"Sebaiknya aku mandi dulu saja. Setelah ini, aku akan memeriksa uang itu. Aku tidak mau rugi karena pria itu telah mengambil mahkota berhargaku dengan paksa!" sulut Cherry menanggalkan pakaiannya tepat di depan cermin.
Gadis itu mulai menjamah seluruh badannya. Di setiap tanda yang Tuan besar itu lakukan membuatnya semakin kesal dengan dirinya sendiri. Ia tidak menyangka jika dirinya akan kehilangan apa yang sudah ia jaga sampai 18 tahun lamanya.
"Siapa pria itu? Aku harus tanya kepada, Kak Fere," gumamnya. "Iya, hanya dia yang tau siapa pria itu sebenarnya," dengusnya.
Hari sudah semakin siang, Cherry bersiap bekerja di salah satu toko bunga di Kotanya. Hanya untuk makan, bekerja di toko bunga sudah sangat lebih dari cukup.
Siang itu juga, Lui datang menemuinya.
"Hai, Cher!" suara lantang Lui mengejutkan Cherry.
"Eh, kamu? Mau kemana sudah rapi begini? Hmm, mau daftar kuliah, ya?" tanya Cherry dengan senyuman.
Lui mengangguk. Meski keduanya sama-sama tidak terlahir dari keluarga berada, tapi Lui masih ada seorang kakak—ibu, yang bisa membiayai kuliahnya. Tidak seperti Cherry yang harus berjuang sendiri karena hidup sebatang kara.
"Kamu yakin tidak mau, kuliah?" tanya Lui, makan biskuit yang ia bawa. "Kau mau?" tak lupa untuk menawarkan pada sahabatnya.
Cherry menghela nafas panjang. Kemudian menjawabnya dengan gelengan kepala diiringi dengan senyuman. "Aku mana ada biaya, Lui. Biarlah aku bekerja saja, siapa tahu juga aku bisa mengumpulkan uang dari sekarang, aku bisa daftar kuliah tahun depan," ujarnya sedih.
"Hei, kenapa harus menunggu sampai tahun depan, sih? Tahun ini saja, aku akan membantumu mendapatkan beasiswa. Kau kan murid paling cerdas waktu di sekolah dulu, jadi ...." Lui memberi dukungan kepada sahabatnya itu.
"Dan bukankah kau juga menerima sejumlah uang yang besar dari Tuan besar itu? Kau gunakan saja dulu untuk biaya pendaftaran," usul Lui.
"Uang?" Cherry sedih jika mengingat kejadian malam itu. "Tapi aku—" belum juga Cherry mengatakan sesuatu, datanglah kekasih Lui menjemputnya.
"Sayang!" teriak pria itu.
Kekasih Lui ini bernama Frans. Pria manis bermata sipit ini berusia 19 tahun ini adalah adalah putra salah satu pengusaha ternama. Cherry sampai heran mengapa sahabatnya itu masih saja terus memanfaatkan Frans demi memuaskan dirinya, sedangkan dia saja selalu berselingkuh dengan laki-laki hidung belang hanya demi uang.
"Emm, Cher! Uang itu kamu gunakan untuk kuliah saja. Untuk apa kamu simpan saat ini juga?" bisik Lui, bermaksud untuk menggoda Cherry saja.
"Aku pikirkan nanti lagi nanti. Sudah sana, sebaiknya kalian berangkat sekarang," Cherry hanya bisa memberikan senyuman tulus.
Wanita mana yang tak ingin melanjutkan pendidikannya. Cherry hanya perlu sadar diri, bahwa dirinya tak mungkin bisa membiayai kuliahnya jika waktu bekerjanya tersita.
'Enak sekali jika masih ada orang yang bisa diandalkan. Sedangkan aku? Sudah bisa makan hari ini saja ... Cukup!' batinnya.
***
Di jalan, Lui terus membicarakan Cherry. Dia pun merasa iri kepada sahabatnya itu karena mendapatkan uang dengan jumlah yang lumayan besar dalam satu malam.
"Sayang, untuk apa kamu iri dengan sahabat kamu sendiri. Lagi pulang, itu memang mungkin sudah rezekinya," ujar Frans fokus menyetir.
"Wanita mana yang tak iri, Sayang. Kami bekerja di profesi yang sama, waktu kami juga sama. Masa iya dia jauh lebih banyak pendapatannya daripada aku yang sudah profesional!" protes Lui. "Aku yakin, dia pasti open virgin!" hinanya.
Frans memilih diam saja. Ia sadar diri, jika kekasihnya itu juga pernah open virgin dengan pria lain, bukan malah dengannya. Bodohnya, pria ini masih bertahan karena dia sangat mencintainya.
"Sayang, sebaliknya kamu jangan terlalu ikut campur urusan pribadinya. Takut jika itu tidak membuat nyaman Cherry," usul Frans.
"Kamu ini kenapa? Selalu saja membela dia. Kamu kan pacaran aku, Sayang …." Lui begitu manja dengan kekasihnya yang selalu dibodohi-nya.
