans? Apakah kamu bisa menjelaskan beberapa foto ini untukku?" Cherry tak menanngapi pertanyaan Frans, malah ia balik bertanya.

"Bisa saja. Kamu ganti baju dulu saja, aku akan membuatkanmu makanan sebentar. Nanti aku kenalkan kamu ke mereka jika mereka kembali," ucap Frans memakai celemek memasak. "Kebetulan beberapa waktu lalu aku membeli baju untuk Lui, hanya saja ... sepertinya Lui tidak menyukainya," imbuhnya.

"Hmm, tidak perlu repot-repot, Frans. Mengapa harus masak segala? Kita bisa makan di luar nanti," sahut Cherry.

Mengapa Cherry juga harus mengganti bajunya? Sebab, mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan. Tidak mungkin baginya akan memakai baju yang biasanya dipakai ketika bekerja di toko bunga.

Begitu masuk ke kamar Frans, lagi-lagi Cherry dibuat takjub dengan pemandangan yang begitu sedap dipandang mata. Frans yang mencintai kerapian dan kebersihan, tidak heran dengan wangi tubuhnya itu. Kamarnya sangat rapi dan harum. Juga di setiap sudut ada beberapa bunga yang masih segar.

"Pantas saja dia selalu wangi. Kupikir dia wangi karena hanya pergi bersama Lui saja!" seru Cherry lirih.

Lemari juga sangat bersih dari stiker, tidak ada baju yang menggantung, dan tentunya selimut semuanya terlipat rapi di ujung kasur. Selesai ganti baju, Cherry keluar dari kamar tersebut, langsung mencium aroma yang lezat dari dapur.

"Wah, wangi apa ini? Aku jadi lapar!" seru Cherry, melangkah ke dapur.

"Aku membuat beberapa masakan untuk kita makan sebelum pergi. Lihat, aku juga membuat kue. Tapi kue ini sudah aku buat semalam. Hanya saja—aku tidak bisa menghabiskan sendirian," Frans menyodorkan toples kue kering yang ia buat semalam. "Ayo, kamu coba!"

"Em, ini enak sekali, Frans. Kamu memang jago di dapur ternyata. Tak hanya cerdas di sekolah dulu, rupanya juga handal bab pekerjaan rumah seperti ini, hebat kamu!" puji Cherry.

"Begitu, kah? Hmm, sayangnya Lui belum pernah memujiku seperti itu," suara Frans tiba-tiba jadi lirih.

"Sudahlah, nanti pasti dia akan memujimu. Bukankah kamu akan memberikan hadiah untuknya?" sahut Cherry mencoba menghibur Frans.

Kini, mereka masih melanjutkan memasak bersama di dapur. Bercanda dan tertawa lepas bersama, yang jarang sekali Frans dapatkan ketika bersama dengan kekasih hatinya. Usai makan, Frans tak lupa menepati janjinya, yakni menjawab semua pertanyaan Cherry tentang siapa saja yang ada di foto itu.

"Aku memiliki orang tua, tapi seperti tidak memiliki keduanya," ucap Frans sedih.

"Kenapa seperti itu?" tanya Cherry ingin tahu.

"Mereka selalu sibuk bekerja, tanpa memperdulikan diriku. Lalu, aku memiliki kekasih pun tapi juga seperti tidak memiliki seorang kekasih," ungkap Frans terlihat sedih.

Tentu saja Cherry mengetahui bagian akhir kisah Frans.

"Hei, kenapa kamu harus bersedih? Aku temanmu, bukan?" ucap Cherry menyentuh tangan Frans dengan lembut.

"Bagaimana kalau mulai hari ini—kamu anggap saja aku sebagai sahabatmu. Apapun yang kamu ingin ceritakan, ceritakan saja padaku. Siapa tahu dengan berbagi kisah itu akan membuat beban yang kamu tanggung menjadi ringan," Cherry memang pandai menghibur hati seseorang.

Terpopuler

Comments

Wonk Succi

Wonk Succi

👍👍👍

2023-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!