Lui memang selalu iri dengan Cherry meski dirinya jauh lebih baik kehidupannya. Keduanya sama-sama cantik, namun aura keduanya sangatlah berbeda. Cherry jauh lebih menarik dibandingkan dengan Lui yang memiliki tubuh lebih baik.
***
Sore setelah selesai di toko bunga, Cherry melanjutkan pekerjaan sampingannya ke restoran terdekat sampai jam delapan malam.
"Haih, akhirnya selesai juga pekerjaanku!" seru gadis itu.
"Aku akan segera bersiap ke restoran. Ini sudah sangat terlambat sepertinya,"
Tak ada kata libur bagi Cherry. Bahkan gadis ini juga tak ada kata lelah sekalipun. Dia pun segera mengeluarkan sepeda kecil miliknya dari gudang.
"Baiklah, Owen (nama sepedanya) ayo kita pergi ke—"
"Cherry!" panggil pemilik toko.
"Kau kemarilah sebentar. Aku membutuhkanmu!"
Cherry menoleh. "Iya!" teriaknya. "Ada apa lagi ini?" gumamnya lirih.
Cherry menghampiri bosnya. "Ada apa?" tanyanya.
"Besok malam, kamu datang ke acara anak saya, ya. Anak saya besok ulang tahun, rencananya saya akan membuatkan pesta kecil untuknya di rumah," ucap pemilik toko dengan menyodorkan undangan kecil di tangannya.
"Wah, saya diundang juga, Kak? Terima kasih, loh! Kalau begitu, saya pamit dulu, ya. Permisi," pamit Cherry dengan senyuman.
Pemilik toko ini, sangat menyayanginya. Cherry sudah bekerja dengannya sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Nama dari sang pemilik toko ini adalah, Sonam, pria berusia 30 tahun dengan status yang sudah menjadi duda sejak 3 tahun lalu.
Cherry segera pergi ke restoran karena waktunya sudah semakin mepet. Ia mengayuh sepedanya dengan kekuatan penuh.
Sesampainya di rumah makan,
"Kak! Maafkan aku, aku terlambat!" Cherry datang dengan nafas terengah-engah.
"Kemana aja kamu?" tanya pemilik restoran dengan santai.
"Iya, tadi ban sepedaku bocor. Jadi harus tambal dulu. Itu pun tumben sekali tadi mengantri," alasan Cherry.
"Santai saja. Minum dulu sana, istirahat sebentar dan baru mulai kerja kalau sudah hilang lelahnya. Aku mau keluar dulu. Aku nitip restoran padamu, ya," wanita pemilik restoran ini sangat baik. Ia juga sudah menganggap Cherry seperti saudara sendiri.
Selama bekerja di restoran, memang Cherry selalu menerima perlakuan khusus dari bos wanita nya itu. Zinad, nama dari pemilik restoran. Gadis keturunan dari Turki ini memang sangat baik hati.
"Eh, Cher, masuk ke kantor. Ada yang ingin aku katakan padamu," panggil Zinad.
"Iya,"
Sesegera mungkin Cherry memenuhi panggilan darinya. Cherry juga tidak ingin membuat seorang yang telah berbaik hati padanya menjadi kecewa. "Ada apa, Kak?" tanya Cherry begitu sampai di kantor.
"Duduk dulu," pinta Zinad dengan cuek. Memang orangnya seperti itu.
Zinad ini sangat cuek, bahkan dengan pria saja selalu dingin sikapnya. Namun jika sudah kenal, maka wanita ini selalu memberikan segalanya pada orang tersebut.
"Aku dengar dari beberapa karyawan, kamu lulus dengan nilai yang hampir sempurna. Jadi, terima ini sebagai hadiahnya. Selamat, akhirnya kamu lulus dengan nilai yang begitu mengagumkan!" Zinad mengucapkan itu sembari menyodorkan sebuah kertas tipis.
"Ah, kenapa harus repot-repot. Aku sangat berterima kasih Kakak menerimaku sebagai karyawan paruh waktu. Masa iya, masih menerima hadiah lagi, aku kan jadi tidak enak dengan karyawan yang lain," tolak Cherry.
"Kenapa harus merasa tidak enak? Semua karyawan tahunya kau adikku, maka terima ini. Aku tidak suka penolakan," Zinad memaksa.
Tak enak hati menolak, Cherry pun menerima kertas itu dan mulai membacanya. Betapa terkejutnya dirinya, jika Zinad akan menjamin semua biaya kuliahnya selama dirinya mau berusaha.
"Apa ini, Kak?" tanya Cherry masih tidak percaya.
Zinad malah kembali bertanya. "Kau bisa baca, 'kan?"
"Iya, maksudnya … Kakak akan biayai kuliahku sampai lulus? Apakah ini tidak berlebihan?" Cherry dibuat syok.
"Kak? Apakah ini sungguh-sungguh?" .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments